Facebook Halimi Zuhdy
Kamis, 14 Agustus 2025
Makna Kata Dhi'āfa (ضعافًا) dalam Al-Qur’an(Membincang Generasi Tangguh)
Kamis, 17 Juli 2025
Hidup Paling Nikmat
Minggu, 17 September 2023
Anak-Anak Ramai di Masjid, Dilarang atau Dibiarkan!
Kamis, 13 Oktober 2022
Nabi dan Anak Kecil dalam Shalat
Minggu, 19 Juni 2022
Permainan Anak yang asyik
Sabtu, 02 April 2022
Anak Gagal Masuk Sekolah "A"
Kamis, 26 Agustus 2021
Hadiah Paling Indah untuk Anak
Minggu, 27 Juni 2021
Bayangkan!! Ketika Anakmu Sudah Besar
Kamis, 10 Juni 2021
Kegalauan Orang Tua dalam Mendidik Anak
Selasa, 11 Agustus 2020
Mengapa Tuhan Tidak Menjauhkan Keburukan dari Kita?
Selasa, 26 Mei 2020
Mendidik Anak: Hindari 3M, Lakukan 3K.
Jumat, 04 Oktober 2019
M o m e n t
Halimi Zuhdy
Setiap detik itu adalah moment terpenting hidup kita. Tapi mengapa sering diabaikan? Bahkan, tak peduli dengan apa yang terjadi.
Kerikil yang menyapa. Debu yang menerpa. Daun yang melambai-lambai. Dan, air yang terpercik ke baju kita, bukanlah sebuah kebetulan. Ia sudah termaktub rapi di Lauh Mahfud-Nya. Malaikat bekerja sedemikian rupa.
Namun, kadang kita lupa, bahwa moment apapun adalah paling indah dalam kehidupan. Mengapakah kita lupa mengabadikannya. Walau tidak ada (yang) abadi kecuali keabadian-Nya.
Ketika kita mengambil gambar (menfoto), mengapa kita memilihnya? Bukankah setiap moment itu istimewa. Benar. Tapi ada moment-moment (yang) sangat istimewa. Sebagaimana Allah memberikan waktu-waktu istimewa. Pada setiap harinya, setiap bulannya, dan setiap tahunnya. Dalam satu minggu, hari Senin, Kamis dan Jumat. Dalam satu bulan, ada Ayyamul Bedh, 13,14 dan 15. Dalam satu tahun, bulan al-Muharram, Ramadlan, dan lain sebagainya.
Untuk apa? Agar kita terus menunggu waktu istimewa dengan melakukan kebaikan-kebaikan itu. Pada waktu yang istimewa itulah kita perkuat rindu dan cinta. Agar ikatan semakin erat. Bila ada kedekatan, maka rahmat akan terus mengalir pada kita.
Mengabadikan moment terindah dalam setiap detiknya. Selalu membekaskan nama-Nya di setiap waktu dan tempat, fadzkuruni azkurkum. Dzikir itu akan direkam. Diputar dalam setiap roda kehidupan. Tentunya nanti akan kita saksikan dalam layar lebar Mahsyar. Di mana tiap manusia menunggu pemutaran film kehidupan mereka. []
Jum'ah Mubarokah...
Ket: Ketika Abah Zawawi melukis wajah suram ini,wkwkwk.
Gus Aziz Progresif terima kasih.
Jumat, 30 Agustus 2019
Hanya Orang sembarang, Yang Berlaku Sembarangan
Oleh Halimi Zuhdy
Setiap lewat jalan Bandung selalu disambut dengan plang yang bertuliskan "Bila Anda Bukan Orang Sembarangan, Jangan Buang Sampah Sembarangan", kata-kata ini seperti memecut saya, Apakah saya termasuk orang sembarangan? walau urusan sampah, khususnya kepada anak-anak, pasti saya arahkan untuk membuangnya pada tempatnya. Tapi, kata itulah yang menggelitik tangan ini untuk menuliskannya.
"Sembarangan" kalau dalam bahasa Arab bisa disamakan dengan "Kedhaliman", dhalim adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.
الظلم هو وضع الشيء في غير موضعه، وهو الجور، وقيل: هو التصرف في ملك الغير ومجاوزة الحد.
Kata "Dhalim" ini, satu kata dari "dhalam" yang bermakna kegelapan.
Gelap itulah yang membawa seseorang pada prilaku yang tidak menentu, sembarangan, sporadis, dan cendrung meletakkan sesuatu pada selain tempatnya. Maka, butuh "Nur", untuk meneranginya. Nur kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Berkait dengan sampah, masih banyak masyarakat kita yang kurang peduli. Saya sering melihat mobil bagus, tapi perilaku orang di dalamnya tidak sebagus mobilnya, buang sampah sembarangan di jalan, ia menggap jalan raya sebagai tempat sampah. Ngennes.
Belum lagi pengendara motor, pejalan kaki, dan lainnya, yang mereka seperti tidak sadar melemparkan sesuatu (sampah) sembarangan, ketidaksadaran inilah buah dari kebiasaan mereka, mereka yang biasa membuang sampah sembarangan.
Sehingga banyak narasi (plang) bagi mereka yang membuang sampah sembarangan, mungkin masyarakat yang sadar kebersihan sudah sangat terusik sekali, seperti, "Hanya anjing yang membuang sampah di sini", "Ya Allah, Aku Rela Miskin 7 Turunan, Kalau Buang Sampah Sembarangan", "Ya Allah, Cabutlah Nyawa Mereka Yang Membuang Sampah di Sini", "Yang Membuat Sampah di Sini, Tak Dungono Kesurupan", "Bila Anda Tidak Mampu Membuang Sampah Pada Tempatnya, Mata Telankan Makanan/Minuman Beserta Kemasannya". Masih banyak kalimat lebih kasar dari kalimat di atas, walau tidak sedikit kata yang diperhalus.
Suatu saat, atau sudah terjadi, bagi yang membuang sampah di Penjara. Wkwkwwk.
Seperti adanya “polisi Tidur” , apakah hanya alat untuk memperlambat pengendara mobil atau motor, atau ada sesuatu di balik semakin maraknya pemasangan polisi tidur itu.
Setelah saya coba merenung, itu sangat terkait dengan perilaku dan akhlaq masyarakat pengendara dan masyarakat pemakai jalan tersebut. Kenapa harus ada polisi tidur? Karena sudah tidak lagi peduli dengan keselamatan orang lain, atau bahkan dirinya, atau kecepatan yang tidak terkontrol sehingga banyak orang mengalami kecelakaan.
Kemudian diberiperingatan disepanjang jalan, dengan tulisan “harap pelan-pelan”, tetapi juga di _labrak_, ini menandakan bahwa bahasa tulisan sudah tidak dipedulikan, peringatan apapun sudah diabaikan, apakah tidak bisa membaca? Saya yakin, pasti bisa, namun sudah abai.
Ditambah lagi dengan tulisan “ngebut benjut”, tapi tulisan itu pun seperti angin lewat, pengendara masih saja abai, sama dengan tulisan “hanya anjing yang kencing di sini”, “hanya sampah masyarakat yang membuang sampah di sini”, itu adalah kemarahan masyarakat yang terganggu dengan sesuatu yang dilanggar, berarti tanda apakah itu, ketika banyak yang sudah tidak peduli dengan lingkungan, keselamatan, kesehatan, keindahan, keamanan, dan lainnya. Kenapa harus ada kata-kata yang begitu menghentak?
.
Aturan demi aturan dilanggar, peringatan demi peringatan diabaikan, berarti ada yang sakit dengan masyarakat tersebut, sehingga karena masyarakat sekitar jalan itu terganggu atau sering terjadi kecelakaan, maka jalan terakhir adalah dipasang “polisi tidur”, dilambatkan paksa, dihentikan paksa, karena sudah tidak peduli dengan peringatan dan kata-kata.
Bagaimana dengan mereka yang tetap saja, membuang sampah sembarangan? Apakah ada Polisinya?.wkwkwkw.
Mudah mudahan kita tetap berakrab dan mengamalkan maqalah " An-nadhafatu Minal Iman".
Malang, 30 Agustus 2019
Minggu, 21 April 2019
Kiat Sukses Ala Nabi Musa AS
"Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". (QS. Al-Qoshos:24).
Sabtu, 30 Maret 2019
Memilih Nama Anak
(Apalah arti sebuah nama?)
Halimi Zuhdy
"Apalah arti sebuah nama", kata-kata ini dianggap tidak etis pada satu sisi, namun bisa menjadi etis pada konteks lainnya, misal bila dikaitkan dengan sebuah ketawadu'an (Rendah hati) atau menghilangkan nama diri untuk menghindari kesombongan, atau menjadi baik bagi orang yang mencari "nama" an sich.
Kata-kata di atas menjadi tidak etis, bahkan dianggap tidak ikut sunnah, bila tidak mempedulikan arti sebuah nama, misalkan nama anak. Hanya asal saja.
Suatu hari, ada seorang sahabat bertanya pada Nabi Muhammad saw, dalam riwayat Abul Hasan. “Ya Rasulullah, apakah hak anakku terhadapku?”. Nabi menjawab: “Engkau baguskan nama dan pendidikannya, kemudian engkau tempatkan ia di tempat yang baik”.
Bila kemudian hanya sekedar memberi nama, dan tidak dipahami artinya, bahkan nama tersebut tidak memiliki arti yang baik, maka hal tersebut termasuk orang tua yang tidak memberi hak kepada anaknya.
Nama itu bukan hanya pembeda, di dalam nama tersebut ada sebuah harapan besar, bahkan nanti di hari kiamat, nama itu menjadi sebuah kebanggaan bagi dirinya, ia akan dipanggil dengan nama itu. “Baguskan namamu, karena dengan nama itu kamu akan dipanggil pada hari kiamat nanti,” kata Rasulullah. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Hiban).
Maka, nama adalah sebuah identitas, cita-cita, doa, harapan besar orang tua, dan ia akan menjadi kebanggan dirinya dengan penyematan nama itu. Dan nama itu, bisa menjadi pembeda aqidah, identitas keluarga, dan keturunan nantinya.
Ada beberapa hal yang dianjurkan dalam pemberiaan nama sebagaimana dalam kitab "Tarbiyatul Aulad" yang rangkai oleh Dr. Nasih 'Ulwan; a) Tidak menggunakan nama Tuhan, kecuali diberi kata Abduh sebelumnya. b). Nama yang tidak memiliki arti ketundukan kepada selainNya, seperti "Hamba Kopi" dll. c). Nama yang artinya tidak mudah hilang, lekang, dan sirna.
Pemberian nama, dianjurkan pada hari ketujuh sebagaimana Hadis Shahih, “Setiap bayi tergadai dengan aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuh, dicukur rambutnya dan diberi nama pada hari itu juga.”(HR. Abu Daud, An Nasai, Ibnu Majah, Ahmad). Atau pada hari ketika ia dilahirkan, "Pada suatu malam, aku dianugrahi seorang bayi dan aku namai ia dengan nama ayahku, yakni Ibrahim.” (HR. Muslim)
Namun, pencariannya bisa kapan pun, bisa saja sebelum memiliki Istri, sebagai motivasi untuk mendapatkan seorang anak shaleh dengan calon istri shalehah. Atau ketika, ia berada pada malam pertama, dan membayangkan seorang ulama hebat, dengan namanya, sebagai tafaulan pada beliau. Atau mendiskusikan dengan istri, atau meminta kepada seorang 'Alim dengan harapan anaknya diberikan nama terbaik sesuai dengan karakternya. Pencarian tersebut oleh ulama tidak dibatasi. Namun, yang disunnahkan memberikannya anaknya pada hari ketujuh,atau hari pertama dilahirkan.
Pengalaman penulis mencari nama, ada yang terinspirasi dari; pengarang kitab, keunikan nama, sultan, pengalaman, makna yang dimiliki, yang kemudian dicari di mu'jam bahasa Arab, serta kekhasan kalimatnya dan sejarah yang mengitari kelahirannya. Artinya, ketika ditanya oleh anak suatu saat, maka segudang jawaban sudah termaktub. Misal; Mohammad Nayif Azmi, Mohammad Najid Al-Izzi, Athifah Muhibatullah, Athirah Rahmatillah. Kedua anak pertama dan keempat menggunakan ism Fa'il dengan awalan yang sama "Mim dan Nun", (Moh. Nayif dan Moh. Najid) demikian dua putri, ke dua dan ketiga Athifah dan Athirah. Yang semuanya bersajak. Sedangkan arti dan sejarahnya sangatlah panjang. He.
Sekilas penulis bahas arti anak yang ke-empat, Mohammad Najid Al-Izzi. Dalam tulisan bahasa Arab: محمد ناجد العزي. Kata Mohammad, sudah sangat mafhum, sebuah tafaul kepada Sang Nabi Allah, akhlaq dan kepribadiannya, serta aqidah yang dianutnya. Bagaimana perintah dan sunnah baginya, suatu saat adalah menjadi napaknya.
Sedangkan kata, "Najid" memiliki banyak arti, dan bagus; pemberani, ketingian akhlaq, terdidik, intelek, penyuka keunggulan dan lainnya. Mengapa nama ini dipilih, karena; 1) maknanya yang bagus, 2) berawalan "Nun" untuk menyamakan dengan kakaknya, juga menggunakan awalan "Nun" dan ism Fa'il, 3) jarang digunakan di Indonesia, beda dengan Najib dan beberapa alasan lainnya.
ناجد : أصل الاسم، عربي،
اسم عربي يطلق على الذكور، وهو من الفعل نجد أي إرتفع، ويدل على السمو ورفعة الشأن، كما يعني الغالب، الواضح، الشجاع، ويمكن أن يصبح اسم مؤنث "ناجدة". وصاحب اسم ناجد يتميز بشخصية مهذبة، مثقف وكثير الإطلاع والتعلم، يحب أن يكون متفوق ومميز في العمل، ويساند من يحتاج الدعم.
Sedangkan "Al-izzi" selain maknanya yang baik, dan sebuah tafaul akan memperoleh "kemuliaan", juga menyamakan dengan kakaknya "Azmi" yang diawali "Ain", namun ditambah "al". Bisa juga "Najid Izza, atau Najid Izzi".
Malang, 29 Maret 2019
#MohonDoaAtasPenamaanAnak_tasmiyah
Senin, 19 Juni 2017
Buta, Penghafal Al-Quran
@halimizuhdy3011
Sungguh mata yang saya gunakan sepertinya terlalu banyak melakukan dosa (mudah-mudah Allah mengampuni), banyak melihat kesia-siakan dalam kehidupan fana ini. Sungguh, tiada sekejap mata memandang pun, yang tidak ada pertanggung jawabannya, semua akan dicatat oleh Allah. Untuk apa mata ini gunakan?. Melihat anak-anak kecil yang buta tetapi penghafal Al Quran, sepertinya ada pesan kuat dari Allah, "Yang buta saja bisa menghafal Al-Quran, bagaimana dengan matamu yang begitu indah dan kuat memandang dunia, apakah tidak malu dengan mereka?". Beberapa yang saya tahu dari ribuan orang yang masih kecil dan buta, tapi sudah hafal Al Quran atau masih proses penyelesaian, seperti; Mu'ad Mesir, Mashithah Indonesia, Husain Muhammad Thohir Saudi, Jihad AlMaliki Riyad KSA, Abdullah Ammar dan lainnya. Mereka digerakkan oleh Allah untuk membawa Al Quran ke sekitar kita dengan pesan yang luar biasa.
Senin, 23 Januari 2017
IBU, Penggerak Karakter (Cerita Luar Biasa)
Senin, 23 Mei 2016
Hindari 3M, Lakukan 3K
1. MENGKRITIK
Selalu mengkritik anak akan menimbulkan ketakutan, ketidakpercayaan diri, bahkan orang tua yang selalu mengkritik anaknya dalam berbagai aktifitas, akan tumbuh dalam diri anak tersebut sifat "penakut", jika sifat tersebut tertanam dalam diri anak, ia akan takut melangkahkan kakinya, takut bermimpi, takut berkreasi bahkan takut untuk melakukan sesuatu yang biasa apalagi yang luar biasa. Dan selalu mengkritik anak akan menghancurkannya dari dalam.
Orang tua hendaknya tidak selalu membandingkan anaknya dengan saudaranya, temannya, tetangganya dan orang lain. Karena setiap anak dilahirkan berbeda dengan kemampuan berbeda pula. Membandingkan dengan orang lain hanya akan menjadikan anak marah, jengkel, bahkan ia takut menjadi dirinya sendiri, ia akan selalu membandingkan dirinya dengan orang lain, selalu mengukurnya, kalau tidak sama, ia bingung, takut salah, dan menjadi orang yang lemah. Maka tanyakanlah padanya?"Apa yang biasa kamu lakukan, apa yang akan kamu lakukan?"
Orang tua hendaknya tidak selalu mengeluhkan keberadaan dirinya terhadap anaknya, misalkan "saya sudah siapkan semua fasilitas, sekolah bagus, makanan, motor, mobil, tapi kenapa kau masih seperti ini, ayah sudah capek dengan kamu, kamu kok belum rajin, tidak pernah dapat rangking dll". Jika keluhan orang tua selalu dilontarkan pada anak, ia akan merasa serba salah dan selalu merasa berdosa, anak akan ciut dalam bergaul, dan akan mengurangi semangatnya, meskipun tujuan kita untuk menyemangati, tapi kita keliru. Mengeluh hanyalah sifat para pemalas.
Senin, 04 Juni 2012
Tuhan, Punya Tempat?
