السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Senin, 08 Juni 2020

M A S J I D. Menghampar Sujud, Mencari Hakekat Wujud

Halimi Zuhdy 

"Dan bumi bagimu adalah masjid, maka dimana saja kamu mendapatkan (waktu) shalat, maka shalat-lah" (hadits Nabi, An-Nasai).

Bumi yang menghampar. Langit yang menjulang. Udara yang berhembus. Api yang berkobar. Air yang gemercik. Semuanya bersujud. Wujud pada Sang Maha Wujud.

Jika bumi adalah masjid, adakah tempat berlari tak bersujud. Bumi adalah sajadah yang menghampar. Tempat kaki menginjakkan segala hawa nafsu. Melangitkan pikir kepada Sang Maha Tinggi. 

Bumi dan langit bentuk ketundukan dan pengagungan. Masjid laksana tempat menghimpun rindu pada-Nya. Walau, rindu sesungguhnya tidaklah bertempat. Masjid tempat penyatuan dari seluruh tanah di muka bumi. Hamparannya bersambung. Ia ada untuk menjadi paku langit.

Sujud adalah kewujudan diri. Dari ketiadaan jasad yang sesungguhnya. Masjid tempat menempatkan dan menguasakan ruh. Membungkuskan diri jasadi untuk mengenalkan pada Penguasa Alam Semesta. Maka bentuknya adalah sujud, merendahkan diri pada-Nya. Adzan mengingatkan bahwa waktu mensujudkan diri telah tiba. Yang terkadang manusia lupa, bahwa ia akan menghadap pada-Nya.

Bumi adalah masjid, sujud aktifitasnya. Alam adalah sajadah panjangnya. Maka pusatnya adalah Masjid Haram, Baitullah,  Makkah. 

Baitullah bukanlah rumah fisik Allah, karena Allah adalah dzat. Dia tidak butuh tempat, tapi manusialah yang butuh untuk menempatkan dirinya. Ketika manusia bertempat di masjid, ia sebenarnya menempatkan diri pada keadaan sesugguhnya sebagai hamba Allah. Walau tidak berada di dalamnya, bagaimana hati muallaq: berhubung, bergantung padanya. Kiblat (tempat menghadap) ke ka'bah untuk menyatukan dan memusatkan jiwanya. Bagi manusia yang  mampu menghadirinya, mereka berkeliling (berthawaf). Bagi yang tidak mampu, mereka mendirikan shalat Jum'at. 

Memakmurkan masjid, adalah menghadirinnya. Mensujudkan, merukukkan, meng'itikafkan, mengaji dan mengkaji (ta'lim). Memakmurkan tidak hanya memahat temboknya,  menjulangkan menaranya, mempercantik atap dan lantainya. “Hanyalah yang memakmurkan Masjid-masjid Allah ialah mereka yang beriman kepada-Nya dan hari kemudian. Tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada-Nya. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. At-Taubah [9]: 18). 

Masjid adalah Ism makan (nama tempat) dari sajada yasjudu sujudan (bersujud), tempat bersujud. Sujud secara bahasa adalah merendah,  tunduk, ta'at. Ia menghilangkan arogansi dirinya, tubuhnya ia lekatkan pada tempat paling rendah, tanah. Tiada harganya di hadapab Sang Maha Tinggi. Subhana rabbiya al-'ala wa bihamdi. 

Seorang hamba, jika ia berada di dekat Tuhannya, maka sifat-sifat ketuhanan ia akan mampu diraihnya. Jika mampu meraihnya, maka akan meraih kesejahteraan (salamun), dan kebahagiaan (hasanah). Diantara penghambaannya, dengan memakmurkan masjid-Nya. Memakmurkan masjidnya, pada hakekatnya memakmurkan dirinya, sebagai seorang hamba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar