السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Sabtu, 15 November 2025

Ketika Keagungan Berselimut Kerendahan Hati



Halimi Zuhdy 

Bila ada yang bingung dan ragu ketika melihat sosok yang dikagumi kok tiba-tiba berubah. Kata-katanya kasar, ngerres, dan sikapnya angkuh, bahkan sok. Jauh dari bahasa tawadu'. Tetaplah kembali dan melihat sosok yang menjadi panutan umat, Rasulullah SAW. Walau sebenarnya, masih banyak sekali sosok-sosok indah, yang jauh dari hiruk pikuk medsos yang bisa dicontoh. Ketawaduannya luar biasa, kealimannya dan keteladannya masih bisa dibersemai.
Melihat teladan, tak ada sosok yang lebih agung dari beliau, Rasulullah SAW, seorang kekasih Allah yang dimuliakan di langit dan dicintai di bumi. Semakin tinggi kedudukan beliau, semakin rendah hati beliau kepada sesama. Tawadu’nya bukan karena lemah, tapi karena kekuatannya, kekuatan hati yang tunduk sepenuhnya kepada Allah. Beliau walau berbagai pangkat atau kemuliaan langit dan bumi sudah diberikan, tapi beliau tetap rendah hati. 

Beberapa hadis tentang ketawadu'an beliau yang diambil dari durar saniyah, sungguh sangat membuat hati rindu pada sosoknya apalagi di era, di mana penghormatan menjadi sebuah kebanggaan. 

1. Duduk seperti salah satu dari mereka

Rasulullah SAW tidak duduk di tempat yang istimewa di antara para sahabatnya.

رُوِيَ أنَّه ﷺ يَجلِسُ بَيْنَ ظَهرَيْ أصحابِه فيجيءُ الغريبُ فلا يدري أيُّهم هو حتى يسألَ عنه
(HR. Abu Dawud)

Beliau duduk di mana pun tempat itu berakhir. Seorang asing yang datang bahkan tidak bisa membedakan, siapa dari mereka yang Rasulullah SAW. Betapa dalam maknanya, pemimpin seluruh alam, namun duduk sebagai saudara di antara saudara. Tidak minta diistimewakan, sosok yang sangat luar biasa. 

2. Menolak ditinggikan di atas derajat yang Allah tetapkan

Suatu hari seseorang memanggilnya,
يا محمَّدُ، يا سَيِّدَنا وابنَ سَيِّدِنا، وخيرَنا وابنَ خَيرِنا

maka beliau, bersabda:
يا أيُّها النَّاسُ، عليكم بتقواكم، لا يَستهوينَّكم الشيطانُ، أنا محمَّدُ بنُ عبدِ اللَّهِ عبدُ اللَّهِ ورسولُه، واللَّهِ ما أحبُّ أن ترفعوني فوق منزلتي التي أنزلني اللَّهُ.

Beliau menolak disanjung, karena tahu bahwa kemuliaan sejati bukan karena gelar, tapi karena ketakwaan. Lah, ini jangan disalah artikan dengan "jangan menambah sayyidina lo ya" beda lagi pembahasannya. 

3. Menyapa anak-anak di Jalan

Rasulullah SAW selalu menebar kasih, bahkan kepada anak kecil. Beliau tak cuek.  

أنَّه مرَّ على صبيانٍ فسَلَّم عليهم، وقال: كان النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم يفعلُهـ.
(HR. Anas bin Malik)

Senyum beliau kepada anak-anak adalah pelajaran tentang cinta yang sederhana, kasih sayang yang tidak memandang usia, kedudukan, atau manfaat.

4. Membantu istri di rumah

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata

سألتُ عائشةَ: ما كان النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم يصنعُ في بيتِه؟ قالت: كان يكونُ في مهنةِ أهلِه -تعني خدمةَ أهلِه-، فإذا حضرَت الصَّلاةُ خرج إلى الصَّلاةِ .
HR. Bukhari

Di rumah, beliau melayani keluarganya, menjahit bajunya sendiri, memerah susu kambing, membantu pekerjaan rumah,  padahal beliau adalah utusan Allah. Di sinilah letak keagungan, rendah hati dalam hal-hal kecil yang sering kita anggap remeh.

5. Mencari sahabat yang hilang di medan perang

Dalam sebuah peperangan, beliau kehilangan seorang sahabat bernama Julaibin ketika semua merasa cukup menghitung yang hilang, Rasulullah SAW berkata:

لكنِّي أفقُد جُلَيبيبًا، فاطلبوه

Mereka menemukannya gugur di antara tujuh musuh yang telah ia bunuh sebelum ia sendiri wafat. Rasulullah SAW mengangkat jasadnya dengan tangan beliau dan bersabda:

هذا منِّي وأنا منه، هذا منِّي وأنا منه

Lalu beliau meletakkannya di liang lahat dengan kedua tangannya.

Begitulah cinta dan tawadu’-nya. Pemimpin pasukan, tapi memanggul tubuh sahabatnya sendiri dengan penuh kasih.

6. Melayani sahabatnya dengan tangan sendiri

Dalam satu perjalanan, ketika para sahabat kehausan,

جَعَلَ رسولُ اللَّهِ ﷺ يَصُبُّ الماءَ، وأبو قتادةَ يَسقِي أصحابَه

Beliau sendiri menuangkan air agar para sahabatnya minum terlebih dahulu. Saat ditawari minum, beliau berkata:

إنَّ ساقيَ القومِ آخِرُهم شُربًا
(HR. Muslim)

Beginilah pemimpin sejati  yang mendahulukan umatnya sebelum dirinya.

7. Tidur di atas tikar kasar

Suatu hari Ibn Abbas melihat Rasulullah SAW tidur di atas tikar hingga membekas di tubuhnya. Ia menangis, lalu berkata

يا رسولَ اللهِ، إنَّ كِسرى وقيصرَ فيما هما فيه، وأنتَ رسولُ اللهِ!

Beliau menjawab dengan tenang

أما ترضى أن تكونَ لهم الدُّنيا ولنا الآخرةُ؟

Kesederhanaan yang membungkus kebesaran jiwa. Dunia kecil baginya, karena surga telah menanti.

Ketawaduan Rasulullah SAW bukan hanya sikap, tapi cermin dari hati yang mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Semakin dekat dengan Allah, semakin rendah beliau di hadapan manusia.

Beliau SAW adalah matahari yang sinarnya menghangatkan, tapi tak pernah membakar; adalah samudra luas yang menampung semua sungai, tapi tak pernah meninggi.

اللهم صلِّ وسلم وبارك على سيدنا محمد، الذي جمع بين المجد والتواضع، وبين العظمة والبساطة.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar