السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Kamis, 20 Oktober 2022

Mengapa Gagak yang dipilih untuk Mengajari Qabil?

Halimi Zuhdy

Ada banyak hewan di muka bumi, tetapi mengapa gagak yang dipilih oleh Allah untuk mengajari putra pertama Nabi Adam AS, Qabil. Gagak mengajari Qabil bagaimana menguburkan Habil setelah dibunuh oleh sang kakak, yang lahir dari rahim yang sama, Siti Hawwa. Inilah peristiwa pembunuhan pertama. 
Habil sudah memohon untuk tidak dibunuhnya agar Qabil tidak menyesal nantinya. Tapi mata sudah gelap, hati sudah buta, nafsu sudah memuncak, kedengkian dan iri yang tidak terkendali, nafsulah yang menjadi pengendali, maka pembunuhan pun terjadi. "Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi" (Al-Qur'an).

Qabil bingung, bagaimana memperlakukan jenazah adiknya. Ia bawa jenazah adiknya kemana-mana. Dalam kitab Tafsir Al-Thabari, ia memikul jenazah adiknya selama 100 tahun tanpa tahu harus berbuat apa dan diletakkan di mana, sesekali ia meletakkan dan kemudian dipikul lagi, demikian seterusnya, sampai Qabil terinspirasi dari perilaku gagak. 

Tetiba Qabil melihat burung gagak menguburkan gagak yang lain. Sebagaimana dalam Al-Qur'an;

فَبَعَثَ اللّٰهُ غُرَابًا يَّبْحَثُ فِى الْاَرْضِ لِيُرِيَهٗ كَيْفَ يُوَارِيْ سَوْءَةَ اَخِيْهِ ۗ قَالَ يٰوَيْلَتٰٓى اَعَجَزْتُ اَنْ اَكُوْنَ مِثْلَ هٰذَا الْغُرَابِ فَاُوَارِيَ سَوْءَةَ اَخِيْۚ فَاَصْبَحَ مِنَ النّٰدِمِيْنَ ۛ

Artinya: Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk diperlihatkan kepadanya (Qabil). Bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Qabil berkata, "Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Maka jadilah dia termasuk orang yang menyesal.

Gagak datang. Seakan-akan menjadi guru. Mengajari Qabil bagaimana cara memperlakukan jenazah adiknya. Yes. Qabil tertarik dan kemudian menirunya. Gagak Allah kirim kepada manusia pembunuh pertama  di muka bumi. Ia menjadi guru pertama bagi manusia. 

Pertanyaannya, mengapa gagak?

Para peneliti burung ini menyimpulkan (dirasah thair al-Gharab), bahwa burung gagak (الغراب ) adalah burung paling pintar dan paling licik yang pernah ada. Ini dijelaskan oleh fakta bahwa gagak memiliki ukuran belahan otak terbesar dalam kaitannya dengan ukuran tubuh pada semua burung yang ada di muka bumi. Hal ini dibuktikan dengan studi tentang perilaku dunia hewan. Dan setiap kejahatan dalam kelompok gagak memiliki hukumannya sendiri. 

Kejahatan yang dilakukan gagak, misalnya, dalam merampas makanan anak gagak, hukuman bagi gagak tersebut adalah sekelompok burung gagak mencabuti bulu burung gagak penyerang sampai tidak bisa terbang seperti anak-anak gagak sebelumnya.

Sedangkan kejahatan gagak yang memperkosa atau merobohkan sarang gagak lainnya, maka akan ada pengadilan untuk sang gagak pemerkosa dengan mewajibkan penyerang untuk membangun sarang baru bagi pemilik sarang yang diserang.

Berbeda lagi dengan kejahatan menyerang gagak betina lain, burung gagak memerintahkan untuk membunuh penyerang dengan memukuli mereka sampai mati dengan paruh mereka. 

الغراب في العلم الحديث: أثبت العلماء المختصون بدراسة علم سلوك الحيوانات والطيور في ابحاثهم ان الغراب من بين سائر الحيوانات والطيور الذي يقوم بدفن موتاه

Gagak dalam sains modern, para ilmuwan yang mengkhususkan diri dalam studi tentang perilaku hewan dan burung telah membuktikan dalam penelitian mereka bahwa gagak adalah di antara semua hewan dan burung lain yang menguburkan orang mati. 

Ternyata, gagak adalah hewan yang paling cerdas, sehingga manusia pun menjadi murid pertamanya untuk belajar padanya. Kecerdasannya tentunya berbeda dengan kecerdasan dunia hewan. Tapi, dibandingkan lainnya ia paling cerdas. 

Dan masih banyak hasil penemuan lainnya, terkait dengan gagak si cerdas ini. Dapat dibaca dibeberapa kitab tentang al-gharab, Al-Gharab Al-Tarikhi wa Al-Thaqafi wa Al-Tabi'i.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar