السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Jumat, 14 Januari 2022

Benarkah Kata Isti’mar bermakna Penjajahan?

Halimi Zuhdy

Pagi-pagi ada pesan masuk ke WhatApp saya. Pesan tersebut berbunyi, “Bahasa Arabnya penjajahan, ada yang menerjemahkan dengan Isti’mar ( الاستعمار), Jika dicermati nampaknya kurang pas. Karena perdefinisi yang terjadi sebab penjajahan itu adalah pelemahan, penghancuran potensi wilayah jajahan”, Pesan tersebut dari Kyai Afif Hasan.  Saya jawab dengan sangat singkat “Injih Kyai, sepertimya kurang pas, yang lebih pas adalah ihtilal (احتلال). Dalam bahasa Arab muradif isti'mar jarang ditemukan, yang banyak adalah muradif ihtilal yaitu Tasalluth ajnabi, dan lainnya”.
Tayyib. Tulisan ini akan mengkaji kata Isti’mar dari segi bahasa dan istilah, dan dalam penggunaannya. Dalam beberapa Mu’jam (kamus) kata Isti’mar memiliki beberapa arti, di antaranya adalah “memakmurkan, mensejahterakan, menghidupkan” kata ini diambil dari ‘Amara (عمر), dan derivasi yang sama dengan kata Imarah (bangunan, gedung), ta’mir (memakmurkan), amir (raja, pemakmur), umr (umur), amara (menetap, menempati) dan beberapa kata lainnya. 

Dalam kamus Ma’ani, Isti'mar bermakna “menghidupkan tempat/tanah agar menjadi makmur dan sejahtera” (dalam istilah fiqih).

Selain memiliki makna seperti yang telah disebutkan di atas, dalam beberapa kamus Ma’ani kata Isti’mar bermakna; Satu bangsa menguasai bangsa lain baik dari aspek ideologi, ekonomi, kekuatan militer dan kebijakan publiknya, dan hal tersebut dilakukan sebagai klaim untuk memakmurkan negera yang dikuasai (mensejahterakan). 

Dan kata isti’mar juga diartikan sebagai, “penjajahan, kolonialisme, imperialisme, kolonisasi, pendudukan”. Dalam beberapa kamus Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab juga tidak jauh berbeda, yaitu penjajahan.

Bila merujuk pada makna asal dengan akar Amr(عمر), maka penggunaan istilah penjajah tidak tepat baik dalam Bahasa Arab dan juga terjemahan Bahasa Indonesia, tetapi bahasa (lughah) itu selalu berkembang dan berubah sesuai dengan situasi dan kondisi, seperti kata “sayyarah (سيارة)” yang bermakna musafir, kemudian diartikan dengan mobil, “mahmul” diartikan barang bawaan, kemudian diartikan dengan handphone, dan beberapa contoh lainnya.

Menarik apa yang katakan Nabil dalam Aljazeera, bahwa yang sudah menjadi kesalahan umum adalah penggunaan kata isti'mar (kolonialisme) untuk menunjukkan pengambilalihan musuh - terutama Eropa Barat selama abad ke-19 dan ke20 - di tanah Arab dan Islam kita dengan paksa selama periode hibernasi yang merupakan salah satu masa tergelap. Periode dalam sejarah kita. Padahal, kata isti'mar (الاستعمار, yang diartikan kolonialisme) memiliki konotasi linguistik yang sangat baik. Menurutnya, penggunaan kata isti'mar tidak tepat, benar adalah ihtilal (احتلال). 

Allahu'alam Bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar