السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Jumat, 27 Juni 2025

Kebencian Melahirkan Kebencian


Halimi Zuhdy

Sedih membaca banyak komen dengan berbagai emot dan ucapan "tolol, anjing, janxxk, gomblok, celeng", dan masih banyak kata-kata kasar lainnya, bahkan diucapkan pada guru yang pernah mengajarikannya, dan juga pada saudaranya. Bila kalimat-kalimat kebencian terus dijaga dan dipelihara, bahkan menjadi pembenaran dan syiar, bagaimana dengan generasi berikutnya? 
Kebencian itu seperti api kecil yang dibiarkan menyala. Awalnya hanya menghanguskan ranting di sekitarnya, tapi jika tak dipadamkan, ia akan menjalar, membakar rumah, dan pada akhirnya meninggalkan puing-puing yang menyakitkan. Terkadang tidak hanya rumahnya yang terbakar, tapi yang membakar pun juga ikut hangus. 

Kita mungkin pernah merasa disakiti, dihina, atau diabaikan. Tapi ketika kita memilih membalas dengan kebencian, kita sedang memberi pupuk pada benih kebencian itu sendiri. Hati yang semula hanya terluka, kini berubah menjadi sumber luka bagi orang lain. Dan tanpa sadar, kita ikut menciptakan “pertamanan kebencian” lingkungan yang tumbuh dan berkembang di atas dendam, amarah, dan saling curiga.

Di media sosial, seseorang mengunggah pendapat yang berbeda. Karena merasa tersinggung, kita menanggapi dengan kata-kata kasar. Orang lain membaca, ikut marah, lalu membalas lebih kasar lagi. Yang terjadi? Satu unggahan berubah menjadi lahan subur bagi caci maki dan kebencian berjamaah. 

Di tempat kerja atau kampus, ada rekan yang melakukan kesalahan. Daripada menegur dengan baik, kita memilih untuk menyindir, membicarakan di belakang, atau bahkan menghasut orang lain agar tidak menyukainya. Kebencian yang kita tanam mulai tumbuh di hati orang lain, dan akhirnya, suasana kerja menjadi tegang, tidak nyaman, dan penuh prasangka. Dan akan terus menyebar dan menjadi sebuah kebenaran. 

Satu lagi, misalnya dalam keluarga, terkadang karena hal kecil seperti perbedaan pendapat, kita menyimpan rasa kesal. Lama-kelamaan, tanpa disadari, kita menjadi dingin, menjaga jarak, dan menghindari komunikasi. Anak-anak yang menyaksikan ini belajar bahwa kebencian itu boleh, bahkan perlu, jika merasa benar. Maka lahirlah generasi yang sulit memaafkan.

Ada pesan Nabi kita, Muhammad SAW

لا تَباغَضوا، ولا تَحاسَدوا، ولا تَدابَروا، وكونوا عبادَ اللَّهِ إخوانًا

"Jangan saling membenci, jangan saling mendengki, jangan saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara." HR. Bukhari dan Muslim

Asyik sekali membaca hadis ini, dan hadis ini bukan sekadar larangan, tapi sebuah obat, obat penyembuhan. Karena Islam tahu, bahwa kebencian adalah penyakit, dan obatnya adalah ukhuwah, kasih sayang, dan lapang dada.

Apakah dunia ini tidak cukup penuh luka, hingga kita masih ingin menambahkan? Apakah kita ingin mewariskan kebencian, atau meninggalkan teladan kasih sayang? Maka penting, kita memulai dari hal kecil. Maafkan teman yang pernah menyakiti. Tanggapi perbedaan dengan tenang. Berhenti menyebar kebencian meski lewat kata dan komentar. (Ini bukan ceramah, tapi obat) 🥰🙏

Karena cinta tak membuat lelah. Tapi kebenciania menggerogoti hidup kita perlahan-lahan. Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu memadamkan api sebelum menjadi kebakaran, dan menanam damai sebelum kebencian tumbuh. (Doakan juga, yang menuliskan kalimat-kalimat ini). Karena kebaikan itu menular dan kebencian juga menular) 

Dari tulisan di atas biasanya muncul "Dia memang salah tadz, pantes dibenci, digoblokin, tak ada kata lain untuknya" dan ada lagi "dia tidak akan kapok tadz, dasar memang anjing dia itu". Ingat, bahwa kata-kata kasar akan dibalas kasa.😞. Gini, kalau bahasa Al-Qur'an, mungkin lo ya

“Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan” (QS Al-An'am: 108).

Tulisan ini sebenarnya untuk al-faqir sendiri yang sangat banyak kekurangan dan kesalahannya, tapi tulisan yang "dianggap baik" kalau disebarkan, insyallah akan memberi pahala, buat al faqir dan al mursil. 

🙏

Tidak ada komentar:

Posting Komentar