Halimi Zuhdy
Sejarah para Nabi bukan hanya kisah lama yang tertulis dalam kitab suci, tetapi juga peta perjalanan panjang manusia mencari makna dan kebenaran.
Dari padang pasir yang sunyi hingga lembah subur di tepi sungai besar, jejak mereka menandai tempat-tempat yang menjadi saksi turunnya wahyu, perjuangan melawan kezaliman, dan lahirnya peradaban.
Catatan sejarah Islam mencatat 25 Nabi AS yang diutus Allah dengan waktu, tempat dakwah, dan tempat wafat yang berbeda-beda. Jika disusun secara kronologis, kisah mereka membentang selama hampir enam milenium dari Nabi Adam AS sekitar 5800 SM hingga Nabi Muhammad SAW pada abad ke-7 Masehi. Rentang yang luar biasa panjang ini menjadi bukti betapa Allah senantiasa menuntun umat manusia dalam setiap zaman.
Awal Manusia dan Permulaan Wahyu
Kisah agung ini dimulai dari Nabi Adam AS (5800–5000 SM), manusia pertama yang diturunkan ke bumi di Jazirah Arab bagian barat. Dari beliau, seluruh umat manusia bermula.
Beberapa abad kemudian, Nabi Idris AS (4500–4000 SM) diutus di wilayah Irak kuno. Ia dikenal sebagai sosok bijak, penulis pertama dalam sejarah, dan pembawa ajaran ilmu serta moral.
Lalu utus Nabi Nuh AS (4000–3000 SM), diutus di selatan Irak. Kaumnya menolak ajaran tauhid hingga Allah menurunkan banjir besar yang mengubah wajah bumi. Dari bahtera Nuh, manusia memulai kembali perjalanan panjang sejarahnya.
Sekitar tahun 2400 SM, Allah mengutus Nabi Hud AS kepada kaum ‘Ad di wilayah Al-Ahqaf (antara Yaman dan Oman). Mereka dikenal sebagai bangsa perkasa yang membangun menara-menara tinggi, tetapi kesombongan menjatuhkan mereka. Angin topan menjadi akhir kejayaan mereka.
Lalu datang Nabi Shaleh AS (2100 SM), diutus kepada kaum Tsamud yang tinggal di pegunungan Al-Hijr (utara Jazirah Arab). Mereka ahli memahat gunung menjadi rumah, namun keras hati menolak ajaran Allah hingga akhirnya binasa oleh gempa besar. Dua kaum ini menjadi simbol peringatan besar: sehebat apa pun peradaban manusia, jika hilang arah iman, maka lenyaplah kejayaannya.
Keturunan Ibrahim: Dua Jalur Kenabian
Zaman terus berjalan hingga lahir Nabi Ibrahim AS (1900 SM), sang bapak para Nabi, di Ur (selatan Irak). Dari beliau muncul dua garis besar keturunan kenabian:
1. Dari Ismail AS (1850 SM) — lahir di Mekah, menjadi cikal bakal bangsa Arab dan jalur keturunan Nabi Muhammad SAW.
2. Dari Ishaq AS (1800 SM) — hidup di Palestina, melahirkan keturunan Bani Israil.
Ibrahim wafat di Khalil (Hebron, Palestina) dan meninggalkan warisan iman yang menjadi dasar tiga agama besar dunia. Sezaman dengannya, Nabi Luth AS (1900 SM) diutus di Sodom dan Gomorrah (selatan Laut Mati). Kaumnya dihancurkan karena perilaku menyimpang yang melawan fitrah kemanusiaan.
Tak lama kemudian, muncul Nabi Ya’qub AS (1750 SM) yang tinggal di Syam, dan Nabi Yusuf AS (1715 SM) di Mesir, yang kisah hidupnya penuh pelajaran tentang sabar, pengampunan, dan kemuliaan hati.
Nabi-Nabi di Jazirah Arab dan Mesir
Waktu bergulir hingga sekitar 1500 SM, saat Nabi Syuaib AS diutus di Madyan (wilayah timur Teluk Aqabah). Ia menyeru kaumnya agar jujur dalam berdagang.
Nabi Ayyub AS (1500 SM) berdakwah di daerah Hauran, Suriah. Kesabarannya dalam menghadapi penyakit dan kehilangan menjadikannya simbol keteguhan sejati. Lalu datang Nabi Dzulkifli AS (1430 SM) di Damaskus, Suriah, dikenal karena kesalehan dan amanahnya.
Kemudian, Nabi Musa AS (1450 SM) dan Nabi Harun AS (1450 SM) diutus di Mesir untuk membebaskan Bani Israil dari kekuasaan Firaun.
Dari tangan mereka, lahir hukum-hukum Allah di Gunung Sinai dan kebebasan bagi kaum tertindas.
Masa Keemasan Bani Israil
Beberapa abad kemudian, muncul Nabi Dawud AS (1100 SM) di Palestina. Beliau bukan hanya nabi, tetapi juga raja yang adil. Suaranya merdu, senjatanya kuat, dan hatinya tunduk penuh kepada Allah. Putranya, Nabi Sulaiman AS (970 SM), mewarisi kerajaan besar yang penuh kebijaksanaan. Ia mampu berbicara dengan hewan dan jin, memimpin dengan hikmah dan keadilan.
Nabi-Nabi di Syam dan Palestina
Setelah masa kejayaan itu, datang para nabi yang mengingatkan kembali Bani Israil yang mulai jauh dari tauhid.
Nabi Ilyas AS (870 SM) berdakwah di Lebanon dan Palestina. Setelahnya, Nabi Ilyasa’ AS (830 SM) melanjutkan misinya di Damaskus.
Di timur, Nabi Yunus AS (780 SM) diutus di Ninawa (Irak), dan menjadi teladan kesabaran setelah ujian besar di perut ikan.
Mendekati masa kelahiran Isa AS, datang Nabi Zakariya AS (2 SM) dan putranya Nabi Yahya AS (28 M) di Palestina, yang menyeru manusia agar kembali kepada kebenaran.
Hingga akhirnya Nabi Isa AS (29 M) diutus di Palestina, membawa risalah kasih, keajaiban, dan harapan, sebelum Allah mengangkatnya ke langit.
Enam abad setelah Isa AS, lahirlah Nabi Muhammad SAW (570–632 M) di Mekah.
Beliau diutus untuk seluruh umat manusia, membawa risalah Islam sebagai penyempurna agama dan cahaya bagi dunia. Beliau wafat di Madinah, meninggalkan warisan abadi: Al-Qur’an, sunnah, dan keteladanan yang menuntun umat hingga akhir zaman.
Di Mana Para Nabi Paling Banyak Diutus?
Jika dilihat dari sejarah, wilayah Palestina dan Syam (Suriah, Lebanon, Yordania) menjadi tempat diutusnya lebih dari separuh para nabi — sekitar 50 persen dari total 25 nabi yang disebut dalam Al-Qur’an. Wilayah ini disebut para ulama sebagai Sabuk Kenabian, karena di situlah bertemu berbagai peradaban besar dan lahir banyak utusan Allah.
Sisanya tersebar di Irak, Mesir, dan Jazirah Arab — membentuk jalur spiritual yang menjadi saksi lahirnya iman, hukum, dan peradaban manusia.
Sejarah para Nabi bukan hanya deretan nama dan tahun. Ia adalah kisah tentang manusia yang diuji, tentang sabar, perjuangan, dan cinta kepada Tuhan.
Dari Adam hingga Muhammad SAW, risalah mereka tak pernah berubah: menyeru kepada iman, keadilan, kasih sayang, dan tanggung jawab sebagai manusia.
Mereka datang silih berganti membawa cahaya, agar manusia tidak tersesat dalam gelap zaman.
Dan dari kisah merekalah kita belajar bahwa selama cahaya wahyu masih dijaga, harapan tidak akan pernah padam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar