السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Minggu, 02 November 2025

Iri, Dengki, Saudara dan Sumur


(Perbedaan antara 'Jubb' dan 'Bi’r dalam Al-Qur’an)

Halimi Zuhdy  

Kisah Nabi Yusuf merupakan kisah terbaik sebagaimana ditegaskan Al-Qur’an dengan sebutan "Ahsan al-Qashash" kisah yang paling indah. Keindahannya terletak pada alur cerita, penokohan, pesan moral, kekuatan bahasa, serta pilihan diksi yang sangat halus dan bermakna. Bukan hanya persoalan kisah Nabi Yusuf dan Zalikhah, tapi tentang kehidupan.  

قَالَ قَائِلٌ مِّنْهُمْ لَا تَقْتُلُوا يُوسُفَ وَأَلْقُوهُ فِي غَيَابَتِ الْجُبِّ يَلْتَقِطْهُ بَعْضُ السَّيَّارَةِ إِن كُنتُمْ فَاعِلِينَ  

“Seorang di antara mereka berkata: Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu hendak berbuat.'” (QS. Yusuf 12: 10)

Tulisan ini akan menyoroti satu kata kunci dari Ayat di atas, yaitu "al-jubb" (sumur). Dalam Al-Qur’an, kata "al-jubb" disebut dua kali, sedangkan "al-bi’r" hanya sekali. Keduanya sering diterjemahkan sama, yakni “sumur”, tetapi dalam konteks bahasa Arab Al-Qur’an, keduanya memiliki perbedaan makna.  
Perbedaan "Jubb" dan "Bi’r"  

Para ulama memiliki beberapa pendapat tentang perbedaan kedua istilah tersebut. Ada yang berpendapat bahwa "al-bi’r" adalah sumur kecil yang bagian bawahnya sempit, sedangkan bagian atasnya lebar. Adapun "al-jubb" adalah sumur yang luas di bagian tengahnya.  

Mengapa Nabi Yusuf ditempatkan di dalam "jubb"? Alasannya, agar beliau tidak tenggelam dalam air karena tujuan saudara-saudaranya bukan membunuh, tetapi menjauhkan beliau dari ayahnya. Sumur itu cukup dalam untuk menyembunyikan, tetapi tidak berair sehingga tidak membahayakan.  

Pendapat lain menyebutkan bahwa "al-bi’r" lebih dalam (a’maq), sedangkan "al-jubb" lebih dangkal. Dalam "Al-Tafsir al-Isytiqaqi", kata "al-jubb" pada Surah Yusuf diartikan sebagai sumur yang pinggirnya belum dibangun dengan batu, disebut demikian karena digali di tanah keras (jubub).  

Dalam kitab "Al-Lam’ah al-Bayan" karya Dr. Abdul Wahid Wajih, "al-jubb" digambarkan sebagai galian kecil yang tidak terkena sinar matahari langsung, bisa menampung air hujan, namun tidak cukup dalam untuk mencelakakan Yusuf.  

Kata "ghayabah" (kegelapan) yang mendahului "al-jubb" memberi makna perlindungan. Yusuf dijauhkan dari panas matahari dan pandangan manusia. Ini menunjukkan bahwa kasih sayang saudara-saudaranya masih tersisa, mereka tidak menghendaki kematian Yusuf, hanya ingin menjauhkannya. Karena itu, mereka memilih "melemparkan" Yusuf ke sumur, bukan membunuhnya. Menariknya, surah ini dibuka dengan huruf muqaththa‘ah "Alif Lam Ra", di mana huruf "Ra" melambangkan "rahmah" (kasih sayang).  

Namun, sebagian ulama menafsirkan "ghayabah al-jubb" secara hiperbolis, yakni dasar sumur yang dalam secara kiasan, bukan secara fisik.  

Ciri-Ciri "Al-Jubb"  

Dalam beberapa penjelasan lain, "al-jubb" adalah sumur tanpa pagar atau tembok di sekelilingnya sumur yang tersembunyi, tidak banyak diketahui orang. Sebaliknya, "al-bi’r" adalah sumur tradisional yang umum ditemukan di masyarakat, seperti yang banyak terdapat di Indonesia.  

Ketika saudara-saudara Yusuf berkata, “Lemparkan saja dia ke dalam sumur agar diambil oleh para musafir,” yang dimaksud adalah sumur kecil namun dikenal oleh orang-orang yang lewat. Kata "yaltaqith-hu" (dipungut) menunjukkan harapan agar Yusuf ditemukan oleh kafilah, bukan dibunuh. Seandainya mereka benar-benar ingin membunuhnya, Yusuf pasti akan dimasukkan ke lubang lain atau "bi’r" yang berair dalam.  

Lokasi Sumur Nabi Yusuf  

Dalam kitab "Al-Kasysyaf", terdapat beberapa pendapat tentang lokasi sumur tempat Yusuf dilemparkan. Ada yang menyebut sumur di Baitul Maqdis (Palestina), ada pula yang berpendapat di wilayah Yordan. Pendapat lain menyatakan letaknya di antara Mesir dan Madyan, sekitar tiga farsakh dari rumah Nabi Ya‘qub.  

Sementara menurut "Al-Muhith", sumur tersebut berada di Palestina, tepatnya di kota Nablus, sekitar satu kilometer dari makam Nabi Yusuf. Bahkan ada riwayat yang menyebut Nabi Isa pernah meminum air dari sumur itu.  

Hikmah dari Sumur Kedengkian  

Mengapa Yusuf dilemparkan ke dasar sumur? Karena kedengkian saudara-saudaranya. Kedengkian tidak hanya membuat seseorang ingin menghilangkan nikmat orang lain, tetapi juga mendorongnya mencelakakan saudaranya sendiri.  

Begitulah sifat iri. Ia merasa puas bila melihat orang lain jatuh, menderita, atau bahkan binasa. Padahal, sering kali orang yang didengki justru semakin bersinar, semakin dicela semakin mulia. Sementara si pendengki sendiri hidup dalam kesengsaraan batin, kehilangan kebahagiaan karena hatinya dipenuhi dengki.  

Wallāhu a‘lam bish-shawāb

***
Dalam beberapa kajian bahwa yang dimaksud Ahsan Al-Qashah (kisah terbaik), bukan Surat Yusuf tapi seluruh Ayat-Ayat dan Surat dalam Al-Qur'an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar