السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Selasa, 14 April 2020

Sayyidah Aisyah dan Seputar Pernikahannya dengan Nabi...#2

Halimi Zuhdy

Aneh menyoal umur Sayyidah Aisyah ketika menikah dengan  Rasulullah saw. Memang anehnya di mana? Coba cek dalam mesin pencari di internet, di buku-buku, majalah dan lainnya, ketika berbicara tentang beliau yang muncul adalah tentang umur ketika menikah dengan Nabi yang masih berusia muda, masih anak-anak dan lainnya. Malah akhir-akhir ini perdebatan tentang umur beliau semakin dipertajam, karena dalam pikirannya umur seusia Aisyah mana mungkin sudah dewasa, mana mungkin Nabi menikahi Anak-anak dan seterusnya. Silahkan yang berbeda dengan mengajukan dalil dan rasionalitas. Ada yang berpendapat umur 6 tahun menikah, 9 tahun satu rumah. Ada pula 15 tahun menikah, kemudian umur 18 tahun satu rumah. Dan selanjutnya. 


Saya mulai dulu tidak pernah kaget, atau tidak pernah mempermasalahkan umur beliau. Mengapa? karena sebelum berbincang tentang seseorang, maka kita harus melihat ahwal dirinya, kondisi masyarakatnya, kebiasaannya dan lainnya. Misalnya, Nabi menikah lebih dari satu, lihat masyarakat sebelumnya dan masyarakat ketika Rasulullah hidup. 

Misalnya istri-istri para Nabi. Istri Nabi Sulaiman  - dalam berbagai pendapat, ada yang berpendapat Nabi Sulaiman memiliki seratus Istri, bahkan dalam cerita Israiliyat mendekati seribu. Dalam hadis shahih, jumlah istri beliau ada seratus (Bukhari, 5242). Nabi Daud as menikah dengan sembilan perempuan, ada yang berpendapat 99. Sedangkan istri Nabi Ya'qub dan Nabi Musa empat. Apakah semua istri Nabi itu banyak?, tidak. Ada yang  satu seperti Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Ishaq dan beberapa Nabi lainnya, ada pula yang juga menikah dengan dua dan tiga istri. 

Bagaimana dengan pernikahan pada masa pra-Islam (Jahiliyah)?. Sedikit penulis sudah singgung di atas (Asiyah #1). Ada satu perempuan yang menikah lebih satu bahkan mendekati sepuluh. Ada pula perempuan yang meletakkan bendera depan rumahnya, kemudian laki-laki bebas masuk, satu dua laki-laki, bisa lebih. Sedangkan laki-laki pada masa itu ada yang menikah lebih dari satu, bahkan banyak. Misalkan Ghailan As-Tsaqafi ketika ingin bersyahadat, waktu itu ia memiliki 10 istri. "Ikhtar minhunna arba'an, pilihlah empat istri dari mereka". Sabda Rasul. (Riwayat Bukhari). 

Umair al-Asady ketika menemui Nabi dan menyatakan keislamannya, sedangkan ia memiliki delapan istri, "Ikhtar minhunna arba'an, pilihlah empat istri dari mereka". Sabda Nabi. (Riwayat Abu Dawud). Dan masih banyak yang lainnya. Pada masa itu poligami merupakan hal yang biasa. Bahkan poligami di seantero dunia itu lebih kepada penyimpangan, penyiksaan terhadap perempuan. Dan tidak ada batasan yang jelas. Namun sejak hadirnya Islam, poligami itu dibatasi, bahkan sangat ketat dengan ketentuan-ketentuannya. Dan pratik-pratik pernikahan jahiliyah dihapus dalam syariah Islam, kecuali pernikahan al-Wiladah. (yang ada seperti sekarang). Maka banyak tuduhan miring Nabi menikah lebih dari satu. Kadang dijelaskan pun tetap sama, begitulah kadang orang yang dengki.

Dan terkait pernikahan Nabi dengan Sayyidah Aisyah pada masa itu tidak ada yang mempermasalahkan. Seandainya Aisyah dianggap masih belum cukup umur dan tidak pantas untuk menikah. Maka, musuh Islam pada waktu itu akan membuat pamflet besar-besar yang berisi penghinaan kepada Nabi dan keluarga Abu Bakar as-Shiddiq, atau membuat propaganda yang cukup dahsyat dan penolakan terhadap sebuah tradisi baru. Apalagi Islam belum kuat, setiap celah Nabi pasti menjadi senjata Kaum Quraisy untuk menolaknya. Maka, sebuah tradisi dalam suatu daerah tidak dapat dipukul rata, bahkan setiap negara juga berbeda. Dan dalam Islam (ulama fiqih) umur perempuan ketika menikah tidak ada batasan umur, tetapi dibatasi dengan kedewasan dan kesiapan. Pula, setiap suku atau negara atau kawasan berbeda dalam menentukan kedewasaannya serta tanda-tandanya. 

Aisyah kecil sudah sangat siap menerima Ilmu, bahwa ia banyak mengingat masa kecilnya dan kemudian diriwatkan dalam banyak hadis. (Khalid Abdul Mun'im, Thoriq lil Islam)

قول الإمام الزُّهْري: "لو جُمِع علم عائشة إلى علم جميع أمهات المؤمنين، وعلم جميع النساء، لكان علم عائشة أفضل".
"Seandainya ilmu yang dimiliki Sayyidah Aisyah  dibandingkan dengan ilmu Ummahat al-Mu'minin yang lainnya dan bahkan dengan semua perempuan di muka bumi, maka niscaya Sayyidah Aisyah yang lebih unggul keilmuannya"

Sebagaimana juga disampaikan oleh Mahammad bin 'Ali dalam makalahnya "Hadist Zawajun Nabi bi 'Aisyah"

....وكان نساء قريش يبلغ بعضهن عند السنة التاسعة كما قال الإمام الشافعي، هنأها النساء بهذا الزواج فقلن: على الخير والبركة وعلى خير طائر، ومثل هذا النكاح لم يطعن أحد به في ذلك العصر مع كثرة أعداء رسول الله صلى الله عليه وسلم من اليهود والمشركين، فقد كان معروفاً في الجاهلية، وجاء الإسلام وأقره، وهو أن الصغيرة تخطب وتتزوج بإذن وليها، وقد كانت عائشة ستزوج قبل رسول الله صلى الله عليه وسلم لابن المطعم بن عدي كما روى ذلك الطبري. ينظر: تاريخ الطبري (3/ 162).

....dan beberapa perempuan-perempuan Quraisy dianggap Baligh pada masa itu ketika sudah berusia sembilan tahun, sebagaimana pen dapat Imam Syafi'i. Pada waktu itu, banyak perempuan  mengucapkan selamat kepada Sayyidah Aisyah atas pernikahannya dengan Nabi, mereka mengucapkan "Bagimu Kebaikan dan keberkahan, serta kebaikan dalam setiap aktifitasmu...dan pernikahan seperti ini (Nabi dengan Aisyah) tidak ada seorang pun yang mencela pada masa itu sedangkan musuh Nabi dari kalangan Yahudi dan Nasrani tidak sedikit, dan pernikahan seperti itu cukup dikenal di kalangan orang-orang Jahiliyah, kemudian Islam datang dan menetapkannya, yaitu seorang perempuan dilamar dan dinikahi dengan izin orang tuanya (wali). Dan Aisyah sebelum dikhitbah oleh Nabi, pernah pula dikhitbah oleh Ibn al-Muth'im bin 'Adi (Tarikh Thabari, 3/162).  

Pernikahan Nabi dengan Sayyidah Aisyah yang berawal dengan pesan dalam mimpi Nabi, Malaikat yang datang dengan membawa gambar Sayyidah dalam sepotong kain sutera. Kemudian cerita Khaulah binti Hakim yang menanyakan kepada Nabi akan keinginan menikah lagi setelah wafatnya Sayyidah Khadijah al-Khubra. Dan Khaulah yang kemudian menjadi jembatan khitbah, dan pergi ke rumah Abu Bakar As-Shiddiq, kemudian bertemu dengan Ibundanya Ummu Rumman, dan setelah Khaulah menemui Abu Bakar. Kisah pernikahan Nabi dan Aisyah banyak sekali diceritakan, sila merujuk buku-buku di atas, terutama 'Aisyah Ummul Mu'munin.

Pertama kali terbit di www.pesantren.id

Berlanjut Insyallah....

#3 Sayyidah Aisyah Kecil, kecerdasan dan Keluasan ilmunya

#4 Romantisme keluarga, S. Aisyah sebuah Mumatsilah

#5 Cara belajar Sayyidah Aisyah dan Pengaruh Keluarga

Gambar:
Google soundcloud.Abderrahem.kh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar