السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Tampilkan postingan dengan label Ragam Buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ragam Buku. Tampilkan semua postingan

Jumat, 18 Juli 2025

Semangat Membara Para Ulama



Ketika ramai tentang Iran dengan nuklirnya. Saya menemukan kutipan dan tulisan menarik dari Dr. Nuri dalam Tahqiq Al-Makhtuthat, tentang ulama masyhur, yang menulis kitab dalam keadaan di penjara dan dirantai. Kondisi yang sungguh musykil, tapi bagi pecinta ilmu, tidak ada yang tidak masuk akal. Sesuatu akan dilakukan, walau dalam kondisi tidak memungkinkan bagi orang biasa. Beliau seorang syair (penyair), muarrikh (sejarawan), katibus sair (penulis biografi), lahir di Yazid, Iran. Qutbut ad-Din al Yazdi. 
Dr. Nuri bercerita, bahwa dalam sebuah atsar yang terkenal disebutkan, "Ada dua orang yang tak pernah kenyang: pencari ilmu dan pencari harta." Kalimat ini menggambarkan betapa dahsyatnya gairah jiwa manusia dalam mengejar dua hal yang sangat berbeda arah; ilmu dan harta. Namun, yang pertama memiliki cahaya; dan siapa pun yang dikaruniai cinta terhadap ilmu serta semangat untuk mencarinya, maka tak ada yang bisa menghalangi langkahnya. Tidak derita, tidak pula kerasnya ujian hidup.

Dalam warisan peradaban kita, tak terhitung kisah ulama yang membuktikan hal itu. Di antara yang patut kita kenang dengan penuh takzim adalah sosok Qutb al-Din al-Yazdi. Ia bukan hanya seorang penyalin, tapi seorang pencinta ilmu sejati yang menorehkan tinta pengetahuan di tengah derita, saat dirinya terpenjara.

Saya pernah menemukan sebuah naskah tafsir al-Baydawi yang ditulis tangan oleh Qutb al-Din al-Yazdi. Naskah itu bukan ditulis di ruang studi yang lapang atau rumah yang tenang, tapi di dalam penjara, dengan tubuh terbelenggu rantai dan tangan yang menyalin dengan penuh kesabaran. Bayangkan, beliau menjalani dua belas tahun masa tahanan, dan di tengah belenggu itulah beliau tetap menulis, menyalin, dan menggali ilmu. Sungguh, inilah makna dari semangat yang agung himmatun 'āliyyah yang tak dikerdilkan oleh waktu dan keadaan.

Pada akhir naskah itu, yang kini tersimpan di perpustakaan Yozgat di wilayah Sulaimaniyah, Istanbul (no. 45), Qutb al-Din mencatat sebuah pengakuan menggetarkan hati. Ia menulis:

"Telah selesai penyalinan tafsir ini di tangan hamba yang tertawan, hamba yang fakir kepada Allah Subḥānah Qutb al-Din bin 'Ali al-Yazdi, dalam penjara salah satu benteng kaum Rūm, dalam keadaan terbelenggu dengan rantai dan besi di sebagian besar waktunya, setelah dua belas tahun masa penahanan berlalu. Aku memohon kepada Allah Ta‘ālā yang Maha Mengganti segala keadaan, agar mengubah keadaanku menjadi keadaan yang lebih baik dan memberiku keselamatan dari negeri penyesalan dan siksa. Tercatat pada hari Senin, tanggal tujuh belas bulan Jumadil Awwal tahun 931 Hijriah."

Betapa mendalam doanya, dan betapa luas cakrawala harapan yang ia bentangkan dalam kesempitan penjara. Ia tidak hanya menulis tafsir, tapi juga menulis jejak iman, tekad, dan cinta ilmu yang tak layu oleh siksaan.

Semoga Allah merahmati Qutb al-Din al-Yazdi, mengangkat derajatnya, dan menempatkannya di taman surga yang luas.

_
Semoga kita selalu diberikan waktu oleh Allah untuk membarakan ilmu, mencarinya dan mengamalnya. 

***
Tulisan di atas saya nukil dari tulisan Dr. Nuri Al-Misawi dalam Tahqiqul Mahtuthat

Halimi Zuhdy

KH. Muhammad Jailani Nasri, Penulis Profuktif dari Brumbung #1


Halimi Zuhdy

Membaca karya KH. M. Jailani Nasri dari Brumbung serasa menemukan harta karun yang lama tersembunyi. Nilainya bukan hanya pada lembaran kertas tua dan tinta hitam yang mulai pudar, tapi pada kedalaman isi yang menyejukkan jiwa, membuka cakrawala hati dan pikiran. 
Dua kitab dari beberapa kitab yang berhasil ditemukan Majmū‘atu al-Faḍā’il dan Asliḥatu al-Madārij menjadi bukti nyata bahwa di balik kesunyian kampung kecil, ada suara ilmu yang pelan namun dalam, mengalir dari seorang alim yang tidak banyak bicara, tapi meninggalkan jejak yang tak lekang oleh waktu. 

Kitab Majmū‘atu al-Faḍā’il, Faiḍatul Ghufrān fī Faḍīlatil Qur’ān wa Tāliyah Minḥatul Ghaffār fī Faḍīlatil Istighfār wa Ba‘dahā Milḥatul Da‘awāt fī Faḍīlatish Shalawāt, disusun dalam bentuk nadham atau syair-syair ringkas yang padat makna. Di dalamnya terkumpul berbagai keutamaan amal dari membaca Al-Qur’an, memperbanyak istighfar, hingga bershalawat semuanya ditopang dalil-dalil Al-Qur’an dan hadits yang shahih.

Yang menarik, kitab ini tidak hanya menampilkan nadham dalam bahasa Arab, tapi juga dilengkapi dengan terjemahannya dalam bahasa Madura. Ini menjadikannya akrab di telinga masyarakat kampung (terutama Brumbung, Desa Prenduan dan desa Aengpanas) dan sering dibaca di berbagai "kompolan" atau majelis rutin di desa-desa. Bahasa yang sederhana, namun maknanya merasuk.
Meski KH. Jailani Nasri bukan sosok yang sering muncul di mimbar besar, ilmunya tetap hidup lewat karya-karyanya. Tidak banyak yang menulis tentang beliau, tapi orang-orang yang pernah dekat dengannya tahu betul siapa beliau. Seorang alim yang tenang, tak banyak bicara, tapi meninggalkan cahaya ilmu yang nyata. 

Nama Jailani yang kita kenal, sejatinya adalah nama yang ditambahkan oleh KH. Ilyas Syarqawi, sehingga menjadi Muhammad Jailani. Beliau adalah santri dari pondok tua, Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep. Beliau berguru langsung kepada KH. Abdullah Sajjad dan KH. M. Ilyas Syarqawi. Pernah tinggal di ndalem Temur (Late) dan ndalem Berek (Lubangsa).  disebut KH. Rumhol Islam. (Bersambung di #3: Tirakat di Pesantren).
Saya masih teringat wajahnya yang tenang dan teduh. Hidupnya bersahaja. Dulu saya tidak tahu, bahwa sosok sepuh itu diam-diam menyimpan begitu banyak karya. Hingga suatu hari, Abah saya, K. Achmad Zuhdy, pernah berkata, “Di Brumbung, hanya KH. M. Jailani yang menulis kitab. Beliau orang alim. Saya belum melihat yang seperti beliau di kampung ini.”

Senada dengan itu, KH. Nur Zaini menyebut, “Beliau bukan hanya penulis kitab, beliau itu Habibi-nya Brumbung (BJ. Habibi). Sepertinya ada tujuh kitab yang beliau tulis sendiri.”
Salah satu karya lainnya adalah Asliḥatul Madārij, sebuah terjemahan dalam bahasa Madura dari kitab klasik Alfiyah Ibnu Mālik. Kitab ini ditulis atas permintaan langsung dari KH. Waqit Khazin, hasil dari musyawarah asatidz. Terdiri dari beberapa jilid, kitab ini dulu pernah dijual di koperasi Annuqayah, harganya hanya 500 rupiah. (#4 keunikan Kitab Aslihatul Madarik)

"Kyai Habib Kalabeen, Guru saya, juga pernah belajar Faraidh pada Kyai Jailani, bahkan kyai Habib dawuh, bahwa beliau itu bukan hanya alim tapi allamah, dan cerita ini saya dapat dari Kyai Sedekah, teman sekelas beliau " kata KH. Ahamad Fauzi 

Karya beliau bukan hanya untuk dibaca, tapi untuk direnungi. Ia menjadi semacam wasiat abadi dari seorang alim kampung untuk generasi sesudahnya bahwa ilmu tidak harus lahir dari panggung besar, tapi bisa tumbuh di lorong-lorong sunyi, di kampung-kampung kecil, dari hati yang tulus, pena yang jujur, dan niat yang bersih.

Bersambung...
#2 Keterbatasan yang Melahirkan Karya

Kamis, 16 November 2023

Selamat atas Kelahiran Buku Terbaru Santri PP. Darun Nun


Walau tidak selalu ada kesempatan untuk mendampingi santri merajut kata-kata menjadi kalimat dan kemudian hadir dalam karya (buku). Tapi, bahagianya tidak terkira, sangat senang sekali. Buku baru itu, mirip dengan kelahiran bayi yang baru lahir ke dunia. 

Buku yang baru terbit dan kelahiran bayi memiliki beberapa persamaan, kedua peristiwa ini merupakan awal dari kehidupan baru. Buku yang terbit lahir dari ide dan gagasan yang kemudian diwujudkan dalam bentuk tulisan. Bayi baru lahir dari rahim ibu dan memulai kehidupannya di dunia. 
Kedua peristiwa ini membutuhkan proses yang panjang dan penuh perjuangan. Penulis buku harus melewati proses brainstorming, riset, penulisan, dan penyuntingan. Ibu hamil juga harus melewati proses kehamilan selama sembilan bulan, serta persalinan yang terkadang bisa berlangsung lama dan menyakitkan. Entah, sebelum hamil, tentunya perjuangan begitu asyik.wkwkwk. 

Dan pastinya, kedua peristiwa ini disambut dengan sukacita oleh orang-orang terdekat. Keluarga dan teman-teman penulis buku akan menyambut kelahiran karyanya dengan penuh rasa syukur dan bangga. Keluarga dan kerabat ibu hamil juga akan menyambut kelahiran bayinya dengan penuh kebahagiaan. Santri, para asatidz, pengasuh dan tentunya para penulis bersuka ria atas lahirnya buku barunya. 
Kelahiran buku baru karya santri PP. Darun Nun memiliki keindahan tersendiri. Buku-buku ini lahir dari tangan-tangan santri yang masih muda dan penuh semangat belajar. Ide-ide yang tertuang dalam buku-buku tersebut merupakan hasil dari proses pembelajaran yang panjang dan mendalam. Terima kasih banyak kepada yang mendampinginya, terutama ustadz Aziz dan Ustadz Ilyas, ini buku yang kesekian. 

Kelahiran buku baru karya santri PP. Darun Nun juga menjadi simbol harapan baru, khususnya bagi pesantren Darun Nun. Buku-buku tersebut menunjukkan bahwa santri memiliki potensi yang besar untuk berkarya dan memberikan kontribusi bagi masyarakat.

Santri-santri yang menulis buku tersebut telah melewati proses kreatif yang panjang. Mereka harus menggali ide, melakukan riset, dan menulis dengan penuh kesungguhan. Buku-buku tersebut tidak hanya berisi pengetahuan, tetapi juga pesan moral yang bermanfaat bagi masyarakat. 

***
"Karyanya biasa-biasa saja kok" kata orang yang iri, "ah, kamu bisa tah menulis!?" Sambut mas Kacong di balik jendela. 🤩

Selamat Ya Darunnun Nun

Kamis, 05 Oktober 2023

Buku Minah Al-Madhi, Para Sahabat Nabi yang Penyair

Halimi Zuhdy

Dalam pengantar Buku "Minah Al-Madhi", dijelaskan kedudukan Puisi Arab di kalangan orang Arab sangat penting. Puisi dianggap sebagai alat komunikasi yang kuat, media budaya, seni, dan bahkan alat pendidikan dalam masyarakat Arab pada masa itu. Puisi bukan hanya sebagai kumpulan kata-kata indah, melainkan juga berfungsi sebagai alat pers, radio, dan bahkan budaya secara keseluruhan.
Selain itu, tulisan tersebut juga menggarisbawahi fakta bahwa banyak dari sahabat Nabi Muhammad SAW ternyata adalah penyair atau memiliki pemahaman yang mendalam tentang puisi Arab. Mereka menghasilkan puisi untuk memuji dan mendukung perjuangan umat Islam pada saat itu. Puisi dijadikan sarana untuk mendukung agama Islam dan memperkuat dakwah.

Dalam buku ini juga menyoroti bahwa dalam budaya Arab, puisi memiliki kekuatan besar. Satu bait puisi bisa mengangkat suku bangsa atau meruntuhkannya. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Arab pada masa itu untuk memahami dan menghargai keindahan puisi dan kekuatannya.

Terakhir, tulisan tersebut mencerminkan betapa pentingnya puisi dalam pemahaman mereka terhadap Al-Quran. Para penyair dan sastrawan saat itu sangat terlibat dalam memahami dan mengapresiasi keindahan ayat-ayat Al-Quran, sehingga bisa menjelaskan mengapa begitu banyak penyair dan intelektual terlibat dalam menjelaskan pesan Al-Quran dan keajaibannya.

****
Kitab yang sangat menarik ini bisa didownload di internet, membaca setiap rajutan para sahabat yang penyair seperti melihat mutiara-mutiara indah, dan agak malas beranjak dari kursi untuk meninggalkan bait-bait pujian pada Nabi Muhammad ini.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0cFD3xS3kpeHLwwUiBKdi2zGEVXUbVkxE9KFhD8QcJiNwbJ4Ahsj7D88gvJMcK8JVl&id=1508880804&mibextid=Nif5oz

Selasa, 21 Maret 2023

Folklor Arab di Indonesia

Folklor Arab, atau dalam bahasa Arab dikenal sebagai "adab sya'bi al-Arabi", adalah kumpulan cerita rakyat, legenda, mitos, dan dongeng yang diwariskan dari generasi ke generasi di dunia Arab. Kisah-kisah ini disampaikan secara lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya selama berabad-abad, dan kemudian direkam secara tertulis.

 
Folklor Arab meliputi berbagai topik dan jenis cerita, termasuk kisah-kisah keagamaan seperti kisah-kisah dari Alquran dan Hadis, serta kisah-kisah tentang Nabi dan para sahabatnya. Selain itu, ada juga kisah-kisah tentang peri, jin, dan setan, serta kisah-kisah tentang pahlawan dan penjahat, serta cerita romantis. 

Salah satu jenis cerita dalam folklor Arab adalah "Alf Laylah wa Laylah", atau yang dikenal di Barat dengan nama "One Thousand and One Nights". Kumpulan cerita ini menceritakan tentang petualangan seorang wanita bernama Scheherazade yang menahan eksekusi dengan menceritakan cerita yang menarik selama 1.001 malam. 

 Selain "One Thousand and One Nights", ada juga kisah-kisah tentang "Juha", seorang tokoh yang sering muncul dalam cerita-cerita rakyat Arab, yang dikenal karena kebodohannya namun juga kearifannya. 

 Folklor Arab memiliki pengaruh yang kuat pada budaya dan kehidupan sehari-hari orang-orang Arab, termasuk di Indonesia di mana ada komunitas orang Arab. Cerita dan kisah-kisah yang terkandung di dalamnya terus diceritakan dan dinikmati oleh generasi yang lebih muda sebagai bagian dari tradisi dan warisan budaya mereka.

Membicarakan Foklor Arab yang ada di Indonesia hampir tidak bisa dilepaskan dari perkembangan dan persinggungan masyarakat arab dengan masyarakat Nusantara itu sendiri. Persinggungan masyarakat Nusantara dengan masyarakat berhubungan dengan sistem perdagangan yang sudah ratusan tahun terjalin, hal itu dapat dilihat dari jalur pelayaran (silk road) masyarakat arab dan masyarakat Nusantara. Persinggungan yang dimulai dari sistem perdagangan yang terjalin menjadikan berbagai pola kebudayaan masyarakat nusantara dan arab saling mempengaruhi. Terutama yang memberikan pengaruh yang kuat adalah agama Islam. 

 Agama islam yang dibawa oleh masyarakat pedangang arab dalam berbagai literatur sejarah islam nusantara melakukan berbagai adaptasi dengan kebudayaan lokal. Sehingga islam yang berkembang dapat diterima sebagai sebuah syariat dan budaya dengan berbagai modifikasi budaya yang ada. Sehingga yang terjadi adalah munculnya sistem kebudayaan islam nusantara yang kemudian menjadi ciri khas masyarakat islam diIndonesia. 

Masyarakat arab, terutama masyarakat Hadrami yang datang pada periode tahun 1800-1900 memberikan banyak pengaruh dalam berbagai kebudayaan di Nusantara. Terutama dalam hal makanan, pakaian, musik, Pendidikan dan lain-lain. Agama islam yang menjadi agama mayoritas yang di peluk oleh masyarakat Indonesia menjadikan berbagai pengaruh kebudayaan mudah untuk diterima. Gambaran-gambaran masyarakat islami yang dutampilkan oleh tokoh-tokoh dari Hadrami memberikan pengaruh yang kuat seperti dalam berpakaian, alat musik, nyanyian dan makanan.

Dalam berbagai acara perayaan yang dilakukan oleh masyarakat arab Hadrami kebanyakan menggunakan berbagai pola kebudayaan mereka yang kemudian diadaptasi oleh masyarakat lokal, seperti dalam perayaan haul dan maulid Nabi Muhammad SAW dan lain-lain. Buku ini membahas baik secara historis tentang persinggungan kebudayaan masyarakat arab dan masyarakat Nusantara dalam berbagai bentuk seperti makanan, musik, alat musik, pakaian maupun berbagai pengajaran lewat paribahasa-paribahasa yang mereka tampilkan. 

Buku ini merupakan kajian diskriptif tentang foklor masyarakat arab yang ada di Malang meliputi makanan, alat musik, nyanyian, pakaian dan paribahasa sebagai media pengajaran budi pekerti. Dalam buku ini juga dibahas tentang sejarah, makna dan fungsi dari berbagai bidang foklor tersebut dan berbagai pola kebudayaan yang akulturatif dengan kebudayaan lokal nusantara. Sehingga foklor arab yang berkembang dalam masyarakat seakan-akan tidak menjadi milik dari masyarakat arab semata, tetapi menjadi milik masyarakat nusantara secara umum.

Sebagai sebuah buku yang menyajikan berbagai fakta-fakta diskripstif dari penelitian lapangan, tentu saja memiliki kekurangan. Hal tersebut karena kajian yang begitu luas yang mungkin luput dari perhatian peneliti. Namun buku ini diharapkan mampu menjadi jembatan bagi penelitian-penelitian kebudayaan masyarakat arab dan masyarakat islam Nusantara. Hal ini karena peneliti melihat masih sangat minimnya kajian tersebut baik secara antropologis maupun secara sosiologis mengingat begitu banyak kajian-kajian yang bisa dilakukan berdasarkan fakta-fakta antropologis maupun fakta sosiologis yang ada disekitar kita. 

 Ahirnya saya sampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang membatu dalam penelitian buku ini, terutrama dari teman-teman yang bersedia menjadi narasumber, dukungan keluaraga tercinta dan teman-teman yang membantu mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dan lain sebagainya. Selamat Menikmati. 

 Penulis Buku 
Anwar Masadi 
 Halimi Zuhdy

Minggu, 25 Desember 2022

Tulisan Jawi (Pegon) dan Arab; Asal Usul dan Perkembangannya

Sebuah uraian singkat dari kitab "Al-Kitabah Bil Huruf Al-Arabiyah". 

Halimi Zuhdy

Dalam buku ini, terdapat 19 tulisan menarik tentang tulisan Jawi dan Arab. Setelah kata pembuka oleh Dr. Abang Haj Azmin bin Abang Haj, Dr. Shahibuddin menulis tentang Sejarah Khat dalam Bahasa Arab dari awal keberadaannya sampai perkembangannya. Berikutnya Prof Arif Al-Karkhi membahas pembelajaran menulis Arab bagi pembelajar non Arab. Sedangkan tentang tulisan Jawi dan berbagai permasalahannya bagi penutur Arab yang menganbil studi kasus di Malaysia ditulis oleh Dr. Ashim Syahadah Ali. Dua penulis Arab ini, mengkaji tulisan Jawi dari berbagai aspek dengan kacamata mereka. 
Dr. Muhammad Yahya mengkaji Tulisan Arudiyah dan beberapa perbedaanya dengan berbagai tulisan yang berkembang di Jawa dan Arab. Dan juga menarik, adalah tulisan Dr. Musthafa Ahmad tentang Tulisan Bahasa Afrika dengan tulisan Arab, penulis membahas cukup panjang dari sejarah perkembangannya sampai saat ini. Tidak hanya tulisan Jawi dan Afrika dalam kajian tulisan Arab yang dikaji, tapi juga tulisan bahasa daerah yang ditulis dengan bahasa Arab oleh penduduk Muslimin China dibahas apik. Dr. Adil menulis tentang sistem tulisan berbagai bahasa di dunia serta kedudukan tulisan Arab dari berbagai bahasa tersebut. Berbeda dengan Dr. Abdul Raziq Hasan Muhammad yang menulis tentang Menuju Penyesuaian dan Pembakuan Sistem ortografi bahasa Melayu yang ditulis dalam aksara Arab. Tulisan yang berbahasa Arab ditutup dengan tulisan Dr. Shalih Mahjub, tentang berbagai permasalahan dalam pembelajaran huruf Arab bagi non Arab. 

Tulisan bahasa Uighur (China) dengan huruf Arab, ditulis oleh Abang Azmi, menarik sekali. Bagaimana ia masih bertahan sampai sekarang dan masih berkembang, walau tidak seperti bahasa Jawi. Tulisan bahasa Jawi Brunei Darussalam, dari cara menguasai dan cara bacanya ditulis Ahmad Busyra yang memgambil studi kasus di beberapa sekolah dasar Brunei Darussalam. Tulisan Jawi untuk pra sekolah juga dikaji dengan apik oleh Haji Mohd Shahrol Azmi, dan tujuan dalam melestarikan tulisan Jawi untuk penyatuan bangsa dan agama ditulis Dr. Sahrin bin Haji Mashari. 

Dan yang unik, bagian dari syiar bahasa Arab dan Jawi adalah tanda tangan dengan menggunakan tulisan  Jawi/Arab. Tanda tangan jawi merata di negeri Brunei Darussalam, Sultan Brunei kalau ditilik di lembaran uang Dolar Brunei menggunakan tandatangan Arab Jawi. Dan seni tandatangan Jawi dikupas oleh Wan Habib bin Wan Ibrahim. 

Sumbangan kebudayaan Arab-Islam terhadap kebudayaan Melayu melalui manuskrip Jawi ditulis oleh Prof Mahayudib bin Haji Yahaya. Dan standarisasi sistem tulisan melayu di dunia Melayu dikaji oleh Masyhur Dungcik. Dan untuk mengetahui perkembangan seni kaligrafi Islam di Brunei Darussalam dapat membaca tulisan Haji Yahya bin Apong.

Halimi Zuhdy
23 Desember 2022

Rabu, 11 Mei 2022

Buku Nahwu dan Sharaf 📚


Alhamdulillah. Hadir kitab nahwu dan saraf "At-Taysir fi Nahwi wal Sharfi" hasil tirakat di bulan Ramadan.

Kitab kaidah nahwu dan saraf, bukanlah hal baru bagi pembelajar bahasa Arab. Kajian tentang kaidah bahasa Arab itu sudah ada sejak lama, demikian juga dengan kitab dan buku yang mengkaji tentang ilmu ini, baik; sejarah, metode pembelajaran, analisis, dan praktiknya.
Buku ini, juga tidak jauh berbeda dengan buku-buku nahwu dan saraf lainnya, baik susunan dalam setiap babnya, dan juga penjelasan yang ada di dalamnya. 

𝐊𝐞𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡𝐚𝐧 𝐛𝐮𝐤𝐮 𝐢𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐫𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐬 𝐝𝐚𝐧 𝐥𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩, 𝐝𝐢𝐬𝐞𝐫𝐭𝐚𝐢 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐨𝐡-𝐜𝐨𝐧𝐭𝐨𝐡 𝐬𝐞𝐝𝐞𝐫𝐡𝐚𝐧𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐚𝐤𝐫𝐚𝐛 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐡𝐚𝐫𝐢𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐫𝐚 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫. 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐬𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐠𝐮𝐧𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐢𝐧𝐬𝐲𝐚𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐝𝐢𝐩𝐚𝐡𝐚𝐦𝐢 𝐬𝐞𝐫𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐪𝐬𝐢𝐦 (𝐩𝐞𝐦𝐛𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧) 𝐚𝐠𝐚𝐫 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫 𝐜𝐞𝐩𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐢𝐧𝐠𝐚𝐭𝐧𝐲𝐚. 📚

𝑫𝒂𝒏 𝒃𝒖𝒌𝒖 𝒊𝒏𝒊 𝒅𝒊𝒍𝒆𝒏𝒈𝒌𝒂𝒑𝒊 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒂𝒍-𝒌𝒉𝒂𝒓𝒂𝒊𝒕 𝒂𝒍-𝒅𝒛𝒊𝒊𝒉𝒏𝒊𝒚𝒂𝒉 (𝒎𝒊𝒏𝒅 𝒎𝒂𝒑𝒑𝒊𝒏𝒈) 𝒂𝒈𝒂𝒓 𝒑𝒆𝒎𝒃𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒎𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒈𝒂𝒎𝒃𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒃𝒂𝒃 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒌𝒊𝒕𝒂𝒃 𝒊𝒏𝒊 𝒔𝒆𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒔𝒊𝒏𝒈𝒌𝒂𝒕.🖍️

Buku yang disajikan secara mudah dan ringan ini, dapat digunakan bagi pemula yang ingin mulai belajar Bahasa Arab dan kitab kuning. Dan juga dapat digunakan oleh guru, ustadz dan dosen sebagai buku pegangan dalam mengajar, selain karena contoh-contohnya yang sudah sangat akrab dengan keseharian santri juga mudah untuk mengingatnya. 

Kehadiran buku ini, bukan untuk menambah beban “keruwetan” terhadap pembelajar bahasa Arab yang sudah menganggap bahwa nahwu dan saraf itu sulit, tetapi akan memberikan anggapan bahwa belajar nahwu dan saraf itu asyik. Maka, selain kehqdiran buku ini, juga akan hadir buku pelengkap yaitu “Tamrinat”. Buku ini sebagai pelengkap buku Al-Taysir fi Nahwi wa Sarfi, yaitu praktik membaca, memahami teks dan menulis bahasa Arab. Dan juga, dapat dipratikkan untuk dapat berbicara bahasa Arab. Insyallah.

Mempelajari buku “Tamrinat”, agar pembelajar 
dapat menguasai kemahiran bahasa Arab dan juga dapat membaca kitab kuning. 

Mudah-mudahan kehadiran buku "At-Taysir fi Nahwi wal Sharfi" dapat menambah hazanah keilmuan dalam pempelajari bahasa Al-Qur'an.

*****
Dan yang ingin memesan kitab "Mudah Belajar Nahwu dan Saraf" dapat menghubungi kontak berikut +62 858-1654-0904 (Vina). Dan hasil dari kitab tersebut akan dijariyahkan untuk pembangunan Pondok Darun Nun Malang.

Maaf edisi terbatas. Insyallah 50 pembeli pertama hanya seharga 50rb, boleh dong lebih

***
Penulis

Halimi Zuhdy
Savinatun Najah

Kamis, 26 Agustus 2021

Hadiah Paling Indah untuk Anak

Halimi Zuhdy

Saya tertegun ketika membaca sebuah Maqal yang berjudul "Madza Qaddamta Li Auladik" kira-kira kalau diartikan, "Apa yang Engkau hadiahkan untuk anakmu?". Saya jadi berfikir, hadiah apa yang pantas dan bermanfaat bagi anak-anak nantinya; pulau, hotel, apartemen, kendaraan atau apa?, sepertinya kurang pantas memberi hadiah di atas, apalagi sampai hari ini saya belum punya satu kamar hotel pun untuk saya hadiahkan. Wkw
Ah, ketimbang menghayal yang tidak-tidak, sepertinya hadiah di atas memang tidak cocok untuk anak-anak. Oh ia, hadiah-hadiah indah dan keren dari ulama dahulu untuk anak-anaknya adalah hadiah berupa kitab. Imam ibn Ajurmiya mengarang kitab "Al-Jurmiyah" untuk putranya. "Bulughul Al-Maram" yang dirajut oleh Ibnu Hajar juga untuk anaknya. Imam Al-Saqqaf mengarang kitab "Al-Aud al-Hindi" ia hadiahkan untuk anaknya. 

Ada juga kitab yang luar biasa "Umdah al-Salik" yang dikarang Ibnu al-Naqib al-Misr al-Syafi'i ia hadiahkan untuk putra tercintanya. Imam al-Hafidh al-Iraqi mengarang kitab "Taqrib al-Asanid wa Tartib al-Masanid" yang kemudian ia beri syarah dalam "Tharh al-Tadrib" setelah seelsai beliau hadiahkan pada putranya, Abi Zar'ah al-Iraqi. Dan yang menarik Abu al-Walid al-Baji mengarang kitab khusus untuk anak-anaknya dan juga untuk anak-anak di muka bumi, "Al-Nasehah al-Walidiyah". 

Ibnu Hajar ketika kehilangan kedua putrinya pada masa pandemi yang banyak menelan korban pada waktu itu, ia mengarang kitab "Badz al-Ma'un fi Fadhail al-Ta'un". Dan kitab ini paling banyak dirujuk pada masa pandemi Covid-19. "Lamiyah al-Af'al" kitab yang dirajut oleh Ibnu Malik juga dihadiahkan untuk anaknya. Ini, beberapa kitab yang dirajut orang tua (ulama) untuk putra-putri tercintanya, sebagai hadiah dalam hidupnya. Hadiah beberapa kitab para ulama di atas, pada akhirnya tidak hanya sebagai hadiah untuk putra putrinya tetapi untuk generasi setelahnya, sampai hari ini, kita menikmati kitab-kitab berharga tersebut. 

Kira-kira kitab apa yang akan kita hadiahkan untuk generasi kita, khususnya untuk anak-anak kita?. Kitab tidak hanya menjadi hadiah untuk generasi setelahnya, tetapi ia menjadi monumen penting pada setiap zamannya. Ia menjadi masdar ilmu pengetahuan dan perkembangan keilmuan setelahnya. Kitab adalah hadiah paling berharga untuk generasi setelah. 

Mudah-mudahan kita juga bisa memberikan hadiah paling indah untuk generasi setelah kita. 

Malang, 26 Agustus 2021

Rabu, 25 November 2020

Puisi dan Imam Syafi’i

(Pertama kali Munculnya Antologi Puisi Imam al-Syafi’i)

Halimi Zuhdy

“Andai puisi tidak membuat aib seorang ulama’ (yuzri), niscaya aku kini lebih hebat (dari seorang penyair) Labid” Kata Imam Syafi’i.

Bait puisi yang dirangkai Imam Syafi’i di atas bukanlah pamer kehebatan, atau bentuk penghinaan pada penyair, tetapi ia sebagai pernyataan untuk tidak terlalu berasyik-masyuk dalam jalur kepenyairannya. Dunia kepenyairan bagi imam syafi’i adalah dunia yang asyik, tetapi tidak kemudian harus berkutat dalam dunia ini. Ia lebih mempertajam kelimuannya dalam dunia fiqih, hadis, dan ilmu-ilmu yang terkait dengan keagamaan.

Seandainya Imam Syafi’I menekuni dunia kepenyairannya, ia mungkin lebih masyhur dari penyair-penyair Muallaqat di antaranya adalah Labid bin Rabiah bin Malik al-Amiri. Tetapi Imam Syafi’i memutuskan untuk tidak terjun langsung dalam dunia kepenyairan setelah mendengar nasehat seseorang dari bani Zubair, agar Imam Syafi’i memadukan sastra dengan fiqih, yang suatu saat Imam Syafi'i akan menjadi pemimpin dari suatu generasi hebat, dari sejak itu ia lebih tertarik kepada fiqih. Nasehat itu bukanlah suatu kebetulan, karena seorang dari Bani Zubair ini melihat kehebatan Imam Syafi’i, 17 Tahun ia berada di kampung Hudzail mempelajari sastra, sejarah Arab (ayyam), adab, bahasa, sedangkan al-Qur’an sudah dihafal sejak kecil, beliau juga tekun mempelajari hadis dan menghafalnya. Beliau menghafal 10 ribu bait puisi Ketika masih belia dari penyair Suku Hudzail, dan ratusan puisi dari berbagai suku yang berada disekitar suku Hudzail.

Apakah Imam syafii pernah menulis antologi puisi (Diwan)? Imam Syafi’i tidak pernah menulis satu buku khusus untuk puisi, dan juga tidak ditemukan buku-buku yang utuh berupa kumpulan puisi imam syafi'i. Menurut Abdurrahman al-Musthawi, penghimpun Diwan Al-Imam Syafii terbitan Dar al-Ma’rifah Bairut Libanon, “Saya tidak menemukan satu makhtutah pun yang berisi puisi-puisi Imam Syafi'i yang dihimpun oleh seseorang pada abad ke dua dan ke tiga Hijriah, tetapi saya menemukan banyak puisi beliau dari buku-buku biografi beliau yang ditulis para ulama pada masa beliau hidup, dan itupun tidak utuh, hanya berupa catatan penulis, ditulis dalam beberapa kisah, atau beberapa bait ada di dalam fatwa-fatwa beliau”.

Pertama kali yang menghimpun puisi Imam Syafii dalam sebuah antologi adalah Ahmad al-Ajmy (W 1622 H), buku antologi ini diberi nama “Natijah al-Afkar, Fima Yu’za Ila Il-Imam al-Syafii min Asy’ar”. Disusul kemudian dengan kitab “Al-Jauhar al-Nafis fi Asy’ar Muhamamd bin Idris” yang diterbitkan di Mesir apda tahun 1321 H. Puisi dalam buku ini dihimpun oleh Muhammad Musthafa al-Syadzili, seorang pegawai dari penerbit Dar al-Kutub al-Misriyah. AL-Syadzili menyeleksi Kembali puisi-puisi yang ada dalam karya al-Ajmi “Natijah al-Afkar”.

Sejak terbitnya dua diwan Imam Syafi’i di atas, maka kemudian banyak yang menerbitkan Diwan-Diwan Imam Syafi’I dengan berbagai sumber. Buku Diwan al-Imam al-Syafi’I yang disusun oleh Abdurrahman al-Musthafa ini dihimpun dari dari berbagai kitab; Adab al-Syafi’I wa manaqibhu (al-Razi), Manaqib al-Syaf’I (al-Baihaqi), Manaqib al-Syaf’I (al-Fakhr al-Razi), Manaqib al-Syaf’I (al-manawi), Tarikh al-Imam Syafi’I (Husain al-Rifa’i), AL-Imam al-SYafi’I (Musthafa abdurrazzaq), Al-Syafi’i (Muhamamd Abu Zahrah), Thabaqat al-SYafiiyah Lil Subki wa al-Asnawi, Mu’jam al-Udaba’ (Yaqut alHamawi), Al-Asma’ wa Lughat (an-Nawai), Wafayat al-A’yan (Ibn Khilkan), al-Agani (al-Ashfahani), Al-Bayan wa al-Tabyin (al-Jahidh), al-‘Aqd al-Farid (Ibn Abd Rabihi al-Andalusi).

Buku ini sangat menarik, selain mengupas karakter puisi-puisi Imam Syafi’i, penulis juga menyusunnya dengan Abjadiyah baik dari al-maqthu’ah, al-Qashidah dan lainnya, dan sumber pengambilan puisi (tahun, pengarang, penerbit). Bait-bait yang dianggap gharib (asing, sulit, tidak dikenal) diberi catatan pinggir. Dan menariknya, setiap beberapa bait, penulis membubuhkan judul, baik judul tersebut diambil dari awal bait atau maksud secara keseluruhan dari bait-bait tersebut. Bagi pembelajar, Diwan ini dilengkapi dengan harkat dan tanda baca. Bagi pembelajar Ilmu Arudh dan Qawafi (Prosodi Bahasa Arab) setiap bait dalam Diwan Imam Syafi’i disertai dengan nama-nama bahar. Dan ada bonus menarik dari buku ini, mengurai Al-Hikam al-Syafiah secara abjadiyah di akhir bait-bait puisinya.

Selamat membaca….jangan terlalu melirik foto di atas, hanya sebagai penghijau tulisan.wkwkw

Senin, 02 November 2020

Penyair Madah Rasul dari Masa Ke Masa

Halimi Zuhdy

Kasidah-kasidah madah (pujian) pada Rasulullah tidak pernah usai. Sebelum terutusnya menjadi seorang Nabi, pujian-pujian itu mengalir deras kepada Abu al-Qasim. Akhlaqnya yang begitu agung menjadi magnet bagi penyair-penyair Arab untuk dinarasikan dalam lontar-lontar mulia. Misalnya, Waraqah bin Naufal  membacakan puisinya di hadapan Sayyidah Khadijah Al-Kubra, tentang akhlak Nabi Muhammad yang akan diutus. Abdullah bin Rawahah bin Tsa’labah al-Anshari bin al-Umr al-Qais (W 8 H) termasuk tiga penyair hebat yang dengan gigih menghadang serangan-serangan orang musyrik dengan kasidah-kasidah indahnya, serta pujian-pujian indah tentang pribadi Rasulullah.
Al-A’sya Maimun bin Qais (W 8 H), yang dijuluki Al-A’sya (Rabun), salah satu penyair Jahiliyah Ashhabul Mu’allaqat. Juga memuji-muji Rasulullah sangat indah, walau hidayat belum menyertai kematiannya. Nabiuun yara mala tarauna wa dzukruhu aghara la’amri fi al-biladi wa anjada. Abdullah bin al-Zab’ary (W 15 H), penentang keras Islam dan Nabi Muhammad, sebelum memeluk Islam, setelah mengenal lebih jauh Islam dan Nabi Muhammad, kasidah-kasidah Indah mengalir mengitu lembut tentang seorang Muhammad, Rasulullah. Abbas bin Midras (w 18 H), masuk Islam setelah bermimpi Rasulullah, Ketika bangun dari tidurnya, membakar semua patung-patungnya. Pujian tentang Nabi ukir sangat indah, Inna al-Ilah bana ‘alaika mahammadan.

Ratusan penyair dari berbagai masa, dari sebelum Hijrah sampai ribuan tahun setelahnya (tahun 1430 H) mereka menggambarkan keagungan Nabi Muhammad, akhlaknya yang sangat agung, seperti Penyair India; Kamala Saraya (1430 H). Walid al-‘Adhami (1425), Abdullah al-Barduni (1420 H), Nizar Qabbani (1419 H), Muhammad Amin al-Quthbi (1404 H).

Buku ini tidak hanya asyik dinikmati setiap untaian kata-kata tentang Sang Khatamin Nabiyin, tetapi kita juga dibawa pada pelbagai gaya, uslub, metafor tentang Rasulullah. Juga dapat mengenal para penyair Arab dari masa ke masa dan gaya kasidahnya. Dari masa Jahiliyah, permulaan Islam, Umayyah, Abbasiyah sampai masa Modern. Selamat menikmati....

Kamis, 29 Oktober 2020

واقع الأدب العربي في إندونيسيا

واقع الأدب العربي في إندونيسيا
(Realitas Sastra Arab di Indonesia)

....
Halimi Zuhdy
حليمي زهدي


الأدب العربي في إندونيسيا له تاريخ طويل قديم موغل في القدم، ودراسة الأدبية العربية خاصة تبحرت في موج تأسيس الجامعات الإسلامية؛ مثل: جامعة شريف هداية الله بجاكرتا، وجامعة سونان كاليجاكا بجوكجاكرتا، (وهما أقدم الجامعات الإسلامية الحكومية بإندونيسيا)، وكذلك الجامعات الأخرى قد اهتمت اهتماما كبيرا بدراسة اللغة العربية وآدابها، وتكون دراسة الأدبية العربية في المعاهد الإسلامية كالشجر بجذوره وعروقه؛ لأن دراسة المعالم الإسلامية لاتنفك من دراسة الأدب العربي. 
ودراسة أي أدب من آداب الأمم تقرب دارسه إلى أهله، وذلك لا طالاعه على تاريخهم وأفكارهم ومعتقداتم وكافة مجمالات حياتهم، فدارس أي لغة كانت، بدراسته لأدبها، تقوي ارتباطه بها، وترسخ مكوناتها لديه، وتغني رصيده اللغوي، وتتفتح لديه آفاقها إلى أبعد حدود. والثقافة العربية قريبة بدين الإسلام.

Bagaimana kesusastraan Arab berkelindan di Indonesia? Kapan, dan bagaimana tumbuh berkembangnya? Bagaimana pula ia mempengaruhi kesusastraan Indonesia?
Selanjutnya 
Dapat dibaca di "Maujul al-Adab yatazahzah fi Syathi Arkhabil"

Sabtu, 02 Mei 2020

Kitab Al-Qur'an versi Tadabbur wa 'Amal

Halimi Zuhdy

Bukan kitab tafsir atau buku panduan mengaji, juga bukan kumpulan makalah tentang tema-tema al-Qur'an. Kitab ini berisi Ayat-ayat al-Qur'an, lengkap 30 juz, yang dibagi menjadi 604 unit kajian, setiap unit terdiri dari empat pembahasan: al-Waqafat al-Tadabburiyah (Renungan ayat, tadabbur ayat), Jadwal Ma'ani al-Kalimat (Skedul arti beberapa kalimat), al-Amal bil al-Ayat (Mengamalkan ayat), al-Taujihat (beberapa petunjuk Umum).
Kitab ini termasuk Kitab pembelajaran al-Qur'an dengan menggunakan metode, al-Istima' (mendengar), al-Tilawah (membaca), al-Hifdzu (menghafal), al-Tadabbur (mengkaji, mentaddaburi), al-Amal (mempratikkan). Dan lima motede tersebut diambil dari Ayat al-Qur'an, al-'Araf (204), al-Baqarah (121), al-Ankabut (49), Shad (29), Az-Zumar (18).

Hadirnya kitab ini sepertinya ingin memberikan pencerahan  bahwa al-Quran tidak untuk dibaca (tilawah) dan dihafal saja, tetapi untuk ditaddaburi dan diamalkan, atau juga ingin membantu Madrasah atau Halaqat Hifdh Al-Qur'an yang kecenderungannya hanya membaca dan menghafal saja, dan kemudian dapat mentadabburi dan mengamalkan, maka Kitab Ini diberi nama  "Al-Qur'an, Taddabur wa 'Amal".

Menurut Tim Penulis, di antara sebab banyaknya pembelajar al-Qur'an yang hanya lebih memperhatikan cara membaca dan menghafal, karena tidak adanya metode latihan atau buku panduan khusus untuk "Tadabbur" dan "Mengamalkan". Sedangkan Para Sahabat Nabi dalam mempelajari al-Qur'an sangat memperhatikan dua hal tersebut (taddabur dan amal), sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Ma'ud "Setiap seorang dari kami, apabila belajar sepuluh ayat al-Qur'an tidak menambah lagi sebelum memahami artinya dan kemudian dapat mengamalkannya" (Al-Thabari, 1/44).

Dan menariknya setiap waqafat ada beberapa pertanyaan yang kemudian bisa langsung dijawab oleh pembaca dalam kitab ini. Kitab ini dapat dipelajari sendiri, atau juga dengan berjamaah yang dibimbing satu musyrif atau lebih. 

Selamat menikmati Kitab ini bagi yang sudah memiliki. Bagi yang belum, entah bagaimana cara mendapatkannya, karena kitab ini hadiah dari Mudir al-Ma'had al-Bi'sat Yala Thailand beberapa tahun lalu, ketika al-Faqir mengisi Pelatihan Guru Bahasa Arab untuk Guru-Guru Agama di Yala.

Halimi Zuhdy
Malang, 2 Mei 2020

Ramadan Karim

Rabu, 29 April 2020

Buku Kritik Sastra Arab

Halimi Zuhdy

Buku "Ra'hin al-Dirasat an-Naqdiyah fi al-Wathan al-Arabi" Karya Dr. Ibrahim Khalil, akan membawa pembaca melalang ke berbagai masa di mana karya sastra Arab dikaji (dikritik) serta mengenalkan jenis kritik sastra yang digunakannya. 

Dalam bukunya, Dr. Ibrahim Khalil mengkaji tentang an-Naqdu al-Idioloji (Kritik Ideologi), Naqqad Nafsiyun (Kritikus Psikolog), at-Tahlil an-Nafsani (Analisis Psikologi), Nafsiyah Abi Nuwas (Psikologi Abi Nawas), an-Naqdu al-Syakli (Kritik Formalisme), an-Naqdu wa Usthurah (Kritik dan legenda), an-Naqd wa al-Muqaran (Kritik Perbandingan), Staurah al-Naqd (Revolusi Kritik), Uslubiyat (Stailistik), al-Bunyawiyah (Strukturalisme), al-Sardiyat (Naratologi), al-Simiyaiyat (Semiotika), at-Talaqqi wa al-ta'wil (resepsi dan interpretasi),  an-Naqd al-tsaqafi (Kritik Budaya), an-Naqdu an-Nasawi (kritik Feminisme). 

Kritik sastra di Timur Tengah (kritik sastra Arab), menurutnya terdapat perkembangan yang cukup siginifikan dibandingkan dengan pada masa-masa sebelumnya, hal tersebut dapat dilihat dari beberapa wacana kritik dari al-syekh al-Marshafi, Mikhail, Naimah, Al-Aqqad, Thaha Husain dan beberapa kritikus sastra Arab lainnya. 

Kritik sastra Arab berkembang, selaras dengan perkembangan bentuk karya sastra Arab terutama al-Riwayah (Novel). Menurut Ibrahim,  kran Kritik Sastra Arab mulai terbuka dengan arus kritik Barat, yang dimulai dari al-anjalu Amiriki (Anglo-Amerika), An-Naqdu al-Alsuni (Kritik Linguistik) dengan cabangnya seperti; Stailistik, strukturalisme, dan setelahnya seperti Dekonstruksi (at-Tafkik) dan lainnya. 

Kemudian bermunculan peneliti, kritikus, pengkaji karya sastra dengan menggunakan teori-teori barat, dan bermunculan pembaharuan atau mengupas at-Turast Balaghi (Kajian Ilmu Balangah) yang dibandingkan dengan pandangan-pandangan baru, "Walau terkadang beberapa teori Barat bila diterapkan dalam karya sastra Arab terjadi banyak  penyimpangan" ungkap Dr. Ibrahim Khalil.

Minggu, 26 April 2020

Buku Nahwu al-Makna

Buku "Nahwu al-Ma'na Baina al-Nahwi wa al-Balaghah, Uslub al-Taqdim wa al-Ta'khir Anmudzajan" yang dirajut Dr. Khulud al-Shaleh, setebal 730 sangat menarik untuk dilirik, bahkan tidak hanya dilirik tapi dipelototi. He.
Guru, dosen, muallim atau mentor Grammar (Qawaid Nahwiyah), "biasanya" mengajarkannya dengan gersang dan kering. Bukan tidak hebat, tapi saking hebatnya si guru, siswa yang diajar kebingungan dan tidak paham-paham. Mengapa? Karena ia mengajar grammer untuk grammer, bukan untuk memahamkan. Atau siswa dapat memahaminya, tapi setiap apa yang disampaikan tidak disertai dengan makna yang terselip di dalamnya. Hal Ini hasil riset kecil-kecilan di beberapa daerah lo, bukan ngarang.he. tapi tidak semua, hanya kebanyakan.wkwwk.

Buktinya?! Banyak yang menjauh dari bahasa tertentu gara-gara belajar grammar, dengan alasan bulet, sulit, menjenuhkan,   gersang, kering, dan alasan lainnya.  

Buku ini mencari formulasi cantik antara Nahwu (Grammar bahasa Arab) dengan Ilmu Balaghah (Retorika, Ilmu Keindahan Bahasa), serta mengungkap setiap posisi gramatikal atau leksikal dengan makna tertentu, seperti Taqdim (posisi di awal) dan Ta'khir (posisi diakhirkan). Kalau dalam bahasa Indonesia, sepertinya istilah ini tidak ditemukan. Misalnya, "Joko menangis" maka tidak benar bila dibalik menjadi "Menangis Joko" atau dengan bentuk yang berbeda "di dalam Masjid ada Joko" dan "Joko di dalam masjid". Dalam bahasa Arab hal ini biasa,  bahkan urusan taqdim dan ta'khir sangat melimpah.

Nahwu di sini tidak hanya menjadi sebuah grammer (tata bahasa) tetapi menjadi sebuah wacana yang dikaitkan dengan berbagai ilmu. Dalam kitab ini, dua hal yang sangat terkait, Al-Janib al-bunyawi dan al-Janib al-Dalali, mungkin dapat diistilahkan dengan semantik grammar 

Selengkapnya silakan baca buku ini.he. Ingin  saya ulas lebih panjang, nantinya takut melelahkan, kalau kelelahan gambang Covid-19 menyerang.he. Guyon.

#IbqaFilManzil

Buku Metode khusus Pembelajaran Bahasa Arab Prof. Mahmud Yunus

Siapa yang tidak mengenal Prof. H. Mahmud Yunus (Mahmoed Joenoes)? santri di pesantren, murid madrasah, mahasiswa perguruan tinggi Islam bisa dipastikan mengenal beliau, apalagi santri yang berada di pesantren antara tahun 1975 sampai 1999. 
Mengenal beliau lewat  karyanya yang fenomenal "Kamus Arabi-Indonesia", dan banyak orang menyebutnya dengan "Kamus Yunus", kamus hijau. Cetakan Hidakarya Agung Jakarta, entah apakah percetakan ini masih ada atau tidak. He. Kamus yang terdiri dari 510  halaman ini menjadi pegangan santri selain kamus Marbawi dan Al-Munawwir. Kamus Munawwir sangat tebal dan cukup mahal (ukuran santri di desa lo), kalau baca Munawwir maka harus ke perpus pesantren atau sekolah, dan kalau ingin membelinya harus menabung cukup lama.wkwwk. Mereka yang punya Kamus Munawwir di kamarnya, bisa dipastikan ramai dari santri.wkwwk.

Berbeda dengan Kamus Yunus sepuluh ribu sudah dapat kamus kecil ini dengan isi yang sangat lengkap. Kamus yang diselesaikan Prof. Yunus pada 6 Nofember 1972 ini sampai hari ini masih menjadi pegangan santri dan cukup bersaing dengan kamus-kamus pendatang baru.  

Prof. Yunus yang lahir di Sungayang Tanah Datar Minangkabau tahun 1899 tidak hanya menulis Kamus Yunus, puluhan buku hadir dari tangan kreatifnya, sekitar 75 karya. Di antara yang berada di rak saya, adalah buku Metodik Khusus Bahasa Arab (Bahasa Al-Qur'an), dan mungkin termasuk buku yang hadir pertama kali tentang metode pengajaran buku bahasa Arab yang berbahasa Indonesia. Buku ini adalah kumpulan dari diktat Prof. Yunus yang diajarkan kepada mahasiswa FK Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang (sekarang UIN Imam Bonjol Padang) dan juga menjadi buku pelajaran agama setingkat PGA di Sumatera Barat. Kemudian ada benerapa penambahan (direvisi) dan menjadi buku Ajar di banyak perguruan tinggi Indonesia. 

Dalam buku ini, beliau menjelaskan cara mengajarkan huruf al-Quran dengan 4 metode, metode AlifBaTa, Metode Suara, Metode Kata-Kata, dan Metode Kalimat. Beliau juga menjelaskan beberapa kaidah umum dalam pengajaran bahasa Arab, serta beberapa teori pengajaran. Beliau menyebutkan dua teori, Teori Kesatuan dan Teori Cabang-Cabang. 

Yang menarik, beliau sudah mengenalkan sastra dalam buku metode ini, pada pasal ke 10 tentang Dirasat Adabiyah (Kesusastraan), yang beberapa tahun terakhir penulis jarang mendapatkan buku metode pengajaran bahasa Arab yang juga menyentuh kesusastraan Arab.

Halimi Zuhdy
Malang, 26 April 2020