السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

Senin, 24 Februari 2025


Halimi Zuhdy

Sebagai seorang pendidik, saya sedih ketika melihat dan mendengar seorang pengajar yang melakukan kekerasan fisik atau mental, pengajar yang sering memarahi, merendahkan, atau mempermalukan murid yang akan membuat proses belajar menjadi tidak nyaman dan menurunkan semangat belajar. Atau seorang guru yang berkata baik tetapi bertindak sebaliknya. Atau membedakan murid berdasarkan latar belakang, kedekatan pribadi, atau prestasi akademik tanpa alasan yang benar. Atau mengajar hanya soal nilai dan hafalan, tetapi tidak peduli pada pembentukan karakter. Atau pengajar yang hanya sekedar masuk kelas, tanpa persiapan. Dan lainnya. 
Ketika kita berbicara tentang pendidikan, sering kali yang pertama kali terlintas dalam pikiran adalah kurikulum, metode pembelajaran, atau fasilitas sekolah. (tidak salah Lo, kurikulum, metode dan fasilitas itu penting, apalagi lembaga pendidikan harus memperhatikan hal tersebut). Tapi, ada sesuatu yang lebih mendasar yang harus menjadi perhatian, yaitu pengajar itu sendiri.  Mari kita lirik dan kaji susunan Ayat dalam Surat Ar-Rahman berikut. Penulis sengaja melirik Ayat ini, karena ada 3 (tiga) kata penting. Ar-Rahman, Allama dan al-Qur'an. Dan Ayat ini dipilih karena terdapat kata "allama", mendidik, mengajar, memberitahu, menginstruksikan, memberi pelajaran. Mari, perhatikan bagaimana Allah membuka Surah Ar-Rahman:  

الرَّحْمٰنُ عَلَّمَ الْقُرْآنَ  

Urutan kata dalam ayat ini bukan kebetulan. Allah tidak langsung menyebut proses mengajar (‘allama) atau materi ajar (Al-Qur’an), melainkan terlebih dahulu memperkenalkan diri-Nya sebagai "Ar-Rahman", Yang Maha Pengasih. Ini memberikan pelajaran penting, pendidikan harus dimulai dari pribadi pendidik itu sendiri.

Seorang guru, sebelum ia mengajarkan ilmu, harus memiliki kasih sayang, empati, dan ketulusan. Ilmu bisa diperoleh di mana saja, tetapi sentuhan hati dari seorang guru yang baik akan membentuk kepribadian muridnya. Betapa banyak orang yang sukses bukan karena buku ajar yang canggih, tetapi karena bertemu dengan seorang guru yang menginspirasi mereka dengan kelembutan dan kebijaksanaan.  Sekali lagi, bukan tidak butuh buku ajar Lo ya?! Wkwwk

Setelah sifat Ar-Rahman disebutkan, barulah muncul kata ‘allama - mengajar. Ini menunjukkan bahwa proses belajar-mengajar memang penting, tetapi ia harus berjalan di atas dasar kasih sayang dan kepedulian. Pendidikan bukan sekadar menyampaikan teori atau menyusun silabus, melainkan seni dalam membimbing dan mendidik dengan penuh kebijaksanaan.  

Kemudian, setelah menyebut proses mengajar, Allah menyebut Al-Qur’an - materi ajar. Ini mengajarkan kepada kita bahwa "buku, fasilitas, dan kurikulum memang diperlukan, tetapi mereka bukan faktor utama dalam keberhasilan pendidikan." Jika seorang guru/dosen/ustadz memiliki hati yang penuh kasih dan metode yang baik, ia bisa mengajarkan ilmu bahkan tanpa fasilitas yang mewah. Namun, sebaliknya, jika pendidikan hanya bertumpu pada teknologi dan buku tanpa adanya guru yang tulus, ilmu akan kehilangan rohnya. Apalagi tujuan ilmu bukan hanya sekedar mencari ilmu lo ya, tapi menjadi lebih baik dengan akhlak terpuji. 

Jadi, dalam konsep pendidikan yang diajarkan oleh Ayat di atas, ada tiga unsur utama: pribadi pengajar, metode mengajar, dan materi ajar. Namun, urutannya jelas—bukan dimulai dari materi, bukan pula dari metode, melainkan dari karakter pendidiknya. Oh ia, ini bukan satu-satunya, kalau benar-benar ingin mengetahui pendidikan dalam Al-Qur'an, mungkin dapat menggunakan beberapa Ayat terkait dengan ilmu atau pendidikan, yang dalam Al-Qur'an kata "ilmu" dan derivasinya ada 811. Ini membutuhkan kajian lebih dalam. 

Dalam menilik Ayat di atas, Inilah yang perlu kita renungkan. Sebelum bertanya tentang metode terbaik atau kurikulum yang paling efektif, kita perlu bertanya lebih dulu, sudahkah para pendidik memiliki kasih sayang dan kebijaksanaan dalam mendidik? Sebab, sebagaimana yang diajarkan dalam Surah Ar-Rahman, pendidikan sejati bukan hanya soal ilmu, tetapi tentang bagaimana ilmu itu diberikan dengan cinta.🥰

***
Maka, bisa ikuti Saluran Fatwa Cinta Ya......

Jumat, 23 Desember 2022

Belajar dari Mata Lalat, Lebah dan Wasit

Sorot Mata Seseorang dan Dampak Kehidupannya

Halimi Zuhdy

Di dunia, ada banyak jenis mata. Dan setiap mata, memiliki keistimewaan tersendiri. Allah menciptakan mata dengan berbagai jenis dan fungsinya. Ada mata yang benar-benar mata, ada mata sebagai sebuah kiasan, dan ada mata yang menjadi mata-mata. 
Mata berfungsi untuk melihat, memperhatikan, menilik, memandang dan mengamati. Dan mata tidak hanya berhenti pada sebuah penglihat saja, tetapi ia akan berdampak pada hati dan pikiran, juga pada kinerja atau aktifitas seseorang. Allah mengajari manusia dengan banyak memperhatikan berbagai macam jenis mata, baik mata manusia, hewan, tumbuhan atau mata air.   

Sebagai amsal adalah empat jenis mata. Dua mata dari jenis serangga (hewan), mata lebah dan mata lalat. Dan dua mata dari jenis manusia;   Mata Najwa, bukan pada personalnya, tetapi lebih kepada acaranya. Dan mata wasit. Membincang empat mata di atas, hanyalah sebuah gambaran sederhana saja, gambaran manusia dalam memandang sesuatu dan akibatnya.   

"Ustadz, kehidupan orang itu (dia menyebut seseorang) tidak pernah bahagia dan selalu gelisah" ucap teman yang menemani saya di salah satu meja makam di Brunei Darussalam. "Karena matanya, seperti mata lalat, bukan mata lebah" tambahnya. Dia sepertinya agak kesel pada seseorang yang setiap harinya hanya membicarakan kejelekan orang lain. Dia curhat, banyak orang yang menjelek-jelekkan negaranya, walau setiap hari makan dan minum dari hasil buminya. Dan pemerintah tidak pernah ada baiknya, semua yang dilakukan salah dan buruk. 

Dengan curhatan itu, saya jadi teringat empat jenis mata di atas. Perbedaan lebah dengan lalat. Lebah memiliki dua mata yang terletak di kedua sisi kepalanya. Kedua mata lebah dapat digunakan untuk melihat dengan jarak jauh serta dapat membedakan berbagai warna kecuali warna merah, dan juga digunakan untuk melihat sesuatu dengan jarak dekat. Sedangkan lalat melihat sesuatu dengan cara yang berbeda dari cara seseorang melihat sesuatu, dan lalat memiliki sel saraf khusus yang disebut sel fs yang menentukan pergerakan dan lokasi yang tepat (Mas'ud Masyal)

Apa perbedaan antara mata lebah dan mata lalat?, lebah memiliki mata yang sensitif yang hanya melihat bunga-bunga indah, dan ia hanya hinggap pada apa yang dilihatnya indah dan menakjubkan. Jadi ia memilih bunga terindah untuk mendarat di atasnya. Sedangkan lalat punya kepekaan tersendiri dan memiliki cara memandang dan lebih peka lebih daripada mata lebah, tetapi ia hanya mendarat pada hal-hal terkecil, ia meninggalkan segala sesuatu yang indah dan berukuran besar, dan hinggap pada sesuatu yang kotor, walau ukurannya kecil.

Ini menarik. Di sekitar kita, dan bahkan dalam kehidupan kita. Kita tinggal memilih, mau menjadi mata lebah atau mata lalat. Tidak sedikit  yang memilih menjadi mata lalat, selalu mencari kekurangan, kotoran, keburukan orang lain atau keburukan yang terjadi disekitarnya. Diteliti, dibahas, dikaji dan disebarkan. Maka, yang terlihat adalah keburukan dan kekurangannya. Walau, tidak sedikit bahkan mungkin masih lebih banyak kebaikannya. 

Ada seseorang yang menjadi mata lebah. Memandang sesuatu dengan kacamata positif, kebaikan, dan keindahan. Sehingga melihat sesuatu, akan selalu ia maknai dari kacamata keindahan. Karena, dirinya adalah sosok yang indah. Melihat non jauh ke depan, hal-hal besar, walau tidak meninggalkan yang kecil. Semua warna ia mampu menerimanya, mendapatkan warna hitam, ia padukan dengan warna lainnya menjadi warna yang artistik. 

Ada beberapa orang yang meninggal kehidupan indah, kesuksesan yang indah, dan matanya menjadi lalat. Setiap melihat keindahan, ia buang jauh-jauh, karena dalam pikirannya adalah keburukan. Bukan untuk zuhud, tetapi pikirannya sudah kalah dan tertutup oleh suudhan. Setiap orang menjulurkan kebaikan, dinilai politis, ada maunya dan seterusnya. Hidup, memang penuh dengan teka-teki, tetapi cara pandang menentukan masa depan. 

Bagaimana dengan Mata Wasit dan mata Najwah? Lah, ini yang saya tunggu dari pada pembaca untuk komentar. 🤩. Kalau mata wasit, sangat awas melihat kesalahan, dan ada dua warna yang dikeluarkan, kuning dan merah. Ia bukan melihat kelebihan (walau nantinya ada nilai untuk para pemain yang bermain bagus), tetapi di lapangan dia hanya akan mencari kesalahan, benarkah?🤩. Bagaimana dengan Mata Najwah?

Tutong Brunei Darussalam, 23 Des 2022

Senin, 19 Desember 2022

Belajar dari Kegagalan Argentina dan Menjadi Kampium 2022

Halimi Zuhdy

“Tragis” kalimat yang muncul dari beberapa nitezen, ketika Argentina takluk dari Saudi Arabia. Sebaliknya Saudi Arabia yang tidak terlalu diunggulkan, menjadi perbincangan dunia. Warga Saudi Arabia bersukacita, sedangkan tim berjuluk La Albiceleste berduka cita.
Tim asuhan Lionel Scaloni itu menempati Grup C bersama Polandia, Meksiko, dan Arab Saud sempat diragukan untuk sampai pada fase berikutnya. Tetapi skuad ini terus bertahan dan bangkit, Meksiko dan Polandia ditaklukkan. Berikutnya Australia digasak, pada perempat final Argentina mengalahkan Belanda, dan Kroasia pun takluk 3-0 dari kaki Skuad La Albiceleste di semifinal.

Berbeda dengan Skuad Prancis kemenangan demi kemenangan diraih dari awal, walau sempat kalah dengan Tunisia tapi Les Bleus sudah dipastikan lolos dari fase grup. Dan ia terus melaju, Marokko yang dianggap tim keajaiban pun tak dikasih ampun oleh Prancis. Argentina gagal di awal, dengan kesedihan yang mendera, dan terus belajar dari kegagalannya. Seakan-akan Argentian menganjarkan pada semua orang, bahwa kepedikan itu tidak selamanya. “Mendingan perih di awal dan mendapatkan berbagai nutrisi, dari pada tak pernah gagal terus terpuruk”, seakan-akan Leoni Messi berbisik tadi malam di telinga saya, walau tidak sempat menyaksikan perhelatan besar tadi malam karena kelelahan dari perjanalan Indonesia Brunai Darussalam.

Semua orang pasti akan menyambut datangnya sukses dengan tangan terbuka. Sebaliknya, banyak orang akan berusaha agar tidak mengalami kegagalan.

Kenyataannya, sukses dan gagal merupakan "satu paket" yang tidak bisa dipisahkan. Lalu, mengapa kita harus takut pada kegagalan? Yang perlu kita ketahui adalah apa yang harus kita lakukan ketika kegagalan datang. Simak yang berikut.

Jika kita sadar bahwa kegagalan itu merupakan bagian dari sukses dan kegagalan merupakan guru yang terbaik, maka kita tidak akan takut ketika kegagalan datang.

Hidup kita seolah berada di sebuah perahu yang berada di tengah samudra luas. Perlu perjuangan untuk membuat perahu tersebut melaju menuju pulau impian yang kita tuju. Jika tidak, Perahu hanya akan terombang-ambing entah kemana. Kita perlu terus menjadikan Perahu bergerak dan mengarahkannya ke arah pulau impian kita. Namun, kadang badai datang, membuat Perahu kita oleng bahkan hampir tenggelam. Namun perahu kehidupan memiliki sebuah keajaiban. 

Perahu kehidupan tidak akan pernah tenggelam selama kita memiliki harapan. Oleng mungkin tetapi tenggelam tidak jika kita masih memiliki harapan bahwa kita akan sampai ke tujuan yang kita impikan. Jika badai begitu lama menggoncang perahu kita, jangan pernah menyerah, karena menyerah adalah satu cara pasti perahu kita tenggelam. Harapan, membuat perahu kita tidak akan pernah hancur dihantam gelombang dan tidak akan membuat perahu kita karam.

Lalu, dari mana datangnya harapan? Harapan ada pada diri kita, sebab tidak ada badai yang melebihi kekuatan diri kita. Sebesar-besarnya badai masih dibawah kemampuan kita semua.

Tuhan telah memberikan kekuatan yang sangat dahsyat pada diri kita atau mendatangkan badai yang besarnya masih ada dibawah kemampuan kita. Tuhan tidak pernah memberikan cobaan yang melebihi kemampuan kita.Jagalah harapan bahwa selalu ada jalan keluar. Yakinlah bahwa kita bisa bertahan.

Pasti ada sesuatu hikmah besar dibalik kesulitan yang kita hadapi. Semakin besar kesulitan, mungkin semakin besar dan bernilai hikmah yang akan kita dapatkan nanti.

Jagalah harapan, karena badai pasti berlalu, dan yakinlah pada badai yang datang menghampiri kita adalah sebuah media pelatihan diri untuk mencapai apa yang kita inginkan.

Orang tidak akan pintar jika tidak di latih, dan Badai yang menghampiri hidup kita adalah media pendidikan yang tepat, yang dikirim tuhan agar kita siap untuk menajadi sukses, Tidak ada orang pintar tanpa pendidikan, Tidak Ada orang yang bisa menyanyi tanpa latihan, Burung Elang yang perkasa tidak akan bisa terbang tinggi tanpa terjatuh.Maka Persiapkan Perahu kita untuk dapat menembus Badai Kehidupan yang akan menerjang kita dari arah yang tidak bisa di prediksi. Karena biasanya setelah badai akan ada hari yang indah. Walau terkadang jawaban dari tuhan tidak seperti yang kita harapkan, tetapi keindahan akan kita dapatkan jika kita menyadarinya.

"Aku akan datang lagi dengan semangat raksasa" kata Kylian Mbappe penyerang Prancis, "Siap, Aku akan temani" jawab Youssef En-Nesyri pemain Marokko. 

Brunai Darussalam, 19 Desember 2022

Senin, 28 November 2022

Selalu Ada Kejutan dalam Hidup

-Min Haitsu La Yahtasib

Halimi Zuhdy

Kesedihan hanya sesaat, kebahagiaan melimpah ruah. Kebahagiaan demi kebahagiaan terkadang tak terasa saking banyaknya limpahan kebahagiaan dalam hidup. Inna ma'al usri yusra, sungguh kesulitan hanyalah sedikit, kemudahan begitu melimpah. Saatnya menikmat setiap kebahagiaan, bukan meratapi setiap kesedihan. 
Allah memberi kejutan dalam kehidupan seseorang, ketika seseorang dalam kelelahan menghadapi kehidupan. Wa yarzuqhu min haisu lanyahtasib, ....Dan Allah memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Sedih, tetiba bahagia. Bahagia, tetiba sedih. Tapi, kesedihan selalu tidak lama, bagi orang yang beriman pada Takdir. Kemarin sedikit sedih karena 3 tiket yang hangus; Sby-Batam, Batam-Medan, Medan- Kuala Namo (Aceh) hangus, hari ini sangat bahagia, karena masih diberikan kesehatan oleh-Nya dan masih bisa melanjutkan penerbangan.  

Kita perhatikan gelar Sepak Bola Dunia 2022 di Qatar, selalu ada kejutan. Argentina yang dijagokan, tetiba bertekuk lutut di kaki Saudi Arabia. Arab Saudi Bahagia.  Kebahagiaan tak bertahan lama, Saudi Arabia tak berkutik di kaki Polandia, sedih. Argentina kini menatap penuh semangat masuk 16 besar. Belgia yang bersemangat, harus rela dihajar Moroko. Entah bagaimana akhirnya. Jerman kini bisa sedikit bahagia, walau sebelumnya dibuat sesak nafas oleh Jepang, kini Jepang yang berhenti bernafas, walau masih selalu ada harapan bagi Jepang. 

Demikianlah piala dunia, dan juga kehidupan di dunia. Tetap bersemangat menatap  kehidupan adalah jalan yang harus ditempuh. Bersyukur atas segala pemberian-Nya, adalah bagian dari cara menempuh bahagia. Dan bersabar atas musibah yang dihadapi adalah bagian dari membuat diri menjadi indah. 

Dunia itu fana (hancur, berubah). Tiada yang abadi di dalamnya, ada saat- saatnya di atas, ada pula saatnya di bawah. Tetapi atas dan bawah hanyalah bagian dari roda yang diputar, bukankan mobil sampai pada tujuan karena roda yang silih berganti, berputar. Maka, menikmati setiap putaran roda, adalah syukur padaNya. Kejutan-kejutan selalu datang bagi yang bersyukur. Dan kejutan akan menjadi kejutan, bagi yang bertaqwa padaNya. Wayarzuqhu min haitsu la Yahtasib.

(Edisi 2)
Sby-Jakarta-Medan-Aceh, 28 Nov 2022

Minggu, 27 November 2022

Boarding Time 04:50

3 Tiket Hangus

Halimi Zuhdy

Setiap masalah, pasti Allah kasih solusi. Dan setiap solusi, selalu menjadi yang terbaik. Asalkan yakin, tidak ada masalah yang akan menjadi masalah, masalah/kegagalan akan berbuah akan menjadi pelajaran, pengalaman, dan kebaikan. Tinggal dicari setiap hikmah yang akan diberikan.
Ini pengalaman kedua saya ditinggal pesawat. Memang galau, tapi dibuat santai. Karena pasti ada solusinya, asalkan hati dan pikiran ditenangkan. Pesan tiket lagi,  terbang. Rugi tiket hangus, ia. Tapi, banyak hikmah dalam ketertinggalan. Bukan lagi persoalan berapa uang dan waktu yang telah dihabiskan, tetapi berapa kuat melatih diri untuk bersabar. 

Kali ini kasusnya sama, tertinggal dalam hitungan detik. Hanya ditinggal untuk shalat shubuh di gate 13, nama saya dipanggil (ketika takbir pertama), tidak mungkin shalat dibuat super cepat, karena ditunjuk jadi imam sama beberapa staf bandara yang agak akhir shalat. Saya perkirakan, waktu masih nutut dengan detik yang ada, tapi...

Salam pada tahiyat akhir. Langsung ambil langkah cepat. Sampai ke gate 15. Duaaaar. Tanya sana -sini, "Apakah pesawat menuju Batam Batu Besar sudah take off?". "Ia Bapak, baru 2 menit yang lalu pintu gate 15 ditutup Bapak",  

Saya duduk sebentar menenangkan hati dan pikiran. Setelah tenang, cari petugas bandara di gate 10 yang masih aktif mengurus keberangkatan menuju Makassar atau mana, lupa. "Tiket bapak hangus, pesawatnya sudah berangkat beberapa menit lalu Bapak". Saya yakin, pesawat tidak mungkin kembali menjemput saya, gegara saya terlambat.wkwkwwk. Coba saya presiden, atau menteri, pasti tidak ditinggal (menghayal). 

Di depan mata. Saya perhatikan pesawat demi pesawat mulai meninggalkan landasan terbang. Pikiran nyeracau, ya inilah kalau belum waktunya berangkat. Sudah 3 kali hampir berangkat ke Tanah Rencong, Aceh. Tetapi, selalu ada asbab sampai. Ingin sekali mendekap Serambi Mekkah. Terbayang ziarah Abdirrauf As-Singkili, Hamzah Al Fansuri, Syekh Nuruddin Arraniri, dan beberapa kehangatan lainnya yang sudah terbaca dalam sejarah Aceh sejak masih duduk di MI. Ke beberapa negara pernah saya kunjungi, ke beberapa wilayah di luar Jawa juga sudah pernah, tetapi Aceh ini belum. 

Perjalanan kali ini, sudah ada agenda terjadwal rapi oleh Fakultas Abad dan Humaniora UIN Arraniri Aceh, bertepat di Prodi Bahasa dan Sastra Arab, acara dimulai jam 08.00-15.00 besok 28 Nov 2022. Agenda visiting lecturer, FGD dengan prodi BSA, dan diskusi penulisan skripsi dengan mahasiswa, dan agenda lainnya. Kalimat-kalimat ini masih dicoret belum juga mendapatkan tiket menuju Banda Aceh, hari ini semuanya sudah sold out (terjual).

Kaki melangkah ke beberapa tempat pemesan tiket menuju Aceh, kalau tidak ada hari ini, maka besok berangkat. Fokus mencari solusi, fakus mencari tiket, karena UIN Ar-Raniri dan cerita Aceh sudah terekam di hari. 

Sudahlah yang lalu biarlah berlalu. Yang tidak baik, jadi pelajaran. Yang baik, jadi keindahan. Dan semuanya yang terjadi adalah bagian dari ketentuan Tuhan. "Mengapa kok tidak ini, tidak itu, pasti tidak akan terjadi" perkataan seperti ini hanya akan membuka pintu setan untuk menggoda lebih dalam. Dalam kutipan hadis yang diriwatakan Abu Hurairah
......
Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: 'Seandainya aku lakukan demikian dan demikian'. Akan tetapi hendaklah kau katakan: 'Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah dia kehendaki pasti terjadi'. Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu setan" (HR Muslim). 

Mungkin ini kesalahan saya, karena kurang awal, kurang disiplin dan lain sebagainya, tetapi ada hal lain yang harus dilakukan. Selalu mengevaluasi diri, tidak mencari pembenaran diri. Karena kekurangan yang disadari, akan memberikan tambahan yang berarti. Kekurangan yang tidak ditanggapi, akan berakhir pada kegagalan yang tidak berarti. Gagal sebuah keharusan, bagi seseorang yang ingin maju. Bukankah tidak ada pelari cepat yang memenangkan pertandingan, kecuali ia pernah gagal dan mungkin jatuh. 

3 tiket hangus. Disyukuri, isnyallah Allah akan mengganti tiket-tiket lain yang lebih indah. Tiket sehat, tiket selamat, tiket bahagia, tiket berkah, tiket penganti dan tiket-tiket lain yang Allah selalu curahkan. Selalu positif. "Allah selalu memberikan yang terbaik". Kebaikan tidaklah harus apa yang kita sukai, bisa saja kebaikan ada sesuatu yang kita benci, tetapi memberikan manfaat yang sangat berarti. 

Dinikmati, disyukuri, dan dijalani. Dan jangan lupa selalu mengevaluasi diri.

Juanda, 27 November 2022

***
Mudah-mudahan ada tiket untuk esok hari, dan dapat bersua dengan syekh Arraniri.

Minggu, 26 Juni 2022

Daun yang Tak Gugur

Halimi Zuhdy

"Daun apa yang tidak pernah jatuh walau sudah mengering?" tanya seorang teman mengutip pertanyaan Nabi Muhammad saw pada beberapa sahabatnya.

"Masak sih, ada daun yang tidak jatuh?" ia agak heran dengan pertanyaan teman tadi. 
"Ada dong..., daun itu tidak jatuh sesuai dengan kerasnya kehidupan pohon itu. Ia tumbuh di tanah yang gersang, matahari yang selalu membakar, bebatuan yang menghimpitnya, membuat dedaunannya begitu tangguh!" Ia mencoba menjelaskan dan memancing jawaban yang mengarah pada yang diinginkan.

"Pohon kurma!" teriak teman yang di sampingnya. 

"Benar, ia pohon begitu istimewa, tidak hanya bermanfaat untuk fisik manusia, tapi ia juga memberikan nutrisi pada psikis manusia yang mampu mengambil mengambil ibrah dari kehidupannya". Ia membenarkan jawaban temannya yang duduk sambil menyeruput kopi biji kurma dan tersenyum puas.

Berbagai masalah yang menimpa seseorang jangan diartikan sebagai siksaan pada baginya. Bisa saja, ia sebuah latihan untuk membuatnya tangguh dalam menghadapi kehidupan yang keras. Bukankah orang yang berlatih keras dan sungguh-sungguh, akan menjadi manusia yang tangguh, mampu menaklukkan pedang, dan bahkan pedang bagian dari tubuhnya. Darah laksana pewangi dalam setiap jengkal tubuhnya. 

Orang yang lagi menghadapi berbagai masalah, dan ia berfikir Allah melatihnya untuk tangguh, maka ia akan menerima dengan indah. Karena tidak ada manusia hebat yang lepas dari berbagai masalah dan cobaan hidup. 

Semakin besar cobaan dan masalah yang dihadapi, semakin banyak ilmu dan pengalaman yang didapatkan. Dan nantinya, ia akan menjadi seseorang yang tahu banyak hal, dan menghadapinya kerasnya hidup dengan biasa-biasa saja. Di saat orang-orang menganggapnya aneh dan luar biasa, ia malah tersenyum, bahwa semuanya telah ia hadapi dengan sabar.

Biji kurma ditanam di dalam pasir sekitar 2 sampai 3 meter. Suasana pasir yang gersang, dengan terpaan angin yang keras, sinar matahari yang menyengat dan juga dingin yang mencengkram. Belum selesai. Biji itu tidak hanya ditanam, tapi di atasnya tindih dengan bebatuan yang keras. Ia benar-benar di tanam dalam kondisi keras. 

Apakah ia mengering dan mati? apakah bijinya mengecil dan ringkih?. Tidak. Ia menguatkan diri, akar-akarnya menancap kuat ke bawah, mencari sisa-sisa air hujan yang mungkin terserap di balik pasir-pasir yang gersang itu. Semakin ia ditekan, ia semakin kuat. Ketika ia merasa akarnya kuat, kemudian ia bertunas. Ia menampakkan tubuhnya yang lucu ke permukaan pasir, memecah bebatuan yang menghimpitnya berbulan-bulan. Tersenyum menyambut matahari yang tak lelah datang bertubi-tubi.

Demikian seterusnya, ia sudah terbiasa dengan dingin dan panas yang ekstrim. Tak lagi galau dengan berbagai masalah, hujan yang lama tak datang, ia tetap tersenyum. Pasir yang menyiram setiap saat ia tak kendor, sinar perih matahari pun, buliran hujan yang indah. 

Begitulah seseorang yang terus sabar dalam menghadapi berbagai masalah. 

****
Teruntuk jamaah haji 2022, selamat menikmati dedaunan kurma yang terus melambai, menyambutnya dengan Labbaik Labbaik Allahumma Labbaik.

Buah Busuk Akan Jatuh Sendiri

Halimi Zuhdy

"Buah yang busuk tidak usah dijatuhkan, ia akan jatuh sendiri". Pesan menarik yang pernah saya dengar. 

Tidak usah terlalu capek dengan memikirkan orang lain yang berbuat keburukan atau berbuat jahat pada kita. Atau tidak usah terlalu berfikir keras pada perbuatan orang lain, karena setiap orang punya dunianya sendiri. Setiap orang punya masalahnya sendiri. Kalau ia berbuat tidak baik, maka akan ada balasan sesuai dengan perbuatannya.
Buah busuk tidak butuh untuk ditebang pohonnya hanya untuk mengambil buahnya, karena ia akan jatuh sendiri pada saatnya. Demikian juga dengan pohon yang sudah matang, tidak usah diumumkan, burung-burung akan menghampirinya dan berasyik masuk dengannya. 

Ungkapan menarik dari Vildamir "Saya selalu mencari kebaikan yang ada dalam diri seseorang, sedangkan keburukan itu akan tampak sendiri dari dirinya, dan bahkan dirinya yang akan menginformasikan sendiri akan keburukan itu". Maka, keburukan seseorang yang diperbuat akan terbongkar, kalau tidak, waktu yang akan membongkar sendiri. 

Fokus pada diri sendiri, bagaimana selalu bisa berbuat baik pada orang lain. Dan fokus pada keburukan sendiri, agar tidak fokus pada keburukan orang lain. Karena untuk mengeja keburukan sendiri butuh waktu lama, dan tidak akan pernah selesai. Bagaimana akan sempat mengeja keburukan orang lain.

Jumat, 08 Oktober 2021

Keutamaan Anjing Terpelajar

Halimi Zuhdy

Anjing!!!. Ungkapan yang sangat tidak enak didengar, bahkan muncul amarah membara ketika seseorang mendengar kata anjing yang ditujukan padanya dengan nada tinggi. Mengapa? Karena persepsi jelek tentang anjing sangat dalam menghujam dirinya.
Berbeda dengan hewan-hewan lainnya, ketika jenis hewan ini disebut dengan nada tinggi, ia tidak banyak memengaruhi psikisnya, ia  tanggapi sebagai guyonan belaka, Buaya!!!..Macan!!!..Kucing!!!

Masih tentang hewan yang lidahnya menjulur dan menggonggong, anjing. Ada salah satu anjing yang bernama Qitmir dimasukkan ke sorga, karena ia bersama orang-orang shaleh. Ia menjaga majikannya, melindunginya, dan setia menemaninya. Demikian dalam cerita Ashab al-Kahfi. Kata Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Surat Al-Kahfi; 
كلبٌ أحب قوماً فذكره الله معهم ! فكيف بنا وعندنا عقد الإيمان وكلمة الإسلام وحب النبي صلى الله عليه وسلم .

Anjing yang mencintai Ashab AlKahf, Allah monumenkan namanya bersama mereka, bagaimana dengan kita yang mempunyai ikatan iman, Islam dan cinta pada Nabi?. Ibnu Athiah juga menyatakan hal yang sama, "Sesungguhnya orang yang mencintai orang shaleh (ahl khair), ia akan mendapatkan keberkahannya, seperti anjing yang disebutkan dalam Al-Qur'an, karena anjing tersebut menemani Ashabul Kahfi.  

Dan yang menarik dalam Fawaid Al-Qurthubi, ia menggambarkan sebuah Ayat yang berbicara tentang anjing yang terpelajar dalam Surat Al-Maidah, Ayat 4. 

(یَسۡـَٔلُونَكَ مَاذَاۤ أُحِلَّ لَهُمۡۖ قُلۡ أُحِلَّ لَكُمُ ٱلطَّیِّبَـٰتُ وَمَا عَلَّمۡتُم مِّنَ ٱلۡجَوَارِحِ مُكَلِّبِینَ تُعَلِّمُونَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ ٱللَّهُۖ فَكُلُوا۟ مِمَّاۤ أَمۡسَكۡنَ عَلَیۡكُمۡ وَٱذۡكُرُوا۟ ٱسۡمَ ٱللَّهِ عَلَیۡهِۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَرِیعُ ٱلۡحِسَابِ)

Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), “Apakah yang dihalalkan bagi mereka?” Katakanlah, “Yang dihalalkan bagimu (adalah makanan) yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang pemburu yang telah kamu latih untuk berburu, yang kamu latih menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah apa yang ditangkapnya untukmu,dan sebutlah nama Allah (waktu melepasnya). Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.”

Jawarih (جوارح/binatang) dalam Ayat di atas seperti anjing (kilab), burung elang (shuqur) dan  macan kumbang (fuhud). Dan Mukallibin (مكلبين/pelatih) adalah yang melatih anjing atau hewan lainnya untuk berburu. Maka, hukum memakan hasil buruan anjing yang tidak terlatih (tidak terpelajar) tidak diperbolehkan (tidak halal), yaitu anjing yang belum siap menjadi anjing pemburu, atau anjing yang masih belum mahir dalam berburu hewan. Berbeda dengan anjing yang sudah terlatih menjadi pemburu, maka hasil dari tangkapannya diperbolehkan untuk dimakan (halal).

Imam Al-Qurthubi menanggapi Ayat, "Ayat ini sebagai bukti, bahwa orang berilmu memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh orang bodoh (jahil), anjing yang terlatih memiliki keistimewaan (fadilah) dibandingkan dengan semua anjing yang ada. Demikian juga manusia yang berilmu, mereka lebih utama (awla),  dari pada mereka yang tidak pernah belajar (bodoh), apalagi mereka yang alim (terpelajar) dapat mengamalkan ilmunya.

وفي هذه الآية دليل على أن العالم له من الفضيلة ما ليس للجاهل; لأن الكلب إذا علم يكون له فضيلة على سائر الكلاب ، فالإنسان إذا كان له علم أولى أن يكون له فضل على سائر الناس ، لا سيما إذا عمل بما علم

Sesuatu yang dipelajari oleh seseorang dengan sungguh-sungguh, kemudian ia menjadi ahli di bidangnya, maka ia akan mendapatkan keistimewaan dari kebanyakan orang yang tidak  memiliki keahlian sepertinya.

******
Gambar diambil dari Al-Insan Kalbu (Manusia Anjing) walaraby.co. uk

Kamis, 26 Agustus 2021

Hadiah Paling Indah untuk Anak

Halimi Zuhdy

Saya tertegun ketika membaca sebuah Maqal yang berjudul "Madza Qaddamta Li Auladik" kira-kira kalau diartikan, "Apa yang Engkau hadiahkan untuk anakmu?". Saya jadi berfikir, hadiah apa yang pantas dan bermanfaat bagi anak-anak nantinya; pulau, hotel, apartemen, kendaraan atau apa?, sepertinya kurang pantas memberi hadiah di atas, apalagi sampai hari ini saya belum punya satu kamar hotel pun untuk saya hadiahkan. Wkw
Ah, ketimbang menghayal yang tidak-tidak, sepertinya hadiah di atas memang tidak cocok untuk anak-anak. Oh ia, hadiah-hadiah indah dan keren dari ulama dahulu untuk anak-anaknya adalah hadiah berupa kitab. Imam ibn Ajurmiya mengarang kitab "Al-Jurmiyah" untuk putranya. "Bulughul Al-Maram" yang dirajut oleh Ibnu Hajar juga untuk anaknya. Imam Al-Saqqaf mengarang kitab "Al-Aud al-Hindi" ia hadiahkan untuk anaknya. 

Ada juga kitab yang luar biasa "Umdah al-Salik" yang dikarang Ibnu al-Naqib al-Misr al-Syafi'i ia hadiahkan untuk putra tercintanya. Imam al-Hafidh al-Iraqi mengarang kitab "Taqrib al-Asanid wa Tartib al-Masanid" yang kemudian ia beri syarah dalam "Tharh al-Tadrib" setelah seelsai beliau hadiahkan pada putranya, Abi Zar'ah al-Iraqi. Dan yang menarik Abu al-Walid al-Baji mengarang kitab khusus untuk anak-anaknya dan juga untuk anak-anak di muka bumi, "Al-Nasehah al-Walidiyah". 

Ibnu Hajar ketika kehilangan kedua putrinya pada masa pandemi yang banyak menelan korban pada waktu itu, ia mengarang kitab "Badz al-Ma'un fi Fadhail al-Ta'un". Dan kitab ini paling banyak dirujuk pada masa pandemi Covid-19. "Lamiyah al-Af'al" kitab yang dirajut oleh Ibnu Malik juga dihadiahkan untuk anaknya. Ini, beberapa kitab yang dirajut orang tua (ulama) untuk putra-putri tercintanya, sebagai hadiah dalam hidupnya. Hadiah beberapa kitab para ulama di atas, pada akhirnya tidak hanya sebagai hadiah untuk putra putrinya tetapi untuk generasi setelahnya, sampai hari ini, kita menikmati kitab-kitab berharga tersebut. 

Kira-kira kitab apa yang akan kita hadiahkan untuk generasi kita, khususnya untuk anak-anak kita?. Kitab tidak hanya menjadi hadiah untuk generasi setelahnya, tetapi ia menjadi monumen penting pada setiap zamannya. Ia menjadi masdar ilmu pengetahuan dan perkembangan keilmuan setelahnya. Kitab adalah hadiah paling berharga untuk generasi setelah. 

Mudah-mudahan kita juga bisa memberikan hadiah paling indah untuk generasi setelah kita. 

Malang, 26 Agustus 2021

Sabtu, 24 Juli 2021

Akhir dari Kisah Nabi Yusuf

(Mamadukan Optimis dan Tawakkal)

Halimi zuhdy

Kisah Nabi Yusuf dalam Al-Qur’an digambarkan sebagai kisah terbaik, ahsanal qashasi. Kisah ini turun ketika Nabi Muhammad saw dirundung kesedihan, yang dikenal dengan Amm al-Huzn (tahun kesedihan), karena Istri dan pamannya wafat pada tahun itu. Seakan-akan hadirnya kisah Yusuf AS sebagai motivasi pada Nabi Muhammad untuk tidak bersedih, karena kisah Yusuf AS dipenuhi dengan berbagai macam cobaan, kesedihan, petaka, tapi berakhir dengan keindahan. 
Kisah yang bermula dari mimpi, dan berakhir dengan tafsir mimpi. Kebohongan saudara-saudaranya dengan menggunakan robekan kain baju sebagai bukti Yusuf AS diterkam binatang buas, pada akhirnya robekan baju yang membebaskan Nabi Yusuf dari tuduhan Istri sang Menteri, dan juga dengan bajunya, ayahanda Nabi Yusuf dapat melihat dunia Kembali, dengan izin Allah. 

Pesan terkuat dari kisah Nabi Yusuf adalah Ia sangat percaya dan yakin akan rencana (tatbir) Allah, bersabar dan tidak putus asa. Dengan tiga pesan ini, Nabi Yusuf dapat melalui berbagai penderitaan dan cobaan itu, hal ini terdapat pada salah satu Ayat dalam surat Yusuf, yaitu;
إِنَّهُۥ مَن يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik”.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10219591323682870&id=1508880804

Hidup itu memang tidak pernah lurus dan mulus, seperti jalan, ada tikungan, tanjakan, menurun, dan lurus. Permulaan yang indah, terkadang berakhir dengan derita. Dan awal yang buruk, terkadang berakhir dengan keindahan. Betapa ayahanda Nabi Yusuf sangat mencintai Yusuf, tetapi Nabi Yusuf dalam episode ini berakhir di dasar sumur (jub), sesusatu yang membuat pilu. Dan ketika Nabi Yusuf dijual sebagai budak, dan ia menjadi pembantu di istana yang megah, tetapi pada akhirnya dialah yang menjadi raja di istana itu, walau sebelumnya lantai penjara telah mendekapnya, tetapi dari penjara itulah dimulai kisah suksesnya. Kisah motivasi yang indah bagi manusia, bahwa hidup tidak pernah lurus mulus.

Kisah Nabi Yusuf, seperti menggambarkan kepada pembacanya, bahwa perjalanan demi perjalanan selalu dinikmati oleh Nabi Yusuf AS, selalu ada keyakinan pada dirinya, sabar yang mengiringinya, dan tawakkal kepada Tuhannya. Selalu ada optimis dalam diri Nabi Yusuf, sehingga ia berhasil. Dan dalam surat Yusuf, banyak sekali Ayat tentang rasa pesimis yang kemudian dengan optimis semuanya kegundahan berakhir dengan kebahagiaan, “Maka tatkala mereka berputus asa dari pada (putusan) Yusuf mereka menyendiri sambil berunding dengan berbisik-bisik” (80), “dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”, (87). “Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami” (110).

Sungguh kisah ini memberika motivasi untuk bangkit dalam keadaan terpuruk, optimis menuju kesuksesan, karena Allahlah yang mengatur segalanya, Wallahu ‘ala kulli syain qadir. Nabi Yusuf diselamatkan dari sumur oleh kafilah, diangkat menjadi anak oleh sang Menteri, menafsirkan mimpi kemudian dikeluarkan dari penjara, dan diminta pendapatnya terkait dengan kekeringan, yang kemudian diangkatlah menjadi raja. Selalu ada jalan menuju keindahan, atas kuasa Allah. 

Pesan terindah; 1) mutiara selamanya akan menjadi mutiara, walau dibuang di tempat paling buruk pun, ia akan kembali berkilau indah. Dipenjara, tapi dari singgasana raja, Yusuf AS dipanggil untuk menghadapnya "inna naroka minal muhsinin, sesungguhnya saya melihat kamu termasuk orang-orang baik". 2) Sesungguhnya kebaikan dan kejelekan bukanlah pada sesuatu itu, tetapi "bagaimana kita menggunakannya", bajumu kadangkala digunakan untuk menipu, kadang sebagai pembebas dari tuduhan palsu, dan ia pula yang datang sebagai obat untuk Ya'qub Ayahmu. 3) Tidak semua yang indah, tidak semua kebaikan, tidak semua yang membahagiakan harus diceritakan, karena di sana ada orang yang benci, iri, dengki dan mereka merasa terancam dari pemberian dan kenikmatan itu.4) Bahwa tikaman, tusukan dan penghianatan, tidak dapat kita duga datangnya, ketika engkau selamat dari serigala tapi tidak dari saudaramu. Tidak semua selimut melindungi dari gigil, tapi kadang memberi bara dan membunuh. 5) Mendapat limpahan dunia, berada di istana, menjawab cinta rayuan wanita/laki, bukanlah suatu jalan mengindah jiwa, tetapi tempat yang paling indah adalah Allah semata. "Aku berlindung kepada Allah, Dialah Tuhanku, sebaik-baiknya tempat kembali" 6) Cinta itu punya aroma, tidak dapat merasakannya kecuali sang pecinta. Demikian, Ayah Yusuf AS sudah mencium baunya sebelum baju itu sampai padanya. 7).Dunia itu tidak akan pernah selesai dari peperangan, antara benar dan salah, ia selalu ada sampai hari kiamat. Hanya tentaranya saja yang berganti. 

Malang, 23 Juli 2021

Kajian Al-Qur'an, Sastra Arab dan Turast dapat dibaca di:

📲FB: Halimi zuhdy
💌IG: Halimizuhdy3011
🎞️Youtube: Lil Jamik
🌍Web: halimizuhdy.com
🦜 Twitter: Halimi Zuhdy

Sabtu, 05 Juni 2021

Bersyukur kan Bahagia

(Melirik Makna "Laazidannakum)

Halimi Zuhdy

Terbayang tidak, orang yang melakukan tindak korupsi adalah orang-orang miskin? terbayang tidak, orang yang ngedrak dan teler pakai narkoba adalah mereka orang-orang miskin? Ada sih, tapi lebih banyak yang kaya?! 

Terbayang tidak, orang kaya berhenti mencari kekayaan? Setelah menjadi kaya, apakah mereka selalu merasakan bahagia? Belum tentu kan!?. 
Kebahagiaan bukan karena menjadi kaya. Kebahagiaan apabila bersyukur atas apa yang telah didapatkan, diperoleh, dan dihasilkan. Maka, tidak menunggu bahagian kemudian bersyukur, tetapi berayukurlah maka akan menemukan kebahagiaan. 

Demikian pula dengan jabatan, kemasyhuran, dan lainnya. Ia tidak akan pernah selesai, tidak akan pernah puas, bahkan akan terus dicari, diburu, dikejar walau sampai ke lubang semut. Yang mampu meredam dari sekian ketidakpuasan adalah syukur. Syukur karena qanaah (merasa cukup) terhadap pemberiaan-pemberian Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah;

كُنْ وَرعًا تَكنْ أعبدَ الناسِ، وكنْ قنعًا تكنْ أشكرَ الناسِ

“Jadilah seorang yang wara’, niscaya engkau menjadi manusia yang paling baik dalam beribadah. Dan jadilah seorang yang qana’ah, niscaya engkau menjadi manusia yang paling bersyukur”.

Dalam al-Qur'an ada beberapa kepastian apabila seseorang melakukan sesuatu,  di antaranya adalah bersyukur

(وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَىِٕن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِیدَنَّكُمۡۖ وَلَىِٕن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِی لَشَدِیدࣱ)

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” [Surat Ibrahim 7]

Apa yang ditambah? Dalam Tafsir Al-Alusi, seseorang akan bertambah nikmatnya, ketaatannya kepada Allah, dan selalu ridha akan pemberianNya. Dalam Tafsir Al-Razi, akan bertambah nikmat ruhaniah dan nikmat jasadiyah. Ruhaniah, ia akan semakin taat kepada Allah, selalu sibuk bersyukur atas apa yang diberikanNya, selalu berbuat baik kepada orang lain, dan selalu mencari bagaimana ia dicintai Allah. Sedangkan jasadiyah, ia diberikan nikmat yang lebih, sedangkan kadarnya Allah yang Maha Tahu, karena setiap orang diberikan kadar yang berbeda.

Sebanyak apapun materi, semasyhur apapun sebuah nama, setinggi apapun pangkat, tidak akan pernah merasakan kebahagiaan, apabila tidak ada syukur di ddalamnya. Tetapi sebaliknya, di gubuk yang reot, pengais-ngais sampah, tidak pernah terbaca halayak, tetapi syukur selalu mengembang dalam dirinya, maka kebahagiaan akan selalu dirasakannya.

Imam Hasan al-Bashri berkata, “Sesungguhnya Allah memberi nikmat kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Jika seseorang tidak mensyukurinya, maka nikmat tersebut berbalik jadi siksa.”

*******
 "Bersyukur, maka akan bahagia", "tidak menunggu bahagia, kemudian bersyukur, karena yang mendatangkan bahagia adalah apabila ia bersyukur" 

✍️
Kajian Al-Qur'an dan Turast dapat dibaca di:

📲FB: Halimi zuhdy
💌IG: Halimizuhdy3011
🎞️Youtube: Lil Jamik
🌍Web: halimizuhdy. com

Rabu, 26 Mei 2021

Agar Selalu Hidup Bahagia

Halimi Zuhdy

Ada seseorang yang bertanya, bagaimana agar selalu bahagia tanpa pernah sedih? Bagaimana agar selalu sukses tanpa gagal? Bagaimana harapan selalu menjadi kenyataan?. 
Saya mendapatkan pertanyaan seperti ini, seperti mendapatkan sebuah kenyataan dalam hidup, bagaimana seandainya hidup ini kenyang terus?, atau mulut ini tertawa terus? atau hujan terus tanpa henti agar tidak ada sengatan matahari? atau hanya duduk leyeh-leyeh terus kemudian uang datang sendiri dan makanan tersedia! Ah, pasti hidup ini membosankan. 

Karena indahnya hidup itu, bukan  karena kita selalu tertawa, tetapi kita paham kapan kita harus tertawa, kapan harus bersedih, dan kapan harus terharu biru?!. Bukankan melihat orang sedih, kita dapat bersedih juga adalah kebahagiaan.

Bahwa indahnya musim hujan karena adanya musim panas. Merasakan nikmatnya kenyang, karena pernah merasakan perihnya rasa lapar. Merasakan pahitnya kopi, karena tahu manisnya gula. Menikmati keindahan pagi dengan senyum sinar mentari, karena tahu betapa gelapnya malam membuat seribu sendu.

Allah menciptakan neraka, agar manusia tahu betapa karamah Allah itu sangat luar biasa, demikian kata Ibnu  Imad dalam Kasyf al-Asyrar Anma Khafiyah anil Afkar.

Suatu hari saya bertanya pada orang yang mengayuh sepeda (goes), saat itu wajahnya penuh keringat, nafasnya naik-turun, tangannya sepertinya agak gemetar, kadang terhuyung-huyung, "Bapak kan punya sepeda motor, mengapa capek-capek goes" saya bertanya pada si pengayuh sepeda ini. Apa jawabnya, "Ini yang saya cari pak, bisa berkeringat, capek, dan agar tahu banyak medan". 

Sepertinya aneh, kok susah-sudah ngayuh sepeda angin, wong ia bisa menggunakan sepeda motornya. Ternyata, tidak semua nyaman itu nikmat, ternyata capek itu adalah keindahan. Inilah kenyataan hidup, tidak semua terang itu diharapkan, terkadang gelap gulita paling dirindu.

Bagaimana agar selalu bahagia?!. Ini sebuah pertanyaan yang bisa dijawab oleh setiap manusia, dan juga bisa dilakukan oleh orang yang pernah bahagia dan sedih. Karena hidup di dunia itu, pasti merasakan keduanya, bahagia dan sedih. Inilah kefanaan dunia. Ia selalu silih berganti. Kebahagiaan yang abadi adalah di surgaNya. Tetapi, ada beberapa tips dari ulama yang diambil dari sabda Nabi, agar hati selalu merasa bahagia, yaitu bersabar ketika mendapat musibah, dan bersyukur ketika mendapatkan kebahagiaan. Bila dua hal ini ada diri seaeorang, maka akan stabil dalam berbagai kondisi. Bukankah hidup itu hanya dua, kalau tidak bahagia, maka ia sedih.

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

Ada pula tips dari Ali An-Thatawi, dalam Adz-Dzikriyat, juz 6 hal 214

" إن أقرب طريق إلى سعادة القلب أن  تدخل السعادة على قلوب الناس، وإن أكبر لذات الدنيا هي لذة الإحسان؛ لا أقصد الريال الذي تلقونه للسائل، ترمونه إليه و أيديكم عالية ووجوهكم مُقطّبة ولسان حالكم يقول : انظر هوانك وعِزَّنا وفقرك وغنانا، بل إن الإحسان أن تُعطوا من قلوبكم لا من أيديكم وحدها، فيكون المال في اليد والبسمة في الشفاه ".

Cara yang paling mudah agar mendapatkan kebahagiaan hati adalah engkau membahagiakan hati orang lain (manusia), dan paling nikmat dan lezatnya dunia apabila kau berbuat baik. 

Allahualam Bishawab

Minggu, 03 Januari 2021

Pohon Kelor yang Rapuh

(Belajar Hidup pada Kelor)

Halimi Zuhdy

Yang paling saya rindukan ketika pulang ke Madura adalah masakan sayur kelor. Ditemani nasi jagung. Ikan tongkol. Sambel terasi. Sedikit serundeng (kelapa tanpa daging). 
Pohon kelor ini menghiasi dan memagari beberapa rumah di Madura. Tidak sulit mendapatkannya. Sepertinya, ia sayuran paling asyik disruput kuahnya, daun-daunnya yang mungil menambah lezatnya makanan, masuk tanpa ditelan. Tapi, pohon ini yang paling saya hindari untuk dipanjat. Rapuh. Bila dahannya mengering hanya dibuat kayu bakar. Tidak banyak dimanfaatkan, tidak seperti pohon mimba, siwalan, kelapa yang gagah, kuat, keras, yang juga menghiasi pulau Madura.

Beberapa tahun terakhir, saya baru tahu ternyata daun Meronggai (Kelor) memiliki banyak khasiat, bahkan ada yang menyebutkan pohon ajaib, belum lagi mitos-mitos yang menyertahinya. Di antara khasiatnya yang saya baca; menurunkan kolesterol, melindungi tubuh dari keracunan arsen, meredakan peradangan, mengatasi kangker, baik untuk daya ingat dan jantung, mencegah anemia, memberikan nutrisi untuk tumbuh, kaya akan antidioksida dan khasiat lainnya.

Pohon yang dahan-dahannya sangat rapuh ini, ternyata mengandung banyak khasiat. Ini mengandung hikmah yang luar biasa bila kita kaitkan dengan kehidupan manusia. Rapuhnya, ringkihnya, lemahnya tubuh seseorang, terkadang tidak demikian dengan pikirannya, cerdas, cerdik,   atau sebaliknya. 

*******
"Ha.. Ha.. Ha.." Riuh suara tawa para sahabat, entah apakah ada yang lucu, atau meledek. Nabi Muhammad SAW langsung menegur mereka, "Apa yang membuat kalian tertawa", para sahabat yang berada di tempat itu terdiam, tertegun, dan gugup, mereka belum sampai menjawab pertanyaan Nabi, dan Rasulullah SAW melanjutkan tegurannya, "Apakah karena betisnya yang kecil? Semua pada terdiam,  tak seorang pun berani menjawab. 

Kemudian Rasulullah SAW menyampaikan sabdanya, “Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggamanNya, sesungguhnya kedua (betis)nya lebih berat dari Gunung Uhud dalam timbangan amal.”

Ternyata para sahabat itu menertawakan keadaan betis Abdullah bin Ma'ud yang kecil, ketika itu Rasulullah SAW meminta tolong kepada sahabatnya ini untuk mengambil batang siwak dari pohonnya. Saat memanjat pohon itulah, betisnya yang kecil terlihat. Mereka pun tertawa. 

Sungguh, bentuk tubuhnya tak membuat ia rendah. Ia adalah generasi terbaik. Ia disebut-sebut Nabi paling bagus bacaan Al-Qur'annya dan paling baik pemahamannya. Nabi SAW pernah bersabda, "Barang siapa cinta dan senang membaca al-Qur’an sesuai yang diturunkan, hendaklah ia membacanya sesuai bacaan putranya Ummu Abad (Abdullah bin Mas'ud) .” Sungguh kemuliaan baginya, pujian-pujian Nabi mengalir untuknya. Pujian yang sangat indah, Nabi tak melihat fisiknya, tak memandang bentuk tubuhnya, betisnya yang kecil, lebih berat dari gunung Uhud, bagaimana dengan anggota tubuhnya yang lain.

Jika kita perhatikan pepohonan; ada yang batangnya rapuh, berbunga indah. Ada yang tak berbunga, berdaun lebat, dapat dibuat tuk bernaung. Ada yang tak lebat, tapi penuh buah, menyegarkan penuh rasa. Ada yang tak berbunga, tak berbuah, tak ada dedaunan lebatnya, tapi akarnya mencengkram memberi jutaan obat. Ada pula batangnya kokoh kuat, tuk menyanggah rumah, walau tak ada bunga. Semuanya, mengahadirkan manfaat.
Hanya  terkadang, kita belum tahu rahasianya. walau berbeda cara memberi, tapi ia atas nama "pepohonan".

Demikian pula manusia; ada yang kaya, memberi dengan kekayaannya, walau memberi tidak harus menunggu kaya. Ada yang tidak banyak harta, tapi ilmunya ia wakafkan untuk umat. Ada pula yang tidak kaya, tidak banyak ilmu, tubuh dan hatinya ia sujudkan padaNya. Kadang, ia hanya memiliki akhlaq tuk tersenyum indah, menyejukkan hati sesama. Kadang ia tak memiliki apapun, tapi masih punya hati untuk orang lain, walau ada manusia memiliki segalanya, tapi hatinya ia simpan tuk keangkuhan. 

Berbuat baik, tidak harus menunggu menjadi apapun dan siapapun, karena kebaikan selalu ada pada siapapun dan apapun.

Dan bagaimana kita melihat orang lain, akan keistimewaannya, bukan lubang dan segala buruknya. 

Ada ungkapan Arab la tahtaqir mandunaka, likulli syain maziyyah jangan kau remehkan orang lain, karena setiap orang/sesuatu memiliki keistimewaan.

 Manusia seperti pepohonan dengan berbagai jenis dan macamnya. Bisa memberi kemanfaatan dengan berbagai kekurangan dan keistimewaannya. Indahnya Tuhan menciptakan manusia, _rabbana ma khalaqta hadza bathila

Minggu, 06 September 2020

Hikmah dan Filosofis Gowes

(Gowes D'Lur, Menyelam dalam Hikmah Mancal)

Halimi Zuhdy

"Turunkan ke satu tadz" tetiba ada suara dari arah belakang, menyapa dan mengarahkan. Nafas saya sudah mulai ngos-ngosan, tidak karuan. Maklum, tidak pernah goes. 
"Tadz, sadelnya kurang tinggi, nanti akan terasa berat mengayuhnya", sapa salah satu jamaah goes D'lur, dan beberapa jamaah berhenti sambil mencari kunci untuk menurunkan sepeda yang tak pernah tersentuh tangan yang mulai berkeringat dingin ini, pemiliknya sudah dua bulan mondok dan lama sudah dimusiumkan. 

Beberapa menit berikutnya, "Ayo tadz, semangat, kalau jalan lurus posisi girnya di tengah". Ternyata dari jauh, ada yang memperhatikan gerak kaki yang mulai lemah, tangan yang mulai kaku, nafas yang sudah naik turun. 

"Santai mawon, kita goes kok, ada yang mengarahkan di depan dan ada yang nunggu di belakang" Ia tersenyum dan memberi semangat. Agar saya dapat mengatur ritme nafas dan gerak. Menikmati gowes. 
"Asyik" gumam hatiku, inilah arti persaudaraan. Maju bersama, sukses bersama. Tidak rela saudaranya tertinggal, apalagi gagal. Semuanya mensupport untuk maju bersama, walau ada satu dua yang bergerak sendiri, mungkin nasipnya sama dengan saya, masih belajar mancal. Ia juga tidak mampu membawa dirinya sendiri, apalagi membawa dan mengarahkan orang lain. Tapi, semuanya luar biasa, seakan-akan tidak rela saudaranya ada yang tertinggal, selalu ada yang menanyakan dan mengarahkan. Bahkan rela memasang badannya paling belakang, takut ada yang salah jalan, ada barang yang jatuh, atau ada yang butuh bantuan. 

Pukul 05.30 wib setelah istighasah di masjid BCT, semua bergerak menuju bundaran. Wajah-wajah cerah dengan kostum bertuliskan "D'Lur Nggowes BCT" mulai menata sepeda pancalnya dengan berbagai mereknya, tapi saya heran tak ada yang melirik sepeda orang lain apalagi menanyakan harganya. Sepertinya mereka yakin akan kekuatan sepedanya sendiri. Dan tidak mempedulikan merek-merek itu. Sepertinya iri dan dengki akan milik orang lain tidak terlihat pagi ini, mereka sangat enjoy dengan maliknya masing-masing, ada yang setengah tua, ada pula yang masih nyess. Inilah kekuatan. Karena kita menuju satu titik "Bergerak" menuju satu "Fokus" kebersamaan. Iri dan dengki akan merusak kebersamaan. 

"Tadz, saya yang saja yang memompa bannya" Si rambut panjang terurai dengan wajah cakep ini mulai memompa ban belakang dan depan. Trima kasih yang gus. Inilah arti kepedulian. 

Sebelum mancal bersama, diawali dengan pemanasan dengan berbagai gerakan. Asyik. Ternyata pemanasan gowes ini berbeda dengan pemanasan renang. Inilah arti muqaddimah. Harus ada pengantar, pendahuluan, pemahaman awal dalam setiap aktifitas. Tidak boleh grusah-grusuh dalam menghadapi hidup, nanti akan sakit semua. Babak belur. Menata niat serta mengatur nafas untuk bergerak hebat. "At-tani min ar-rahman, At-ta'ajalu min asyaithan". 

Rute perjalanan cukup jauh. Ukuran saya, yang tidak pernah gowes. Medan yang berkelok, bergelombang, menanjak dan terkadang sedikit curam (turun.he). Tapi, tetap asyik. Tidak terasa capek, bahkan keringat seperti tak keluar dari tubuh. Mungkin karena bersama. Di perjalanan sambil ngombrol ringan, saling memberi semangat, riang bersama, dan tentunya mancal bersama dengan yel-yel D'Lur Gowes "Salam Satu Aspal, Dua 
Pedal" inilah arti kebersamaan.

Rehat sejenak di Musium Brawijaya. Mengabadikan diri dalam sorot kamera. Mengatur ulang strategi atau menetapkan dan memantapkan perjalanan. Diarahkan menuju jalan dengan rute yang tepat. Rehat sejenak. Sama dengan tumakninah. Dalam perjalanan itu tidak ngoyo. Butuh rehat. Menenangkan diri, untuk mengatur strategi. Berhenti bukan untuk berhenti. Tapi, berhenti untuk melaju lebih pasti. 

Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, akhirnya sampai juga. Alhamdulillah. Saya ternyata bisa juga. Walau terseok-seok. Bila ada keinginan kuat, dengan ikhiyar maksimal, tawakkal, akhirnya sampai jua. Inilah arti usaha. 

Selonjor sambil menyantap berbagai makanan hasil sumbangan berjamaah dari beberapa jamaah gowes D'Lur. Menu-menu makanan segar,  tentunya merayu mulut dan mata untuk dijamah. Es jeruk, es teller, mendoan, urap-urap, ikan bakar, pecel dan menu lainnya yang menggoda. Asyik banget. Sulit dibayangkan. Segeeer di mulut. Karena saya lupa bawa minum dari rumah, malu meminta. Mau beli takut ketinggalan. Kemudian dapat menu seger, seperti diguyur es dalam kepanasan. Inilah arti perjuangan. Berjuang, pada akhirnya menikmati keindahannya.

Es jeruk sebenarnya biasa. Tapi, pada moment dan suasa tertentu ia menjadi luar biasa. Maka, betapa luar biasanya yang terbiasa menciptakan moment-moment yang tidak biasa. Inilah arti kreatif. He. 

"Enjoy cycling, no drama" saya terperangah, mendengarkan sambutan ketua Gowes kali ini, Pak Edy. "Di sini, tidak ada ketua, ketuanya nanti giliran" katanya sambil tersenyum. 

"Enjoy cycling, no drama" kata Pak Edy. Ia melanjutkan ta'birnya "Dalam gowes tidak boleh ada yang sombong, sok kuat, sok paling hebat. Tidak boleh ada yang pura-pura. Karena nanti akan capek sendiri dan menyiksa. Biasa saja, enjoying". Benar sekali, berpura-pura itu sesuatu yang paling menyakitkan. Capek. Sumpek. Dan bisa membunuh dirinya secara pelan-pelan. Drama, biarkan ia berada di atas  panggung saja. Tidak dalam kenyataan. Dalam gowes atau juga dalam kehidupan, ketika capek yang istirahat jangan sok kuat. Nanti akan tersiksa sendiri bila berpura-pura (drama).  

Gowes itu tidak mudah, menurut saya, ia butuh keikhlasan istri dan anak-anak, kecuali gowes dengan keluarga. Istri yang harus mengikhlaskan dirinya bersama si kecil dengan kesibukannya di rumah, belum lagi merebut waktu liburan untuknya. Gowes bisa lancar, bila semua dapat diselesaikan, terutama izin pada yang punya liburan.he. Hal ini, bisa dilalui dengan rembuk bersama. Inilah arti saling memahami (tafahum) dan saling merelakan (taradhi) dan kebersamaan. Gowes tidak boleh egois.he. 

Inilah pelajaran gowes bersama tim D'lur Nggowes Bukit Cemar Tidar.

Terima kasih pada para inisiator, tim penyemangat, tim cameramen, bengkel gowes, penyedia makanan yang dahsyat, dan semua yang tidak bisa disebut dalam coretan gowes ini. 

Dan terima kasih pada kata-kata ini "Tadz, besok gowes" Setiap Hari Sabtu Ahad setelah shalat Shubuh, kata-kata ini selalu membakar saya. Terima kasih Pak Agung, Pak Oky. Mohon maaf, selalu tidak bisa berselancar di samudera hitam (aspal), karena satu dan dua hal. 

Syukran semuanya. Pelajaran berharga. Salam Satu Aspal, Dua pedal. Bersama itu indah, saling memahami itu rahmah. 

Malang BCT, 06 September 2020

Selasa, 21 Juli 2020

Pengorbanan itu Butuh Nyali dan Langkah(Menjejak 10 Hari Dzulhijjah)

Halimi Zuhdy
 
Agama selalu memberikan pelajaran yang luar biasa. Agar tanaman berbunga dan berbuah indah, disiram dengan teratur dan dijaga dari rerumputan liar, butuh keringat yang dicucurkan. Perahu untuk sampai ke dermaga butuh gelombang, terkadang gelombang itu menghempas, maka butuh hati yang tenang dan kesabaran untuk tetap kokoh dalam hempasannya. Untuk medapatkan mutiara, ia harus tenggelam ke dasar laut, berjuang dengan segala makhluq laut dengan kitaran karang-karang yang tajam. 
Demikian pula, untuk mendapatkan Lailatur Qadar, ia harus bertirakat untuk tidak makan dan minum (puasa), ber’itikaf, berzakat (mensucikan diri), bahkan untuk memasuki bulan yang di dalamnya ada malam seribu bulan ia dianjurkan mempersiapkan dua bulan sebelumnya (Rajab dan Sya’ban).  Setiap kali akan bertemu dengan hari-hari istimewa, umat Islam selalu diajurkan untuk tirakat (berpuasa, dan melakukan berbagai amalan lainnya). Mensucikan tubuh dan batin sebelum tawajjuh.

Bagaimana dengan beberapa hari ini, al-‘Asyra al-Awail (10 hari pertama) Dzu al-Hijjah?.  Sembilan hari  sebelum menuju tanggal 10 bulan Dzulhijjah dianjurkan untuk mempersiapkan diri dengan mengurai pikir, menguatkan hati, berlatih bersabar, beradaptasi dengan segala kebaikan, berpositif dengan segala cobaan, men-tadabburi  tanda-tanda alam, berishlah dengan keterpurukan, tersenyum dalam kegetiran.  Persiapan ini tidak hanya untuk tanggal 10, tapi bulan ini adalah bulan yang sangat istimewa, karena segala ibadah terhimpun di sini; Shalat, Sedekah, Puasa, dan haji.  

Di bulan ini; Islam disempurnakan, haji dikibarkan, darah-darah korban ditumpahkan (udhhiyyah), mu’tamar umat Islam terbesar (Arafah) dilaksanakan, simbol syaitan diperangi (ramyu Jamarat), kasih sayang diperjuangkan (Sa’i), menuju Tuhan diistiqamahkan (Thawaf). Peristiwa lainnya di bulan ini, taubat Nabi Adam diterima (1 Dzulhijjah), Nabi Yunus keluar dari ikan (2 Dzulhijjah), Munajat Nabi Zakaria terkabul (3 Dzulhijjah), Nabi Isa dilahirkan (4 Dzulhijjah), Nabi Musa dilahirkan (5 Dzulhijjah), 6 Dzulhijjah kemenangan Nabi Muhammad dalam ajaran tauhid (fatahallah Abwab khairat), pintu neraka ditutup (7 Dzulhijjah), Nabi Ibrahim diminta membangun Ka’bah (8 Dzulhijjah),  Keyakinan Nabi Ibrahim akan perintah mengorbankan putranya  (9 Dzulhijjah), dan masih banyak peristiwa luar biasa di bulan ini. 

“Wal Fajri” istimewa…! Untuk mengaskan betapa hari-hari ini (sepuluh hari di Dzulhijjah) sesuatu yang istimewa “Demi fajar, dan malam yang sepuluh” (Qs. Al Fajr: 1-2). (Ikhtilaf mufassir  dalam ayat ini). “Tidak ada hari yang amal shalih lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari yang sepuluh ini.” Para sahabat bertanya: “Apakah lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah ?” Beliau bersabda, “Iya. Lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan harta dan jiwa raganya kemudian dia tidak pernah kembali lagi (mati).” (HR. Al Bukhari)

Persiapan menuju hari-hari indah itu adalah dengan melakukan beberapa kesunahan yang dianjurkan; berpuasa, terutama tanggal 9 Dzulhijjah, memperbanyak shalat sunnah (nawafil), bertakbir dan berdzikir, bertaubat pada Allah, memperbanyak amal shaleh; silaturahim, birrul waalidain (berbuat baik kepada orang tua),  sedekah, menghibur orang yang tertimpa musibah, membaca Alquran,  memenuhi kebutuhan kaum Muslimin dan amal-amal baik lainnya. Pada tanggal 10 Dzulhijjah shalat Idul Adha dilanjutkan dengan berkorban (Udzhiyyah). 

Mudah-mudahan kita mampu menjalani hari-hari ini dengan bunga-bunga kebaikan untuk mendsapatkan buah-buah keindahan. Billahi al-Taufiq

21 Juli 2020 M/ 30 Dzul Qaidah 1441 H

Jumat, 15 Februari 2019

Pelajaran Bahasa Arab di Era Revolusi Industri 4.0

Halimi Zuhdy

Bahasa Arab di Indonesia sampai hari masih menjadi momok, selalu terkesan, "Bahasa Arab adalah pembelajaran yang sulit", "Bahasanya paling berat", dan "Kata-katanya sulit" serta ungkapan lainnya. Itu kesan, dari berbagai guru dan siswa di berbagai tempat (Ket, angket yang disebar ke berbagai madrasah dan sekolah). Namun, setelah mereka mendapatkan nutrisi dari pemateri workshop Pembelajaran Bahasa Arab, ternyata dugaan mereka salah, ternyata "mempelajari bahasa Arab" itu sangat mudah. Hanya bagaimana berpositif dengan bahasa Arab, dan menggalinya, serta memberlakukannya sebagai "bahasa" bukan sebagai "azimat".

Selama ini, peserta didik hanya diberi beban untuk memahami Nahwu dan Sharraf, sedangkan yang dipelajari adalah Maharah Kalam (Kemahiran berbicara), siswa jarang diberikan kesempatan untuk praktik berbicara, terkadang guru yang mengajar Maharah kalam, gurulah yang banyak berbicara, seperti cara mengajarkan istima', atau seperti berceramah saja, belum lagi cara mengevaluasinya.
Maka, di era al-Tsaurah As-shinaiyyah al-Arbiah (Revolusi Industri 4.0) ini. Guru atau dosen harus selalu menggali informasi perkembangan pembelajaran bahasa, baik thoriqahnya, materinya, dan lainnya.

Minggu, 28 Januari 2018

BELAJAR BAHASA ASING ITU, MUDAH

(Menjaring kata dan Membiasakan) 

Halimi Zuhdy
IG @halimizuhdy3011


"Belajar bahasa tidak harus orang cerdas, pintar dan hebat. Belajar bahasa hanya membutuhkan kesungguhan dan pembiasaan", Demikian kata Avin Nadhir,  Direktur Indocita Foundation Desa Inggris Singosari. 

Segudang kosa kata yang dimiliki, kalau tidak pernah digunakan dan dibiasakan, maka tidak akan pernah bisa berbahasa.Bahasa bukanlah ilmu, ia merupakan skill (maharah), skill hanya diperlukan keberanian untuk melakukan dan kebiasaan untuk diterapkan, serta yang paling penting "Kekuatan Diri Untuk Bisa Berbahasa". 

Dalam bahasa Arab ada ungkapan, al-Lughah Hiya al-Kalam (Bahasa itu adalah berbicara/mengungkapkan), bahasa itu harus diucapkan, dikatakan, dibahasakan. Maka, ada tiga syarat untuk cepat bisa berbahasa (baik:mendengar, membaca, berbicara dan menulis), dan tidaklah dibutuhkan teori yang melangit. Agar bisa berbicara bahasa Arab, misalnya, maka tiga syarat itu adalah; 1) berbicara, 2) berbicara, 3) berbicara. Demikian kamahiran yang lain. Artinya, dilakukan dan sipraktikkan. 

Jumat, 07 Juli 2017

Menulis Skripsi, Thesis, Desertasi itu Mudah

Halimi Zuhdy

Menulis skripsi bagi beberapa mahasiswa s1 atau mungkin mayoritas dari mereka masih terasa berat, karena bagi mereka, skripsi adalah pertama kalinya menulis karya ilmiah yang paling serius, dengan berbagai aturan yang ketat, dari; judul, latar belakang, rumusan masalah, metodelogi, kajian teori, cara pemaparan data, analisis, kesimpulan dan lainnya. Terkadang, untuk mendapatkan judulnya saja,  membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan ada yang satu tahun baru dapat “judul”, itupun kadang ditolak.he. 


Sebenarnya, menulis skripsi sangatlah mudah, mencari judul bisa hanya butuh waktu satu menit, mengerjakan satu bulan, insyallah cukup, bulan berikutnya ujian dan nikah.he. Bagaimana caranya? 
  1.  Membiasakan menulis karya ilmiah dari semester satu, atau menulis tugas makalah dengan serius, tidak copy paste (plagiasi). Maka berbahagialah mahasiswa, yang dosennya sering menyuruh untuk menulis, karena tugas mahasiswa adalah membeca, “menulis” dan mempresentasikan, 

Senin, 19 Juni 2017

Buta, Penghafal Al-Quran



Halimi Zuhdy

@halimizuhdy3011

Sungguh mata yang saya gunakan sepertinya terlalu banyak melakukan dosa (mudah-mudah Allah mengampuni), banyak melihat kesia-siakan dalam kehidupan fana ini. Sungguh, tiada sekejap mata memandang pun, yang tidak ada pertanggung jawabannya, semua akan dicatat oleh Allah. Untuk apa mata ini gunakan?. Melihat anak-anak kecil yang buta tetapi penghafal Al Quran, sepertinya ada pesan kuat dari Allah, "Yang buta saja bisa menghafal Al-Quran, bagaimana dengan matamu yang begitu indah dan kuat memandang dunia, apakah tidak malu dengan mereka?". Beberapa yang saya tahu dari ribuan orang yang masih kecil dan buta, tapi sudah hafal Al Quran atau masih proses penyelesaian, seperti; Mu'ad Mesir, Mashithah Indonesia, Husain Muhammad Thohir Saudi, Jihad AlMaliki Riyad KSA, Abdullah Ammar dan lainnya. Mereka digerakkan oleh Allah untuk membawa Al Quran ke sekitar kita dengan pesan yang luar biasa.

Rabu, 03 Mei 2017

Selamat HARDIKNAS 2017: Mengajar dengan Cinta


Halimi Zuhdy


Cinta itu seperti udara, tak bisa bernafas tanpanya. Demikian pula pendidikan, manusia seperti bangkai yang bergerak, jika tak ada nafas ilmu di dalamnya

Anak yang hebat dan cerdas, tapi tidak bernafas ilmu yang baik, akan menjadi pencuri hebat yang suka berbelit.

Anak lemah badannya, namun ada ruh ilmu di dalamnya, ia akan bangkit melipat seribu bumi mengawal cinta sempurna. Berwawasan global, walau badannya lemah tak berdaya.