السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Kamis, 14 Agustus 2025

Mengapa "al-Bashar/البصر" Didahulukan atas "Al-Sam'a/السمع" dalam Surat Al-Kahfi?

Halimi Zuhdy

Dr. Fadhil Al-Samarrai dalam Al-Lamasat Al-Bayaniyah menjelaskan bahwa kebanyakan Ayat Al-Qur’an mendahulukan pendengaran atas penglihatan karena pendengaran lebih penting dalam menerima informasi, bahkan orang buta masih dapat mendengar sementara orang tuli sulit memahami pesan. Namun, dalam Surat Al-Kahfi, Ayat ke 26 termaktub أَبْصِرْ بِهِ وَأَسْمِعْ urutannya dibalik karena konteks kisah Ashabul Kahfi: mereka bersembunyi di kegelapan gua, menjaga diri "agar tidak terlihat" oleh kaumnya, sehingga pada situasi ini penglihatan lebih utama daripada pendengaran.
Jika kita membaca Al-Qur’an secara keseluruhan, kita akan menemukan bahwa urutan yang paling sering muncul adalah "pendengaran" lebih dulu daripada "penglihatan". Contohnya, “سَمِيعٌ بَصِيرٌ” atau “وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ”. Hal ini masuk akal, sebab secara biologis, pendengaran bekerja lebih dulu dalam perkembangan manusia, dan dari sisi fungsi, informasi sering kali lebih cepat diterima lewat telinga. Bahkan, orang buta masih dapat menerima pesan dengan sempurna lewat suara, sedangkan orang tuli kesulitan memahami pesan yang bersifat visual tanpa bantuan tambahan. Dalam, kajian bahasa atau dalam pembelajaran bahasa, maka pendengaran (istima') lebih didahulukan, seperti anak kecil dalam belajar berbicara. 

Namun, menariknya, pada Ayat di atas justru البصر (penglihatan) didahulukan atas السمع (pendengaran). Mengapa?

Jawabannya terletak pada konteks kisah. Ayat ini berbicara tentang para pemuda Ashabul Kahfi yang melarikan diri dari kaumnya dan bersembunyi di dalam gua. Mereka menjauh dari pandangan orang, masuk ke “ظُلْمَة الكهف” (gelapnya gua), dan berusaha agar tidak terlihat oleh siapa pun. Dalam kondisi seperti itu, peran penglihatan menjadi krusial: memastikan bahwa tak seorang pun melihat mereka, dan bahwa tempat persembunyian aman dari pandangan musuh. Demikian pendapat Dr. Fadhil, dalam Al- Lamasat Al Bayaniyah

Dengan kata lain, di sini prioritasnya adalah “jangan sampai terlihat”, bukan “jangan sampai terdengar”. Bahkan, Allah menggambarkan seolah-olah Dia sedang “menyuruh” kita untuk memperhatikan betapa tajamnya penglihatan-Nya terhadap mereka: أبصر به — lihatlah bagaimana Dia melihat, lalu disusul وأسمع dan betapa Dia mendengar.
Maka, susunan kata ini bukanlah kebetulan, melainkan keindahan retorika Al-Qur’an (balghatul Qur'an) yang mempertimbangkan konteks cerita (Qishah). Dalam suasana gua yang gelap dan tersembunyi, urutan al-bashar/البصر lalu al-sam'a/السمع terasa sangat logis. Ayat ini mengajarkan bahwa setiap pilihan kata dalam Al-Qur’an punya alasan tersendiri, tidak hanya dari sisi bahasa, tapi juga dari sisi situasi yang sedang dibicarakan.

Allahu'alam Bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar