Indonesia darurat stress. Mungkin ini kedengaran gak masuk akal atau dibuat-dibuat. Tapi, ini sebuah kenyataan lo. Laporan kemenkes, polri, WHO dan lainnya.
Sekitar 2 persen penduduk Indonesia terindikasi depresi, dan 13 persennya tidak mencari bantuan ke tenaga kesehatan. Artinya apa? Lebih banyak lagi yang belum ketahuan. Bukan hanya 2 persen. Kasus bunuh diri juga naik: 826 kasus (2022), menjadi 1.350 (2023) dan 1.450 (2024). Secara umum, sekitar 30 persen dari 280 juta penduduk mengalami gangguan kesehatan mental, dengan 5,5 persen remaja (10–17 tahun) atau 2,45 juta anak sudah terdiagnosis gangguan mental. Masalah utama yang sering muncul adalah depresi, gangguan kecemasan, dan bipolar, yang membuat orang sulit berfungsi normal dalam aktivitas harian.
Peran internet dan media sosial makin besar dalam memperburuk kondisi ini. Tahun 2023, 75 persen anak usia 7–17 tahun sudah mengakses internet, bahkan 85 persen anak yang tidak sekolah pun sudah online, padahal secara internasional anak di bawah 2 tahun tidak disarankan terpapar gawai, dan anak di bawah 12 tahun idealnya maksimal dua jam per hari. Paparan berlebihan bisa memicu kecemasan, rasa minder, kecanduan gim, pinjol, dan judi online, yang berujung pada sulit tidur, nafsu makan turun, hingga halusinasi.
Tapi, ini bukan hanya persoalan internet lo. Data CNBC Indonesia yang bersumber dari BPS, SUSENAS 2023, dan PODES 2024 menunjukkan bahwa kelompok paling rentan terdorong hingga bunuh diri bukan hanya orang dengan gangguan jiwa berat, tetapi justru mereka yang hidup dalam tekanan struktural, individu berpendidikan rendah (0,41%), pekerja sektor pertanian dan pertambangan (0,36%), warga desa (0,34%), pekerja sendiri/pekerja bebas (0,36%), serta mereka yang sampai kesulitan makan (0,62%). Risiko tertinggi terlihat pada kelompok cerai hidup (0,84%) dan cerai mati (0,79%), serta kepala rumah tangga yang memikul beban nafkah keluarga. Secara geografis, enam provinsi, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Papua, menyumbang lebih dari 50% kasus bunuh diri nasional pada 2024, dengan lonjakan tajam di Jawa Tengah (39,10%) dan Jawa Barat (47,34%), sementara di Papua, Provinsi Papua Pegunungan sendirian mencatat 47,15% kasus bunuh diri se-Papua.
Dan, jrengggggg. Ironisnya, 4,28% desa yang memiliki tempat ibadah. Ingat memiliki tempat ibadah! justru pernah mencatat kasus bunuh diri (dibanding 1,37% desa tanpa tempat ibadah), di tengah fakta bahwa akses layanan kesehatan jiwa sangat timpang, Papua hanya memiliki 0,17 fasilitas kesehatan jiwa per 100.000 penduduk, jauh di bawah median global WHO 1,3 per 100.000.
Terus bagaimana?
Halimi Zuhdy
Baca Fatwa Cinta "Belajarlah Senyum! Bukan Ketawa" 🤩

Tidak ada komentar:
Posting Komentar