السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Minggu, 19 Oktober 2025

Menulis Sastra (Puisi): Dari "Syi‘ir", "Syu‘ūr", hingga "Syiar"


Halimi Zuhdy

Bagi pemula, langkah pertama dalam menulis karya sastra bukanlah soal teknik, struktur, atau teori. Yang paling mudah justru "rasa". Menulis dimulai dari rasa, perasaan yang hadir begitu saja, bahkan tanpa harus mencari ide yang rumit.

Menariknya, dalam tradisi Arab, puisi disebut dengan istilah "الشِّعْر (asy-syi‘r)". Kata ini ternyata memiliki akar yang sama dengan beberapa istilah lain yang sangat dekat dengan pengalaman batin manusia: "شُعُور (asy-syu‘ūr)" yang berarti rasa atau perasaan, dan juga "شَعْر (asy-sya‘r)" yang berarti rambut atau bulu.
Puisi dalam bahasa Arab bukan hanya susunan kata indah. Ia lahir dari pengalaman batin yang diolah, dipadatkan, lalu diungkapkan. Karena itu, syi‘ir selalu berhubungan dengan syu‘ūr, rasa yang menjadi sumber kehidupan puisi. Tanpa rasa, syi‘ir hanyalah rangkaian kata kosong.

Kata "syu‘ūr (الشُعور)" dalam bahasa Arab berarti kesadaran rasa. Inilah dasar dari seluruh pengalaman estetis. Menulis puisi berarti melatih kepekaan, menyelami denyut rasa yang kadang samar. Seorang pemula tidak perlu cemas kekurangan ide, cukup tuliskan apa yang dirasa: gelisah, rindu, bahagia, hampa, cinta, atau doa.

Mengapa akar kata puisi berkaitan dengan "rambut" atau "bulu" (الشَعر)? Rambut adalah bagian tubuh yang sangat sensitif. Sedikit sentuhan angin saja terasa di ujung helai. Begitulah perasaan seorang penyair: hal-hal kecil, yang mungkin luput dari pandangan orang kebanyakan, bisa mengguncang jiwanya. Rambut menjadi simbol betapa seorang penyair harus peka terhadap isyarat sekecil apa pun dari kehidupan.

Dari syi‘ir dan syu‘ūr, lahir pula keterhubungan dengan "syi‘ār (الشِعار)" (yang berarti tanda, semboyan, atau seruan). Puisi pada akhirnya bukan hanya curahan rasa pribadi, melainkan bisa menjadi "syiar"—sebuah pesan yang dibawa keluar, disampaikan kepada orang lain, bahkan bisa menjadi suara zamannya.
Dengan demikian, menulis puisi sesungguhnya sebuah perjalanan: dimulai dari "syu‘ūr" (rasa), diolah menjadi "syi‘ir" (puisi), dengan kepekaan seperti "sya‘r" (rambut/bulu), dan akhirnya bisa berfungsi sebagai "syiar" (pesan, semboyan, atau seruan).

Menulis syi'ir Arab (puisi Arab), sebenarnya tidaklah sulit, bisa terjawab dalam buku di atas "Seni Menulis Puisi Arab, فن كتابة الشعر العربي "

***
Buku Dapat dipesan di: 
Mas Hasan WA 0813-5980-3848

Tidak ada komentar:

Posting Komentar