السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Tampilkan postingan dengan label Diary Cinta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Diary Cinta. Tampilkan semua postingan

Minggu, 06 Maret 2022

Doa Agar Segera Diberikan Jodoh

Ya Allah, berikan jodoh bagi yang belum mendapatkannya
Memasuki bulan Sya'ban, beberapa  hari lagi bulan Ramadhan. Bagi yang belum punya jodoh, memohon doa di bulan-bulan penuh rahmah dan berkah, mudah-mudahan dipermudah mendapatkan jodohnya. 

اللهمّ ارزقني بزوجٍ صالح، تقيّ، هنيّ، عاشقٍ لله ورسوله، ناجحٍ في حياته، أكون قرّة عينه وقلبه، ويكون قرّة قلبي وعيني.

Ya Allah, berikan aku suami shaleh, bertaqwa, menyenangkan, merindukan Allah dan Rasulnya, sukses dalam hidupnya, saya menjadi kesejukan baginya dan hatinya, dan dia menjadi keindahan hati dan kesejukan bagiku. 

اللهمّ ارزقني الزّوجة الصّالحة التي إن أمرتها أطاعتني، وإن نظرت إليها سرّتني

Ya Allah, berikan aku istri shalehah, apabila aku menyuruhnya taat padaku, bila aku memandangnya menyenangkan hatiku

رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ 

"Ya Tuhanku, sungguh aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku." (QS Al-Qashas:24)

اللّهُمَّ یَسِّر الزَّوَاجَ لِکُلِّ مَنْ لَمْ یَتَزَوَّجْ

Ya Allah, mudahkanlah jodoh bagi orang-orang yang masih belum mempunyai jodoh/pasangan.

اللهمّ زوّجني رجلاً صالحاً تقرّ به عيني، وتقرّ بي عينه، يا ذا الجلال والإكرام.

Ya Allah, berikanlah Aku pasangan yang shaleh, yang aku dapat membuatnya tenang, senang dan bahagia, dan ia membuatku bahagia, tenang dan senang. Ya Allah, Yang Maha Agung.

Rabu, 26 Mei 2021

Agar Selalu Hidup Bahagia

Halimi Zuhdy

Ada seseorang yang bertanya, bagaimana agar selalu bahagia tanpa pernah sedih? Bagaimana agar selalu sukses tanpa gagal? Bagaimana harapan selalu menjadi kenyataan?. 
Saya mendapatkan pertanyaan seperti ini, seperti mendapatkan sebuah kenyataan dalam hidup, bagaimana seandainya hidup ini kenyang terus?, atau mulut ini tertawa terus? atau hujan terus tanpa henti agar tidak ada sengatan matahari? atau hanya duduk leyeh-leyeh terus kemudian uang datang sendiri dan makanan tersedia! Ah, pasti hidup ini membosankan. 

Karena indahnya hidup itu, bukan  karena kita selalu tertawa, tetapi kita paham kapan kita harus tertawa, kapan harus bersedih, dan kapan harus terharu biru?!. Bukankan melihat orang sedih, kita dapat bersedih juga adalah kebahagiaan.

Bahwa indahnya musim hujan karena adanya musim panas. Merasakan nikmatnya kenyang, karena pernah merasakan perihnya rasa lapar. Merasakan pahitnya kopi, karena tahu manisnya gula. Menikmati keindahan pagi dengan senyum sinar mentari, karena tahu betapa gelapnya malam membuat seribu sendu.

Allah menciptakan neraka, agar manusia tahu betapa karamah Allah itu sangat luar biasa, demikian kata Ibnu  Imad dalam Kasyf al-Asyrar Anma Khafiyah anil Afkar.

Suatu hari saya bertanya pada orang yang mengayuh sepeda (goes), saat itu wajahnya penuh keringat, nafasnya naik-turun, tangannya sepertinya agak gemetar, kadang terhuyung-huyung, "Bapak kan punya sepeda motor, mengapa capek-capek goes" saya bertanya pada si pengayuh sepeda ini. Apa jawabnya, "Ini yang saya cari pak, bisa berkeringat, capek, dan agar tahu banyak medan". 

Sepertinya aneh, kok susah-sudah ngayuh sepeda angin, wong ia bisa menggunakan sepeda motornya. Ternyata, tidak semua nyaman itu nikmat, ternyata capek itu adalah keindahan. Inilah kenyataan hidup, tidak semua terang itu diharapkan, terkadang gelap gulita paling dirindu.

Bagaimana agar selalu bahagia?!. Ini sebuah pertanyaan yang bisa dijawab oleh setiap manusia, dan juga bisa dilakukan oleh orang yang pernah bahagia dan sedih. Karena hidup di dunia itu, pasti merasakan keduanya, bahagia dan sedih. Inilah kefanaan dunia. Ia selalu silih berganti. Kebahagiaan yang abadi adalah di surgaNya. Tetapi, ada beberapa tips dari ulama yang diambil dari sabda Nabi, agar hati selalu merasa bahagia, yaitu bersabar ketika mendapat musibah, dan bersyukur ketika mendapatkan kebahagiaan. Bila dua hal ini ada diri seaeorang, maka akan stabil dalam berbagai kondisi. Bukankah hidup itu hanya dua, kalau tidak bahagia, maka ia sedih.

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

Ada pula tips dari Ali An-Thatawi, dalam Adz-Dzikriyat, juz 6 hal 214

" إن أقرب طريق إلى سعادة القلب أن  تدخل السعادة على قلوب الناس، وإن أكبر لذات الدنيا هي لذة الإحسان؛ لا أقصد الريال الذي تلقونه للسائل، ترمونه إليه و أيديكم عالية ووجوهكم مُقطّبة ولسان حالكم يقول : انظر هوانك وعِزَّنا وفقرك وغنانا، بل إن الإحسان أن تُعطوا من قلوبكم لا من أيديكم وحدها، فيكون المال في اليد والبسمة في الشفاه ".

Cara yang paling mudah agar mendapatkan kebahagiaan hati adalah engkau membahagiakan hati orang lain (manusia), dan paling nikmat dan lezatnya dunia apabila kau berbuat baik. 

Allahualam Bishawab

Jumat, 12 Oktober 2018

RINDU


Halimi Zuhdy

Kerinduan itu menyakitkan, melupakannya kadang obatnya. Namun, bila tak ada rindu, hati terasa  kering kerontang, bagai mentari menjejal sahara, yang tak ada tetes embun menyapa.
Kerinduan itu menyakitkan, namun bila rasa rindu  tak datang,  sakit semakin mencekam. .

Rindu itu kan selalu datang bertandang, karena masih ada cinta mendekam. Ia tak kan pernah mengering dan tak kan pernah berhenti mengalir, selagi rasa bergerak tuk menemukan samudera kasih. Seperti air sungai yang terus bergerak, menghentak, menerobos tuk menemukan samuderanya. Rindu itu akan selalu ada, buat seseorang yang dicinta. .

Rindu, bagaimana Thalhah yang tidak mau melepas tubuh Nabi, dipeluknya erat, dan menciumi jenggot sang kekasihnya itu. Pertemuan dengannya, bagai tetes air di kerongkongan yang kering. .

Rindu bagai karang di lautan, lautpun tak mampu menghenpaskan. Bagai Shahabat Nabi yang bangga dengan giginya yang ompong, bahkan tidak ingin dipasang gigi lagi, karena gigi itulah yang menarik rantai yang membelit Nabi dalam perang Uhud, ia tak ingin giginya terpasang karena takut kerinduannya tercerai padanya. Sungguh, kerinduan itu mempesona. .

Belum lagi Ukasyah yang membuat tangis seisi masjid berderai. Meminta Rasul membuka bajunya, hanya agar dapat menyentuh tubuh surganya. Bahkan Umar bin Khattab pernah dengan lantang berkata, "Tiada seorangpun yang kudengar dan ia mengatakan Nabi wafat, melainkan akan kupancung dengan pedangku ini! " ini sunggu rindu di atas rindu, pedih kehilangan sang kekasih yang paling kasih. .

Bila ia lupa untuk rindu, sepertinya sudah mulai tergerus cinta itu, semakin rindu, cinta itu semakin mengakar kuat. Maka tidaklah pernah ada, cinta tanpa rindu, karena dimana ada asap, di situlah api menguap.

Allahummaj'alna musytaqina laka wa lihabibika Ya Rabb.

Jum'ah Mubarokah

Malang, 12/10/2018

#madzhabrindu #fatwacinta #fatwa_cinta

IG: @halimizuhdy3011

Sabtu, 12 Mei 2012

BERBICARA DENGAN HATI


Kadang banyak orang merasa kesepian ketika ditinggal oleh orang tua, saudara dan teman-temannya, kesepian karena merasa tidak ada yang menemani bahkan apa pun yang ia miliki (TV, HP) tidak mampu diajak bicara apalagi menghibur dirinya. Semua menjadi sepi, senyap..dunia seperti kehilangan keindahan, hanya menemukan kegersangan. Apalagi di tengah malam yang sepi, kegalauan dan kegelisahan menjadi temannya....tak pernah ada solusi.
                Saya jadi teringan hadis Nabi “istafti qalbak”, mintalah fatwa pada hatimu, ini sebuah pesan yang luar bisa, yang mampu membongkar kebekuan, kesepian, bahkan kegelisahan.  pesan  yang sering dilupakan ini, akan menjadi jawaban dari sebuah kesepian, kegelisahan dan keputusasaan.
seseorang  yang selalu ingat pesan tadi tadi, tidak akan pernah merasa kesepian. Dan ia merasa bahwa ada sesuatu  yang paling akrab dalam dirinya, menamani dalam setiap gerak, bahkan lebih dekat dan lebih setia dari yang lainnya, yaitu hati.

Sabtu, 23 Juli 2011

KEJUTAN DI BULAN SYA’BAN (1)


“subhanallah ia telah datang berdendang, bercerita tantang dunianya, berteriak dengan penuh makna, dzikir yang tak penah berhenti lewat tangisnya, kerinduan pada dunia fana seakan-akan ia luapkan dengan tatapannya, ia datang berdendang bersama mentari yang lagi menyengat, hangat”

Kawan-kawan FB, maafkan daku yang lama tak bersua dengan coretan-coretan yang biasa terpanpang. Beberapa hari ini saya dinenabobokkan dengan tangisan yang begitu menggoda, membuat hati berdzikir atas kuasa-Nya, yang telah menyalakan ribuan nikmat pada keluarga kami, dengan hadirnya sang buah hati.
Ia terlahir dengan sangat indah, benar-benar kejutan. Mengapa saya beri tema Kejutan di Bulan Sya’ban, karena ia terlahir di bulan tersebut, dan kejutannya ia terlahir dengan sangat mudah, sesuai dengan doa pada Allah swt yang kami panjatkan setiap hari.
Hari Selasa, kami berniat jalan-jalan dengan istri sambil mampir ke Bidan untuk memeriksakan kehamilan istri yang sudah mulai melewati batas waktu yang telah ditentukan bidan. Pagi itu, suasana sungguh senyap, hanya lalu-lalang beberapa kendaraan di depan kami, tak ada firasat apapun, kami memasuki lorong waktu, sambil bersenda grau dengan istri tentang kelahiran anak kita nanti.
                “Mah’, mudah-mudahan anak kita lahir satu menit saja”, saya mulai pembicaraan.
                “bibi, guyon saja.., mana mungkin” istri saya menimpali, sambil tersenyum
                “lah, tidak ada kata tidak mungkin dalam sejarah hidup manusia, kalau Allah sudah berkehendak “kun fayakun” ya sudah terjadilah, karena hidup itu bukan mungkin tidak mungkin, tapi Qodak dan Qodarnya yang lebih berkuasa”
                “ia…bi, saya percaya itu, tapi dari pengalaman anak pertama, agak sulit, tapi Alhamdulillah juga berjalan dengan lancar”
                “mungkin karena gak ditemani bibi kali ya”
                “ia mungkin” istri sambil tersenyum”
                “Mah, setiap waktu saya berdoa pada Allah muda-mudahan umah diberikan kelancaran, mudah, kalau bisa tanpa sakit sedikit pun, atau satu detik saja umah sudah melahirkan”
                “amin…amin..ya mujibassailin” istri sambil mengangkat tangannya
                “saya yakin, umah pasti lahir dengan sangat mudah, karena umah sabar, setiap hari istiqomah ngaji dan berdoa, umah kalau malam jarang tidur, pagi berjalan sambil baca al-Qur’an, setiap shalat baca berbagai doa tertama doa yang dikasih Gus Is, insyallah Allah mempermudah, saya sungguh yakin” dengan nada semangat, dan memberika semangat.
                “tapi bi” sambil menahan nafas “kemaren mbak Jumriyah bercerita kalau dah terlambat harus periksa, takut terjadi apa-apa, katanya ia punya saudara, sebelumnya diprediksi mudah dan normal, ternyata harus dioprasi” dengan wajah yang agak sedu
                “mah, yakinlah pada Allah dan mintalah, Dia tempat meminta, insyallah diberikan kemudahan, jangan pernah menyerah pada cerita, bisa saja ia hanya godaan untuk membuat iman melemah, toh apa pun yang diberikan Allah pada kita adalah sebuah keindahan, hanya kita yang bisa menikmati itu, pasrahkan secara total, semua akan selesai, faidza ‘azamta fatawakkal alallah
Mobil yang kita kendarai mulai berjalan dengan pelan, karena banyak polisi tidur menuju rumah bidan.
                “bi, kita pasrahkan pada Allah geh, apa pun yang terjadi, dan bibi jangan kecewa kalau anak kita laki-laki” istri sambil meyakinkan akan kesungguhan dirinya untuk melahirkan
                “ia mah…bibi doakan umah” sambil saya kecup keningnya
                “bi, nanti kalau dioprasi gimana?”
                “saya yakin mah, umah akan lancar-lancar saja, tidak usah mikir apa-apa, konsentrasikan pada kelahiran uma”
Mobil sudah berada di depan papan nama “Hj. Indriani, jalan flamboyan”.
                “Assalamu’alaikum” dengan sedikit berteriak, beberapa kali kami panggil salam, namun tak ada jawaban dari dalam rumah.
                “Assalamu’alikum” kami panggil sekali lagi, sambil melangkahkan kaki untuk pulang. Namun tiba-tiba dari dalam rumah, ada jawaban “wassalamu’alikum” seorang laki-laki keluar dengan wajah penuh rona.
                “Pak, apa bu Indrinya ada?”
                “ada Mas” sambil membuka pintu.
                “maaf pak, mengganggu, kita terlalu pagi ke sini”
                “tidak kok mas” sambil mempersilahkan kita masuk keruangan pemeriksaan.
kita menunggu di ruang pemeriksaan sambil membaca beberapa poster tentang pertumbuhan anak dan perubahan anak dari umur satu sampai Sembilan bulan
                “Salam” bu Indri datang dengan senyuman yang khas
                “wassalam, bu.” Kita menjawab agak kaget
                “ada keluhan apa bu?”
                “bu bidan, saya diprediksi melahirkan tanggal 17 Juli, bisa maju atau mundur satu minggu, tapi kok belum ada tanda-tanda ya bu” keluh istri
                “oh..itu bisa bu, kadang maju, ya kadang mundur!”
                “tapi yang nayif maju satu minggu bu, ini kok tidak ya bu” dengan nada resah, tapi masih bisa tersenyum.
                “oh gini saja bu, nanti ibu kembali sekitar tanggal 24 Juli, baru kalau belum keluar tanggal tersebut, maka ungkin jalan yang lain bisa kita tempuh” bu Indri sambil tersenyum
                “ oh..gitu ya bu” istri sambil mengangguk-angguk
                “mah, tanang saja, semuanya ada yang mengatur” saya menimpali, kalau belum waktunya keluar masak dipaksa, sambil saya melempar tawa padanya
                “coba saya periksa dulu bu” sambil menyuruh istri untuk berbaring, bu Indri pun mulai memerikasa perut istri dan melihat posisi janin, sambil mengambil alat bantu sejenis radio kuno untuk melihat detak jantungnya
                “Alhamdulillah posisinya sudah baik bu, sabar saja menunggu”
                “ia bu terimakasih” sambil beranjak dari tempat pemeriksaan
Kami sudah mau beranjak dari tempat itu, dan mau berpametan, tiba-tiba bu dokter berkata.
                “bu, coba saya periksa dulu” ia mengambil alat-alat untuk memeriksa kembali istri saya
Istri saya pun berbaring, bu Indri memeriksa beberapa anggota tubuh istri saya, dan secara mengejutkan
                “ bu Sayyidah, ibu sudah buka 4”dengan suara lantang
                “apa bu, sudah buka empat” istri saya bingung, antara percaya dan tidak, karena dia tidak pernah merasakan sakit apapun sebelumnya, dengan tertunduk dan berucap subhanallah dengan dzikir yang bermunculan dari mulut istri saya, sambil memandang wajah saya, ia tersenyum. Saya pun juga marena heran, kon secepat itu….apa benar Allah mengabulkan doa kami….satu menit saja……..
Bersambung  KEJUTAN DI BULAN SYA’BAN (2)

Malang 22 Juli 2011

               


Sabtu, 14 Mei 2011

MENCINTAI BAYANGAN

Halimi ZUhdy




Aku tersentak melihat calon istriku bersama laki-laki lain, dengan mesranya ia menggandeng tangannya, berbicara dengan penuh mesra, saling bertatap dengan ungkapan-ungkapan yang lembut dan penuh makna. Keduanya semakin mesra, ketika ada hentakan-hentakan musik yang mengalun dari bilik kamar sebelah, Calon istriku sungguh menikmati perbincangan itu, sambil ketawa kecil, sesekali ia mencubit laki-laki itu. Serasa hati ini teriris pelan-pelan. Lelaki yang tak pernah kukenal, tiba-tiba menggulung hatiku, dan membuat diriku geram, membuat sejarah peperangan dalam tragedi cinta. Apakah laki-laki itu sengaja membuat keruh suasana, atau laki-laki itu yang pernah diceritakan calon istriku, bahwa ia pernah punya pacar, namun orang tuanya yang tidak mengizinkan, ia sepakat untuk tidak menjalin hubungan kembali. Ah…pikiran ini kacau, hati pun ikut bergumul dengan sebuah prasangka yang mendalam. Dalam pergumulan hati dan pikiran, tiba-tiba adik aku Fatimah memanggilku.
“kak, ayo kita pergi” dengan teriakan khasnya
“pergi ke mana dik” sautku(sahut)
“loh, lupa ya, kakak kan janji sama Faza, hari ini, Faza diajak kelilik(keliling) kota”
“oh ia, kakak sudah agak pikun, he..he..” aku mengiakan, sambil ketawa.
Sepeda Supra yang aku parkir dekat kos-kosan calon istriku langsung aku tancap, deru sepedaku yang keras, seperti hatiku yang lagi berkecamuk, apakah ini sebuah penghianatan cinta? Ah, aku terlalu jauh memikirkan sesuatu yang belum aku ketahui dengan sebenarnya. Sepeda yang aku kendarahi (kendarai) seperti terbang, dan entah mendarat di mana, aku tidak tahu, yang pasti, aku ingin menghilangkan kejenuhan pikiranku yang lagi galau.
Tiba-tiba di depan mataku terlihat sosok bayangan cantik, anggun, dan jilbab yang terurai rapi, menghalangi deru sepedaku, aku hampir menabrak truk yang berada di depanku, untung saja rem cakramku berfungsi dengan baik.
“kak, ada apa ka” kata adikku dengan tangan gemetar
“maaf Za, kakak lagi ngelamun” dengan sedikit tersenyum, walau hati dan pikiran masih menyimpan seribu amarah.
Aku mulai mengkosongkan pikiranku dan fokus pada jalan besar yang menjalur dua, aku pilih jalur kiri dan sedikit mengurangi kecepatanku. Sesampainya di Jl. Merpati aku dikejutkan dengan bayangan yang sama, hatiku pun berdegup kencang, dengan mata berbinang, wajah yang terbuai senyum,lidah kelu..kuberteriak dengan lantang “berhenti..!” bayangan itu lenyap seketika. Lagi-lagi adikku berteriak “ada apa kak, kalau ngantuk berhenti dulu” . Fatimah berkata
“tidak faza, saya hanya sedikit kurang konsentrasi, maaf ya..membuatmu terkejut”.
Setelah itu, Aku dan adikku beristirahat di bawah pohon yang berada di pinggir jalan, melepas hati yang galau, pikiran yang kacau, dan mengistirahatkan tubuh yang mulai terkulai.

Beberapa menit kemudian, ketika mataku terlempar ke arah jalan, bayangan itu tampak kembali, ia melambaikan tangannya, mengajakku pergi bersama, wajahnya yang tidak begitu jelas, tapi menampakkan keanggunannya, dan tubuhnya yang dibalut dengan jubah panjang membuat hatiku semakin ingin mendekatinya.
Hati yang masih mengingat kejadian tadi di kos-kosan calon istriku dengan bayangan yang menggelorakan tubuh, aku tersimpuh, tak mampu kuangkat kakiku, berkali-kali aku ingin menggapai tangannya, namun jauh, jauh sekali, semakin tubuh ini kuangkat, tubuhkusemakin lemah. Tubuhku tak kuasa untuk berbuat sesuatu, aku biarkan tangan ini menggapai-gapai walau tangannya tak menyentuh tanganku. Walau bayangan itu tidak jelas, tapi mampu mengobati keresahan hatiku. Setelah terasa enak badan ini, aku bangunkan adikku yang terlelap di bawah pohon tempat kita berteduh, untuk melajutkan perjalanan.
Setelah kami sampai di tempat tujuan, Faza menghilang dibalik kerumunan orang, ia mencari pakaian dan peralatan kecantikan, sedangkan saya masih asik termenung, membayangkan sosok yang selalu hadir dalam kesendirian.
*******
Satu minggu dari kejadian tersebut, calon istriku tak lagi menampakkan senyum seperti sebelum-sebelumnya, ia terkesan pendiam, dan selalu asik dengan hpnya dan terkadang membuka fb mengomentari seseorang yang mungkin teman kencannya itu, aku pun tidak terlalu peduli, biarlah ia asik masyuk dengan hpnya, kadang kita terdiam lama, tak ada yang memulai untuk berbicara. Seolah-olah ia menyendiri dariku, dan ingin menghindar dari kehidupanku.
Aku tidak pernah pusing dengan persoalan cinta, kalau itu memang bukan jodohku, mengapa aku harus mengeluh dan mengaduh, aku punya Tuhan, ia tempat untuk dicinta, Ia pun selalu mencintaiku. Aku tidak pernah takut dengan penghianatan, karena aku yakin orang yang menghianati, pasti suatu saat terhianati pula. Aku lebih senang bercinta dengan bayangan, yang selalu hadir dalam terang, walau ia tak bisa disentuh, tapi kehadirannya adalah ketenangan. Apalagi hidup hanyalah sebuah bayangan, bukan sebuah keabadian, ia muncul dan pergi. Aku semakin ingin, bayangan itu selalu muncul dalam sepiku, senyapku dan dalam kerinduanku, walau aku tak bisa memeluknya asalkan ia sudah menyentuh hatiku dengan bayangannya. Hidupku juga bayangan, maka mencintainya sama dengan mencintai diriku sendiri.
Semenjak pertemuanku dengan bayangan itu, aku tidak lagi kesepian, bahkan kerinduanku pada calon istriku hilang sedikit-demi sedikit, bayangan itu lebih memberikan seribu keindahan dari sosok jasad calon istriku yang hanya membuat hatiku porak-poranda, mudah-mudahan bayangan itu selalu menemaniku dalam tidur dan jagaku.



Menulis, ketika ujian lagi berlangsung, sambil menjadwab ujian kualifikasi sambil menulis, kalau tidak nyambung…ya maklumlah, hanya untuk menhadirkan(kurang g) bayangan kata untuk menjawab pertanyaan dari para Profesor.

Malang, 13 Mei 2011

http://halimizuhdy.blogspot.com/

http://sastrahalimi.blogspot.com/

Jumat, 11 Maret 2011

CINTA, DALAM REALITAS DAN KHAYALAN


Halimi Zuhdy

Mata tertunduk hanya kedipan, tubuh tertirai hanya gerakan, mulut bungkam hanya tasbih, kaki beku hanya langkah kecil, tangan kaku hanya wiridan, tak ada rasa kecuali “cinta”.
Ketika cinta sudah berbicara, semua menjadi tak nyata, seakan-akan semuanya adalah sorga, duri menjadi rumput-rumput yang indah, pedang menjadi pisang yang siap santap, bom hanyalah sebuah gertakan, tapi seperti donat yang empuk, amarah tak lagi terhiraukan, tubuh tak lagi menjadi sebuah dambaan, kemolekan sudah tak terpandang, semua tirai teungkap dibalik anggukan, khayalan tak lagi menjadi khayal, kerena ia sebuah kenyataan, kenyataan menjadi semakin nyata ketika sudah ada pernyataan.
Ibnu khazm al-Andalusi dalam puisinya
Jalan tak sealu panjang
Jarak tak selalu anggang
Walau tajam, itu pedang bisa patah
Walau buas, itu macan bisa berubah

Meski kasar, begitu gampang aku tertawan
Bak serigala, diam dalam tawanan cerdik –cendekiawan
Mati dalam cintamu sungguh puncak kenikmatn
Betapa mengherankan, ada rang menikmati kebinasaan

Cinta memang sulit dikhayalkan apalagi dirasionalisasikan, ia seakan-akan batu yang tidak keras, seakan lautan yang dangkal, sungai yang pendek, langit yang sempit, bumi yang kecil, gunung  bak bukit, tak ada kehebatan, semuanya hanyalah keyakinan dan pandangan, dalam cinta semuanya tak lebih dari sebuah keyakinan.
Ia tak bisa dinyatakan hanya dengan ungkapan, semuanya menjadi kaku, Bilal bin Rabah, di antara perindu beratnya, suara emasnya yang mampu menggetarkan manusia, berhenti berazan ketika ia mendengar kekasihnya menghadap rabbul izati. Orang-orang pada kalang-kabut, karena suara merdunya tak lagi bersayuh, mereka bingung. Akhirnya, setelah didesak banyak orang -termasuk Fatimah a.s-  Bilal mulai mengumandangkan azan. Ketika sampai kata “wa asyhadu anna Muhammad…”, ia berhenti, suaranya tersekat ditenggorokan, ia menangis keras. Nama “Muhammad”, kekasih yang baru saja kembali pada hadirat-Nya, menggetarkan jantung Bilal. Bilal bukan tidak mau menyebut nama Rasulullah Saw, Muhammad Saw. Adalah nama insan yang paling indah baginya. Justru karena cintanya kepada Rasulullah Saw., nama beliau sering diingat, disebut, dan dilagukan. Bilal berhenti azan, hanya karena nama itu mengingatkan dia kepada kehilangan besar yang bukan saja memukul Bilal, tapi seluruh kaum muslimin.

Kecintaan lain yang luar biasa :
Suatu hari Urwah AL-Tsaqafi, salah seorang utusan Makkah melaporkan kepada kaumnya, “orang Islam itu luar biasa! Demi Allah, aku pernah menjadi utusan menemui raja-raja. Aku pernah berkunjung kepada Kaisar, Kisra, dan Najasi. Demi Allah, belum pernah aku melihat sahabat-sahabat mengagungkan Muhammad. Demi Allah, jika ia meludah, ludahnya selalu jatuh pada telapak tangan salah seorang di antara mereka. Ia usapkan ludah itu kewajahnya dan kulitnya. Bila ia memerintah, mereka berlomba melaksanakannya; bila ia hendak berwudhu, mereka hampir berkelahi untuk memperebutkan air wudhunya. Bila ia berbicara, mereka merendahkan suara di hadapannya. Mereka menundukkan pandangan di hadapannya karena memuliakannya (shahih Bukhari 3 :255). Dan dalam peristiwa lain, Ummu Sulaym menampung keringat beliau pada sebuah botol, sedangkan beliau dalam keadaaan tidur, dan setelah bangun, Nabi Saw bertanya, “apa yang kamu lakukan wahai Ummu Sulaym?” ia menjawab, “Ya Rasulallah, kami mengharapkan berkahnya buat anak-anak kami.” Mendengar, Nabi Saw. Bersabda, “Ashabti, Engkau benar (Musnad Ahmad 3 : 221-226)

Memang cinta, sepenuhnya kembali pada diri, bagaimana ia membawa dirinya untuk bercinta, bercinta dengan sepenuh hati, akan mendustakan diri sendiri, jika masih dibalut oleh kemunafikan. Mencintai adalah hak preogratif diri, yang tidak mampu dibendung oleh siapa pun, karena semuanya adalah karunia dari Tuhan, asal tidak salah memaknai, antara nafsu dan cinta, yang selalu sulit dibedakan, maka bercintalah atas nama-Nya, semuanya menjadi jalan yang indah.

Jumat, 04 Februari 2011

MENUJU REVOLUSI DIRI

Halimi Zuhdy

Kehidupan selalu fluktuatif, tidak akan pernah tetap, selalu ada perubahan, perubahan yang mengarah pada perbaikan dan juga perubahan yang menuju keburukan. Kalau hari ini Mesir dalam gejolak yang luar biasa, karena ia bagian dari kehidupan, pembrontakan dari rakyat yang meminta sang presiden untuk turun dari jabatannya yang sudah bercokol sekian lama, di sana ada kejenuhan dalam kepemimpinan, keterpurukan, kelemahan, tak berkarakter, dan ketidak pedulian pada sebuah tugas yang diembannya.

Revolusi bukan hanya dilakukan di Mesir, tapi berbagai negera di Dunia sudah pernah melakukan revolusi misalnya Tunisia, Prancis dan lain-lain, di Indonesia pun tahun 1998 juga telah melakukan itu meskipun dengan bahasa yang berbeda “reformasi. Revolusi menghendaki sebuah perubahan dari kejumudan menuju pencerahan, revolusi ingin bangkit dari keterpurukan ekonomi, politik, keamanan, keadilan dan kesejahteraan. Revolusi sebenarya bukan hanya merubah, tapi membongkar keburukan untuk melenyapkannya sampai ke akar-akarnya. Baimana jika kejumudan, keterpurukan, kerusakan itu terjadi pada diri kita?

Dunia selalu berputar, setiap putaran memberikan arti sendiri, setiap detik dari putaran itu adalah makna, setiap menit dari perputaran adalah hikmah, setiap jam mengandung nikmah atau niqmah tergantung cari menyajikannya, dan setiap minggu adalah bukti dari proses detik, menit, dan jam. Kalau dunia selalu berputar, Negara selalu terjadi sebuah reformasi atau revolusi, bagaimana dengan diri kita? Maka jawabannya adalah merevormasi diri menuju kesejahteraan dunia dan akhirat. Kenapa dini harus direvormasi? Lah ini yang menjadi pertanyaan mendasar tulisan ini.

Diri lebih penting dari pada Negara, karena Negara adalah kumpulan dari diri-diri itu sendiri, tanpa diri Negara tidak akan pernah ada, untuk merevormasi Negara, maka diri harus direvormasilebih dahulu. Rusaknya Negara karena rusaknya diri, apakah rusaknya diri karena hancurnya tubuh, tentu jawabannya, bukan! Karena tubuh kadang tidak bergerak, namun kerusakan terjadi dimana-mana. Berarti diri (jiwa) inilah yang harus dibenahi. Kalau pertanyaan tadi mengapa diri harus direvolusi? Karena adanya stagnasi dalam diri, kejenuhan, kejumudan, kema’siatan, kedhaliman, kegilaan, kehampaan, kemelaratan, kedustaan, penghianatan, kegelapan, kesombongan, keiria-an,kedengkiaan, dan sifat-sifat lainnya yang tidak mampu mengantarkan diri menuju sebuah kemenangan (muflih) kemenangan melawan nafsu amarah yang selalu ingin mengobarkan kerusakan dimuka bumi, bahkan mengorbankan diri sendiri terperosok menuju sebuah kehancuran.

Revormasi diri dapat dilakukan dengan mendemonstrasi diri setiap menit, bahkan setiap detik, mendemo diri dengan selalu menuntut diri untuk belajar mencari hikmah, menuntut ilmu, bertadabbur, merenung atas kesalahan diri, menyesali kesalahan. Meruntuhkan diri dari egoisme tinggi yang dapat merusak diri. Demo dilakukan dengan sesering munggin untuk meruntuhkan keotoriteran diri yang sangat sulit untuk diturunkan. Demo diri (bertaubat) dan demo kepada Tuhan (berdoa) agar keberhasilan merevormasi diri menjadi seimbang, tidak hanya memperbaiki diri menuju sebuah kepentingan diri yang bersifat sementara,namun juga merevormasi diri menuju sebuah keindahan di akhirat. Ada beberapa tahapan yang memungkinkan diri untuk merevormasinya :

Ihsan, ikhlas dan Mahabbah. Dari ketiga hal ini, mungkin saya hanya akan menyinggung masalah ikhlas, insyaAllah kalau tuhan masih memberikan saya kesempatan akan aku tulis mahabbah dan ikhsan, mengutip bahasanya Ari Ginanjar “nilai-nilai ihsan berfokus pada dorongan (drive). Berbicara masalah ihsan berarti ia membicarakan masalah menghadirkan niat seseorang menjadi selaras serta harmonis dengan tindakannta. (Ari ginanjar,xlix:2004). Sederhananya adalah menyelaraskan serta mengkomonikasikan rasionalitas, mentalitas dan spritualitas. “Bagaimana cara menghadirkan motivasi abadi (the ulyimate intetion) seseorang menjadi selaras dengan perbuatan dan pemahaman seseorang?’. Pembahasan ihsan ini sangat panjang maka dilain kesempatan insaallah saya mencoba untuk memunculkannya. (maaf)

Untuk membantu merevormasi diri, ada 22 Kebiasaan Produktif yang saya kumpulkan dari beberapa nasehat orang-orang besar dan berhasil yaitu :
1. Sediakanlah lebih banyak waktu untuk membaca dan sediakanlah waktu 15 m untuk mengendapkannya.
2. Khususkan waktu untuk menyendiri dan merenung 20 m dalam sehari.
3. Pertahankan stamina spritual Anda melalui ibadah Wajib, sunnah, Dzikir dan membaca Al-Qur’an.
4. Jagalah kondisi fisik Anda dengan :
- Olah raga rutin
- Istirahat cukup
- Makanan yang bergizi
5. Tingkatkan emosional melalui seni dan alam.
6. Buatlah rencana perjalanan wisata untuk mendapatkan pengetahuan baru kemudian perhatikanlah keadaan dan kondisi daerah tersebut.
7. Luaskanlah wilayah perjalanan atau pergaulan Anda dengan :
- Bisa bergaul dengan semua orang
- Bergaul dengan orang yang lebih pinter, cerdas dan alim.
8. Tingkatkan kontrol terhadap pikiran-pikiran yang membebani benak anda. (marah dll)
9. Biasakan mencatat secara teratur, mencatat apa yang dilalukan dan melakukan apa yang dicatat.
10. Biasakan lebih banyak diam dan mendengar dari pada bicara.
(kekuatan diam sangat luar biasa) , kurangi perkataan refleks, berbicara jika butuh saja, menyembbunyikan kebaikan Anda.
11. Kontrol emosi agar tetap tenang (tidak mudah terpengaruh kritikan atau sanjungan).
12. Lakukan latihan pernafasan secara teratur.
13. Kemauan yang tidak di tunda-tunda.
14. Duduk, Merenung dan tulislah (biasakanlah …manfaat apa yang anda peroleh)
15. Tidak mudah marah maka sering-seringlah tersenyum, kalau marah tarik nafas panjang-panjang.
Tidak banyak bicara (ketika diam kita berfikir, ketika berbicara kita mengajak).
Tidak mencari penghargaan orang lain (saya dihargai atau tidak saya tetap hamba Allah), (meninggalkan hal-hal sepele karena masih ada yang lebih penting) , (kemauan untuk berkonsentrasi) , orang yang sering lupa karena tidak punya dorongan untuk mengingat.
16. Biasakan memberikan apa yang diminta atau dipinjamin dengan hati lapang, “ingat semuanya milik Allah dari dan akan kembali padan-Nya, dan Allah akan mengganti yang lebih besar.
17. Membiasakan untuk tidak puas terhadap, 1.Apa yang sudah dilakukan, 2.Apa yang sudah diketahui, 3.Apa yang sudah dibanggakan. (kepuasan akan mengakibatkan kebodohan)
18. Beranilah berbuat, memulai dan melaksanakan, dan orang yang takut resiko berarti takut maju.
19. Membiasakan untuk tidak menyia-nyiakan waktu, (isilah dengan kesibukan yang menantang, isilah dengan membaca fokus dengan kemamfaatan yang jelas, isilah dengan muhasabah.
20. Biasakan berniat atau meniatkan apa yang anda akan lakukan. dan biasakanlah untuk berfikir sebelum melaksankan karena pekerjaanmu tergantung pada niat dan hasil pikiranmu.
21. Meditasi dengan system Takhalli (mengkosongkan), Tahallli (mengisi/mengganti) Tajalli (maka akan tampak apa yang kau inginkan).
22. Biasakan minum air, berpuasa senin kamis dan sholat malam, dan dawamul wudu’.

Malang, 3 Pebruari 2011
http://halimizuhdy.blogspot.com

Rabu, 02 Februari 2011

Struktural Cinta

Seringkali cinta dimaknai dengan kasih dan sayang, dengan bahasa yang bulat, atau cinta juga dimaknai keasyikan hati, keterpautan hati, bahkan sek dan nafsu tidak dibedakan dengan cinta, seakan-akan sek adalah cinta sebenarnya, maka tidak aneh dibeberapa daerah yang sudah menjadikan tradisi, bahwa hubungan sek sebelum nikah adalah bukti cinta yang sebenarnya, mereka lebih memahami bahwa cinta bukan hanya ucapan tapi juga prilaku (sek). 
Cinta, selalu dikaitkan dengan bau-bau nafsu, meskipun kadang antara nafsu dan cinta sangatlah tipis, kadang sulit dibedakan bagaimana, saking sulitnya cinta itu adalah nafsu, nafsu itu adalah cinta….ah bagaimana ya, membedakanannya? Tema ini saya akan bahas pada tulisan selanjutnya “cinta vs nafsu”.
Kembali pada persoalan struktural cinta, cinta bukan hanya huruf-huruf yang tersusun rapi, yang enak didengar, atau yang bisa dimaknai begitu saja dengan mengurai huruf-hurufnya c-i-n-t-a. atau dilambangkan dengan daun warna merah diterjang dengan panah, kemudian dipenjara dalam sangkar (terbingkai).Sebegitu mudahnya, atau sebegitu kejamnya. Cinta seakan-akan hanya tusukan, tanpa sebuah keindahan dan pendampingan. Cinta pada akhirnya berlabuh pada sebuah keterpurukan dan keterlukaan.
Pertanyaannya, bagaimana melihat struktur kata cinta? Kata “cinta”  tidak akan pernah bergerak, terbang, bergelombang, menembus, membelai, menerpa, menyapa tanpa dikaitkan dengan kata-kata yang lain. Misalnya “saya cinta kamu”…titik tekannya adalah kata cinta, meskipun disana ada kata saya dan kamu, namun keduanya hanyalah sebagai subjek dan objek, meski pun hanya sebagai subjek dan objek, tanpa keduanya tidak akan pernah dikenal kata cinta, mengapa?  Itulah struktur, adanya keterkaitan satu dengan lainnya. cinta ketika ditulis seribu kali, hanyalah menjadi sebuah tulisan tanpa makna, jika tidak dikatikan dengan kata-kata yang lain, atau kata-kata yang lain yang mengitarinya, namun tidak memiliki kejelasan makna, hanyalah sebuah rangkaian yang tak berguna. Maka, cinta menjadi berarti jika disana ada kata aku dan kamu, dia, atau kita. Dan ketika cinta hanyalah aku, akan menjadi sebuah keakuan (keegoisan), atau kalau cinta hanya kamu (keegoisan) tanpa aku, atau cinta menjadi kata kami (kesemuanya) ia bisa jadi rebutan. Bagaimana cinta itu menjadi sebuah ornamin, musical, keindahan..maka di sinilah..pentingnya struktur cinta yang rapi.

Malang, 01 Januari 2011

Selasa, 11 Januari 2011

DUNIA ANAK, ANTARA PAKSAAN DAN TANGUNGJAWAB



Halimi Zuhdy
Perlakukan orang lain sebagaimana mestinya,
maka Anda membantu mewujudkan berbagai potensi mereka. Goethe

Anak-anak sering dibentuk menjadi diri kita, diri kita yang sudah dewasa, bisa berbicara, membaca, bekerja, berfikir, mengukir, dan berlari sangat kencang….kita paksa mereka untuk belajar agar pintar, cerdas, cepat tumbuh menjadi orator, guru, dosen, ilmuan, artis, model, tehnisi, dan lainnya, sehingga waktu mereka hanya untuk membaca, menulis, berpose, ….bersekolah dan sekolah….agar cepat bisa membaca kita paksa untuk selalu memegang buku, kita ajarkan mereka siang dan malam huruf-huruf dan angka-angka…agar bisa menjadi artis kita ikutkan berbagai even walau ia tidak mau, agardia cepat pintar, kita paksa untuk tidak bergaul dengan teman-temannya yang selalu bermain….tak ada waktu untuk bermain dengan teman bahkan dengan keluarga kita, karena kita merasa kita punya tanggung jawab besar untuk mencerdaskan mereka, sehingga waktu mereka harus benar-benar dimanfaatkan dengan belajar.
Tanggungjawab yang dipaksakan tanpa melihat kemampuan dan karakter anak. Paksaan itu bahkan memperkosa bakat dan kecederungnya, dia harus seperti apa yang kita inginkan, agar menjadi orang sukses “versi kita”, beban yang diberikannya sungguh sangat berat, kadang diluar kemampuannya, kadang ia diam seribu bahasa, karena orang tua yang cederung egois memaksakan kehendaknya, ketika diam  kita paksa lagi untuk mampu berbicara, berorator, dilatih siang malam, sampai-sampai tak ada waktu untuk bermain. Sungguh serba salah, karena kita terlalu egois untuk membuatnya menjadi kita atau menjadi orang yang kita idolakan, dan kita memahami bahwa anak mempunyai keunikan tersendiri. Cita-citanya kita bentuk sedemikian rupa, agar ia menjadi sukses “versi kita”…walau pun ia memiliki cit-cita sendiri, namun tidak didukung, bahkan selalu disudutkannya, ketika mencari Kuliah yang sesuai dengan keinginan anaknya, kita paksakan  ke kuliah yang lebih menguntungkan sekali lagi menurut “versi kita”…seringnya lebih menguntungkan dalam hal ekonomi, agar setelah lulus dapat bekerja….ya..mungkin itu kecendrungan pragmatis. Seakan-akan hidup hanya untuk menemukan pekerjaan, titik, bukan hal yang mungkin lebih mulia.
Hal yang aneh lagi, sang Ayah dan ibu sangat bangga ketika melihat anaknya seperti orang dewasa (berada dibukan dunianya dan bukan usianya), mampu berbuat di atas kemampuan rata-rata, ia memamerkan kemampuan anaknya yang mampu tanpil di depan halayak….tapi ia tidak sadar anaknya ketika itu dalam kerangkeng, penjara psikologi, pemerkosaan bakat, bahkan dibunuh oleh orang tunya sendiri, atas nama kehebatan.
Bukan hanya ketika menjadi anak-anak yang dipaksa, namun ketidak dewasa pun ia paksa untuk menaatinya dalam pilihan jodoh orang tuanya, sekolahnya, dan menceraikan suami/istrinya ketika orang tuanya tidak cocok dengannya. Inilah pemaksaan selera, seakan-akan anak-anak harus memiliki selera yang sama dengan orang tua. Dalam tafsir al-Manar Rasyid Ridha menulis “Yang demikian tidak direstui agama dan bukan bagian dari kewajiban menaati dan berbuat baik kepada orang tua”.
Dunia Anak
Anak-anak mempunyai dunianya sendiri, dunia yang sering tidak dipahami oleh siapa pun, bahkan sang ibu yang setiap hari bergumul dengannya sering dibuat bingung, karena tingkah anaknya yang aneh dan unik, keunikannya terlihat ketika ia disuruh tapi tidak mau, ketika dilarang ia kerjakan, ketika disuruh belajar malah ia tidur, ketika waktunya tidur ia ingin belajar. keunikannya setiap hari berganti-ganti, sesuatu yang kadang tidak dimengerti, ketika umurnya sudah menginjak TK, ia malah males belajar, tapi sebelumnya rajin membaca dan menulis, tapi setelah menginjak MI/SD dia malah melebihi teman-temannya, ia rajin dengan sendirinya….ada pula keunikan dalam merangkak, berjalan, dan berlari, semua anak tidak sama, ada yang berjalan ketika berumur dua tahun, ada yang dua tahun setengah, bahkan baru berumur tiga tahun….tidak pernah sama, apakah keunikan itu harus dipaksakan dan mereka harus sama dalam bergerak….! Bagi orang tua yang egois, pasti mempunyai anggapan, anak saya tidak cerdas, anak saya malas, anak saya tidak Pede, anak saya nakal, dan lainnya….ia ingin anak sama dengan orang lain, sedangkan anak memiliki karakter yang berbeda-beda.
“Anak bukanlah kelanjutan sifat, profesi, atau kepribadan ibu-bapaknya. Mencintainya adalah menumbuhkembangkan bakat dan kepribadiannya karena cinta adalah mesra antara dua pribadi dengan dua “aku” yang berbeda. Dunia anak adalah dunia permainan, dengan bermain, ayah, ibu atau siapa pun dapat mendidiknya” demikian kata Quraisyi Shihab. Rasulullah bersabda “ siapa yang memiliki anak-anak hendaklah ia bermain bersamanya” dan dalam hadis yang lain “ Siapa yang mengembirakan hati anaknya, maka ia bagaikan memerdekakan hamba sahaya, siapa yang bergurai untuk menyenangkan hatinya, maka ia bagaikan menangis karena takut kepada Allah.
Biarkan mereka bermain sesuka hatinya, asalkan kita mampu menjagaya, agar permainan itu tidak berbahaya baginya, pilihlah permainan yang baik dan ia suka, bukan memaksakan permainan yang ia sendiri enggan untuk bermain. Dan Saiful menulis “Biarkan ia menjadi dirinya sendiri, menemukan kecerdasannya sendiri. Tak ada hak sama sekali bagi orang tua untuk memaksa dengan berbagai cara dan alas an (meskipun dengan dalih demi masa depan anak). Allah yang mencipta mereka lalu menitipkannya pada kita. Kewajiban kita adalah mengoptimalkan setiap potensi yang dimilikinya. Apa pun bentuk dan rupa potensi itu.
            Kita bukanlah raja yang gemar memerintah, tapi kita hanya sebagai orang yang dititipkan untuk menjaganya dan membantunya, memeliharanya dan selalu mendoakannya, agar ia menjadi anak yang baik dimata manusia dan Allah. Kreasi terbaiknya, jika ia mampu mengoptimalkan potensinya, dan tidak dengan gejolak hatinya. Dan kehebatan kita (sebagai orang tua), jika kita mampu menahan ego kitauntuk menjadikannya sebagai diri kita, kita yang kadang selalu mengaitkan dengan logika dan kalkulasi untung- rugi. Sedangkan logika dan kalkulsi akan membuat kita jatuh tersunggur, bukan hanya anak kita yang dirugikan, tapi kita gagal menjadi orang tua teladan.
“Mereka mungkin bisa melupakan apa yang Anda katakan, tetapi mereka takkan pernah melupakan perasaan yang Anda timbulkan dalam hati mereka.” Carl W. Buehner

http//halimizuhdy.blogspot.com
http//sastrahalimi.blogspot.com

Malang, 11 Januari 2010

Sabtu, 20 November 2010

KEBERMAKNAAN SETENGAH KATA

 

Halimi Zuhdy

“CAP, CIP,CUP”

Setelah shalat jamaah Dhuhur, Bapak Faishol Fatawi salah satu dosen Humaniora  dan Budaya sedikit bercanda pada saya untuk menuliskan kata “cup, cap, cip”, mungkin dengan kata aneh tadi bisa memberikan unpan dari pembaca, dengan sedikit guyon  saya menimpali, “ok” ini luar biasa memberikan makna untuk membuncah seribu keindahan. Dengan sedikit intrepretasi dari tiga kata itu (entah sudah bisa disebut kata atau belum, mungkin setengah kata), orang dapat menikmati hidup jika sudah melakukan tiga kata itu.
pertama adalah “Cap”, kata ini (ungkapan ini) saya maknai dengan ucapan, seseorang yang berintraksi dengan orang lain, tidak akan memberikan kebermaknaan jika tidak ada uncapan, atau sebuah intraksi tanpa ada kata-kata sulit untuk dipahami, maka “cap/Ucapan” sangat penting untuk dilakukan. Prinsip bahasa adalah “bahasa itu berkata” , artinya bahasa adalah ucapan, jika seseorang yang belajar bahasa namun tidak bisa berucap, maka kurang terpenuhi…karena inti dari bahasa adalah komunikasi yang didalamnya adalah ucapan….seperti  seseorang yang mencintai  kekasihnya namun tidak diucapkan, mungkin kekasihnya hanya sebatas bertanya-tanya…maka dengan ucap “cap” itulah ia mampu mengungkap makna tingkah yang ada dalam dirinya.
kedua adalah “Cup”, kata ini sering digunakan orang tua untuk anaknya yang masih kecil untuk memberikan kecupan cinta, atau kadang digunakan suami apda istrinya untuk kemesraan, “cup” dapat memberikan keteduhan karena menyentuhkan kulit dengan kulit yang kemudian menumbuhkan rasa cinta. Karena kata-kata yang tanpa aksi, hanya sebuah awang-awang tanpa bukti, keskipun aksi itu sendiri berbagai macam.

Ketiga adalah “cip”, meskipun ini ada kemiripan dengan “cuP’ tapi beda cara merasakan dan menikmatinya, kalau cup biasanya dengan bibir tapi kalau cip dengan lidah, artinya mencicipi…..
Ya..itu hanya interpretasi kecil-kecilan…….yang mungkin tidak terlalu bermakna, tapi intinya ungkapan apapun yang menurut orang lain tidak bermakna, tapi sebenarnya mengandung makna yang dahsyat…itu permainan kata para sastrawan yang dapat menggegerkan dunia.

CAP, CIP, CUP

Kau relakan dirimu untuk di cup
Dengan seribu cap
Cap..cap….cap…membuatmu terbuai semalam
Hanya demi nafsu yang terungkap
Kau cip..cip…malam itu bersama kumbang
Yang tak pernah bertanggung jawab
Kau sesal
Kau kalah
Kau galau
Kau kehilangan makna hidup
Karena kau menuruti nafsu “Cup dengan Cap..yang kemudian Cip”
Mudah-mudahan hari-hari itu
Tidak terulang kembali
Demi sebuah kemulyaan dan harga diri
Di hadapan Allah Sang Pematri
Kembalilah..bersimpuh
Untuk mencapai apa yang kau tempuh
Dunia akhirat tempat berlimbuh

malang