Halimi Zuhdy
Loh kok "mescit" kecil banget ya? gumam saya dalam hati. Kebetulan "mescit" atau dalam bahasa Arab adalah masjid (مسجد) berada di rest area perjalanan saya dari Angkra Turki. Sambil menikmati kopi Turki, saya membaca bebeapa maklumat yang ada di dinding mascit tersebut. Aha. Sambil saya bertanya pada orang Turki, apakah mascit ini sama dengan camii? Kata mereka, "berbeda mas".
Tulisan ini, sedikit mengulik beberapa "istilah" rumah Allah atau tempat beribadah umat Islam di beberapa negara. Bukan untuk memastikan hukum terkait dengan waqaf-nya, apakah boleh dan tidak i'tikaf di dalamnya (sah/tidak), dan hukum lainnya. Hanya terkait dengan nama atau istiah saja.
Toyyib. Di setiap azan yang berkumandang dari menara-menara masjid, umat Islam di seluruh dunia merespons dengan langkah dan arah yang sama: menuju rumah Allah (baitullah, dan istilah ini sudah saya tulis agak panjang, bisa digoogling ya).he. Namun, tahukah kita bahwa di balik satu kata “masjid” tersembunyi aneka istilah, struktur, bahkan dimensi sosiologis yang berbeda di tiap negara?
Di Indonesia, negeri dengan jumlah masjid terbanyak di dunia, istilah masjid dibedakan secara administratif dan fungsional. Masjid Negara seperti Istiqlal berdiri megah sebagai simbol kebangsaan. Di bawahnya, Masjid Nasional, Masjid Raya, Masjid Agung, Masjid Besar, dan Masjid Jami' diklasifikasi berdasarkan wilayah administratif dari provinsi hingga desa. Bahkan mushalla pun punya tempat tersendiri dalam kehidupan sosial, menjadi ruang transendensi di lingkungan terdekat. Loh kok beda-beda? Kok tidak semua tempat dinamakan masjid atau mushallah saja? Dan mengapa di Indoensia berbeda antara masjid dan mushalla?
Di Indonesia, perbedaan antara masjid, mushalla, langgar, dan surau terletak pada fungsi, ukuran, dan konteks sosial-budaya masing-masing (ini menurut yang saya pahami ya). Masjid adalah tempat ibadah utama umat Islam yang digunakan untuk salat lima waktu, salat Jumat, dan kegiatan keagamaan besar seperti pengajian dan i’tikaf, serta diakui secara resmi dalam administrasi keagamaan. Terus Mushalla?, mushalla yang juga dikenal sebagai langgar atau surau di berbagai daerah, umumnya berukuran lebih kecil dan tidak digunakan untuk salat Jumat, melainkan hanya salat lima waktu berjamaah dan kegiatan keagamaan lokal. Langgar adalah istilah yang banyak digunakan di wilayah Jawa untuk mushalla, kalau di Madura dikenal dengan langger😁. Sementara surau lazim ditemukan di Sumatra Barat dan memiliki peran lebih luas sebagai tempat mengaji, membina generasi muda, bahkan menjadi pusat pendidikan Islam tradisional. Meskipun secara fungsi ketiganya mirip sebagai tempat ibadah harian, nilai historis dan budaya lokal membuat istilah-istilah tersebut hidup dalam ruang sosial yang berbeda di masyarakat.
Lah lalau di Turki, negeri yang dulunya pusat Kekhalifahan Utsmani, hanya ada dua istilah dominan: "Camii" dan "Mescit". "Camii" adalah masjid besar tempat salat Jumat dan kegiatan keagamaan utama. Istilah ini berasal dari kata Arab جامع (jamiʿ), menandakan fungsi himpunannya (pernah saya tulis, asal dari Jamiah, universitas, adalah masjid jami'). Sementara "mescit" mengacu pada tempat ibadah kecil setara mushalla—tanpa khutbah Jumat, namun tak kalah penting sebagai tempat salat lima waktu.
Di dunia Arab, istilah "masjid" dan "jami’" telah mengakar sejak awal Islam. "Masjid" merujuk pada semua tempat sujud, tetapi "jami’"—dari akar kata "jamaʿa" (menghimpun)—khusus dipakai untuk masjid tempat dilaksanakannya salat Jumat. Lebih menarik lagi, mereka mengenal istilah "musalla" untuk tempat ibadah yang kecil dan sementara. Dan fuangsinya juga tidak jauh berbeda, walau istilah ini di Suadi dan beberapa negara yang pernah saya singgahi agak jarang saya temukan, mungkin kurang jalan-jalan.he. butuh diajak niyeee. 🤩
Di anak benua India dan Pakistan, istilah "Jama Masjid" menggema sebagai simbol historis dan keagamaan. Contohnya Jama Masjid Delhi, yang dibangun oleh Shah Jahan, menjadi cerminan kejayaan arsitektur sekaligus pusat spiritual umat Islam. Di sini, istilah "jama" tak sekadar merujuk fungsi salat Jumat, melainkan menjadi penanda identitas komunitas Muslim di tengah keragaman. Tapi, karena belum pernah menjejak di bumi India, hanya sekedar mendengar, maka butuh verifikasi dari alumninya.😁
Beranjak ke Eropa, kita menemukan istilah "mosque" yang umum digunakan, meski di lingkungan diaspora Asia Selatan, istilah "jami masjid" tetap hidup dan ada lo ya. Komunitas Muslim di London, Berlin, atau Paris tak sekadar membangun ruang ibadah, tetapi juga pusat budaya, dialog lintas agama, bahkan benteng identitas di tengah sekularisme modern. Mungkin ada istilah lain, bisa berbagai Ya?
Menariknya, perbedaan istilah ini tidak hanya semantik. Ia mencerminkan bagaimana umat Islam membingkai fungsi rumah ibadah, bukan hanya sebagai tempat ritual, tetapi juga pusat pendidikan, kebudayaan, dan perjuangan. Di Indonesia, masjid menjadi pusat zakat, pengajian, bahkan kegiatan sosial. Di Eropa, ia menjadi simbol ketahanan identitas. Di Turki, camii" memadukan estetika Bizantium dan spiritualitas Islam. Di Arab, "jami’" menjadi titik pusat masyarakat. Dan mungkin di belahan dunia lain, ada istilah yang berbeda bisa ditulis juga, agar tambah kaya istilah tentang "masjid".
Asyiknya! Masjid, apapun namanya, selalu menjadi ruang sakral tempat bumi bersujud, manusia bersimpuh, dan peradaban ditata.
Saya jadi teringat sabda Rasulullah SAW
(وَجُعِلَتْ لِي الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا) رواه البخاري
***
Ket Foto; Masjid Sultan Bayazed II Amasya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar