السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Senin, 07 Mei 2018

DR. MUJAIZ KUMKELO PENYULAM SENYUM)

Selamat Jalan Guruku
Halimi Zuhdy

Selalu membakar kami, ketika kami menjadi santri di Mahad Sunan Ampel Al-Aly (Ma'had Al Jamiah) "Semanga Khi!!!"  kami pun selalu bersemangat membuka telinga, mata, dan gerak tegap, ketika beliau mengisi halaqah ilmiah dan Madrasah Intelektual.
Ketika Adzan Subuh tiba, sorban cokelat selalu beliau genggam, setiap pintu kamar ia ketuk, santri pun  bergegas ke kamar mandi, jika masih tersisa, beliau tunggu sampai seluruh santri di mabna menuju masjid, dengan sabar beliau berdiri mematung di depan mabna, sambil melihat gerak gerik santri. 

Setelah shalat subuh pun, beliau sudah siap di depan mabna, menunggu santri untuk shabahul lughah, dan mencari santri yang lagi bermalas malasan. Tak ada hentakan, bahkan amarah dan teriakan tak keluar dari beliau. 

"Ayo khi ta'lim", mengajak dengan senyum yang selalu terurai dari wajahnya. Senyumnya selalu menyapu pagi kami, dengan pengarahan  tanpa henti. 


Suatu hari, beliau kami undang menyampaikan Orasi Kemerdekaan 17 Agustus di perumahan Bukit Cemara Tidar (BCT) Malang, beliau tidak bertanya jauhnya, kapannya, tapi langsung meng-iakan. Bukti, bahwa semangat selalu menyertai beliau. Mengajak untuk selalu bersatu, karena dengan bersatu akan tumbuh seribu kekuatan, dan dari kekuatan itu akan muncul kemerdekaan yang sesungguhnya, kemerdekaan batin, kemerdekaan jasad, dan kemerdekaan menyembah pada Allah.
Beliau bertempat di Ma'had sebagai Pengasuh, dan pernah menjadi Kabag kemahasiwaan, senyumnya selalu bersama dengan langkahnya, semangatnya bersama geraknya. Suatu hari kami silaturahim ke rumahnya, istri dan anaknya juga menyambut dengan senyum, anak-anak yang lagi rebutan jajan, beliau damaikan dengan lembut, dan salah satunya dipeluk, sambil mengelus kepalanya, kata-kata indah dan nasehat mengalir dari beliau. 

Dengan keluargannya harmonis, dengan para mahasiswa penuh semangat dan humoris, dengan sejawatnya penuh kehangatan dan keakrapan tampa garis. 

Ambon, tempat beliau dilahirkan, kota Malang menjadi bagian hidupnya, dan di tempat dingin ini pula beliau menemui Allah, Tuhannya. 

Selamat jalan guruku, mudah-mudahan selalu indah senyum di alam sana, dan suatu saat nanti, di sorganya, kita saling bertatap dan senyum indah itu, menjadi goresan pena cinta kami. 

Selamat Jalan, Allahyarhamukum. 

Malang, 28/4/2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar