السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Minggu, 28 September 2025

Cara Thalhah Mengubah Buruk Sangka Jadi Cahaya


Halimi Zuhdy

Kisah berikut adalah salah satu contoh paling indah tentang husnudhan, berprasangka baik. Kisah ini datang dari sosok mulia, Thalhah bin Abdurrahman bin Auf, seorang Quraisy yang dikenal paling dermawan di masanya.

Suatu hari, istrinya menyampaikan unek-unek dengan nada kesal, “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih buruk daripada saudara-saudaramu, wahai suamiku.”
Thalhah terkejut, lalu bertanya lembut, “Mengapa engkau berkata begitu?”

Sang istri menjelaskan, “Aku memperhatikan mereka. Saat engkau memiliki banyak harta, mereka begitu baik dan selalu dekat denganmu. Tapi saat engkau tidak punya apa-apa, mereka meninggalkanmu.”

Mendengar itu, Thalhah justru tersenyum. Dengan tenang ia menjawab, “Demi Allah, justru itu kemuliaan mereka. Mereka mendatangi kita ketika kita mampu menghormati mereka, dan meninggalkan kita ketika kita sedang tak mampu melakukannya.”

Betapa indah cara pandang Thalhah. Ia melihat sesuatu yang bisa dianggap negatif, lalu membaliknya menjadi kebaikan. Inilah buah dari hati yang lapang dan pikiran yang positif. Orang-orang seperti Thalhah akan selalu menemukan cahaya, meski orang lain hanya melihat gelap.

Sikap ini menjadi pelajaran besar. Kadang seorang istri tidak tahan melihat kesabaran suaminya, lalu melontarkan pertanyaan atau bahkan tuduhan yang bisa memancing prasangka buruk. Tetapi, seorang suami yang bijak akan meredam kegelisahan itu dengan hikmah. Ia mengubah sudut pandang, agar hati tetap damai.

Berprasangka baik bukan berarti menutup mata dari kenyataan, tapi menjaga hati agar tidak mudah terjerumus pada buruk sangka. Sebab prasangka itu, apalagi yang salah, bisa berujung pada dosa besar: fitnah dan ghibah. Bahkan kalaupun sebuah keburukan nyata adanya, menyebarkannya tetap tidak dibenarkan dalam agama, apalagi bila menyangkut urusan pribadi.

Thalhah menunjukkan jalan yang indah: ia menyebut saudaranya karim (mulia), padahal sang istri melihatnya sebaliknya. Dari sanalah kita belajar, bahwa husnudhan tidak hanya menenangkan hati, tapi juga mengajarkan kita melihat sesuatu dari sisi yang lebih baik.

Sebagaimana ungkapan indah dalam bahasa Arab:

قالت: أراهم إذا اغتنيت لزِموك، وإذا افتقرت تركوك
قال طلحة: هذا والله من كرم أخلاقهم
يأتوننا في حال قدرتنا على إكرامهم، ويتركوننا في حال العجز عن ذلك.

Sang istri berkata:
“Aku lihat mereka selalu mendekatimu ketika engkau kaya, dan meninggalkanmu ketika engkau miskin.”

Thalhah menjawab:
“Itu, demi Allah, bagian dari kemuliaan akhlak mereka. Mereka datang ketika aku mampu memuliakan mereka, dan pergi ketika aku tidak sanggup melakukannya.”

Indah sekali. Kisah singkat ini meninggalkan pesan besar: lebih baik salah dalam berprasangka baik, daripada benar dalam berprasangka buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar