Halimi Zuhdy
Dalam Al-Qur’an, terdapat satu Ayat yang sangat menarik ketika membicarakan tentang generasi masa depan, yaitu firman Allah dalam Surat An-Nisā’ ayat 9:
{وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا خَافُوا۟ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا}
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraannya). Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar." (QS. An-Nisā’: 9)
Dalam Ayat ini, Allah menyebut kata "ḍhi‘afā’" (ضعافًا) yang berarti "lemah-lemah" sebagai sifat dari generasi yang ditinggalkan. Padahal, jika dilihat dari kata sebelumnya yaitu "dzurriyyah" (ذُرِّيَّةً), yang merupakan bentuk tunggal (mufrad), seharusnya kata yang cocok secara struktur adalah "ḍha‘īfah" (ضعيفة), bentuk tunggal dari "lemah".
Namun Al-Qur’an dengan kebijaksanaan bahasanya justru menggunakan bentuk jamak: ḍhi‘afā’.
Mengapa Menggunakan Jamak, Bukan Tunggal?
Inilah letak keunikan dan kedalaman bahasa Al-Qur’an. Pemilihan kata jamak "ḍi‘afā’" bukannya tanpa maksud. Di balik penggunaan bentuk jamak ini, tersimpan pesan bahwa "kelemahan generasi tidak hanya dalam satu aspek, tetapi bisa dalam banyak hal".
Generasi yang lemah bisa berarti: Lemah dalam aqidah (keyakinan), lemah dalam ilmu pengetahuan, lemah dalam ekonomi, lemah dalam politik dan kepemimpinan, lemah secara fisik dan mental, dan lemah dalam kepribadian dan adab
Jika Al-Qur’an hanya menggunakan bentuk tunggal, maka pemahamannya akan terbatas pada satu sisi kelemahan saja. Namun dengan penggunaan bentuk jamak, Allah menunjukkan bahwa generasi masa depan bisa mengalami berbagai macam kelemahan, dan itu menjadi kekhawatiran nyata bagi orang tua yang bertanggung jawab.
Kewajiban Kita: Meninggalkan Generasi Tangguh
Ayat ini sebenarnya adalah teguran sekaligus peringatan bagi setiap orang tua atau siapa pun yang memiliki peran pendidikan dan pengasuhan. Allah mengingatkan: "jika kamu takut meninggalkan generasi yang lemah, maka bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah kata-kata yang benar".
Ini bermakna bahwa "ketangguhan generasi" tidak hanya dibangun melalui materi, tapi melalui keteladanan takwa, tutur kata yang baik, dan warisan nilai yang lurus.
Maka, jika kita ingin meninggalkan generasi yang kuat, maka harus dimulai dari sekarang: dengan memperkuat pendidikan, ketahanan ekonomi, spiritualitas, dan mentalitas mereka. Sebab, tidak ada gunanya meninggalkan warisan materi yang melimpah jika generasi yang mewarisinya justru rapuh dan kehilangan arah.
Ayat ini menegaskan: jangan tinggalkan generasi yang lemah, baik secara akidah maupun dalam aspek kehidupan lainnya. Al-Qur’an mengajak kita berpikir jauh ke depan: jangan hanya pikirkan diri sendiri, pikirkan pula anak-anak dan cucu kita nanti, dalam kondisi seperti apa mereka akan tumbuh dan hidup. Karena generasi tangguh tidak tercipta secara instan, tetapi dibentuk dengan kesadaran, perencanaan, dan takwa yang ditanamkan sejak awal.
Semoga anak keturunan kita menjadi generasi tangguh.🤲
Allahu A‘lam bi al-Shawab
Masjid Akbar Surabaya
1 Agustus 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar