Halimi Zuhdy
Ketika sedang serius membincang demonstrasi, penjarahan dan pembakaran beberapa rumah dan gedung DPRD yang terjadi beberapa hari terakhir, ada yang nyeletuk dan bertanya tentang istrinya yang terbakar cinta, yaitu selingkuh. Persis dengan demonstrasi hari ini, yang tidak tiba-tiba, tetapi akumulasi narasi, kebijakan, dan lainnya sehingga menumpuk dan tidak terbendung! Duarrr.
"Pak Ustad, mengapa istri saya selingkuh?" Seorang laki-laki muda tertunduk dengan air mata yang jatuh tampa menyapa pipinya.
"Mas, selingkuh itu luka kecil yang sudah lama, mungkin mas lupa mengobatinya sejak awal" Saya sambil menghela nafas. Dan meneruskan dengan beberapa hal, yang sering lupa diingat oleh keluarga muda, bahkan juga keluarga yang sudah lama berbahtera.
Selingkuh tidak pernah lahir tiba-tiba. Ia bukan badai yang muncul seketika, tetapi benih kecil yang dibiarkan tumbuh tanpa pernah disadari. Awalnya hanya retakan halus, lalu melebar, lalu menjelma jurang yang memisahkan dua hati yang semula saling berjanji. Wow. Ya, memang begitu. Sedikit ada cinta yang tumbuh untuk orang lain (istri/suami orang), maka segera bakar! Aha. Kok sadis benget ya🤣
Internal: Hal-Hal Kecil yang Terabaikan
Di dalam rumah tangga, penyebab terbesar perselingkuhan seringkali bukan karena kurangnya cinta lo, melainkan karena kurangnya perawatan terhadap cinta itu sendiri. (Ini hasil investigasi kecil-kecilan lo), tetapi ada beberapa hal, di antarnya;
Kurangnya komunikasi jujur. Sebuah keluhan yang ditahan, perasaan yang tak pernah diucapkan, atau rasa kecewa yang dibiarkan berkarat. Contoh seorang istri merasa lelah dengan pekerjaan rumah, tapi hanya diam. Suami sibuk bekerja, mengira semuanya baik-baik saja. Ketika ada rekan kerja yang sekadar bertanya, “kamu capek ya?”, ia merasa lebih didengar oleh orang luar dibanding pasangan sendiri. Biasanya, dari sini muncul rasa.🥰
Rasa syukur yang memudar. Saat pasangan lebih sering melihat kekurangan daripada kebaikan, cinta pun mulai pudar. Contoh Seorang suami mengeluh karena istrinya tak lagi secantik dulu, lupa bahwa istrinya telah berkorban banyak untuk keluarga. Dari sinilah ia mulai membandingkan dengan wanita lain dan mencari pelarian.
Dan juga, ""keintiman yang terabaikan". Perhatian sederhana seperti senyum, pelukan, atau ucapan sayang yang hilang, membuat hati kosong. Contoh seorang istri dulu selalu mendengar pujian kecil dari suaminya, kini tak pernah lagi. Ketika seorang teman lama berkata, “kamu tambah cantik ya sekarang,” hatinya goyah karena merasa dihargai kembali.
Tapi, ada penyebab lain, bukan internal dalam keluarga, tapi juga esternal!
Dari Eksternal: Godaan yang Selalu Mengintai
Di luar rumah, dunia penuh dengan kesempatan yang bisa menguji rapuhnya hati. Godaan itu tidak berbahaya, kecuali jika jiwa di dalam rumah sudah retak. Misalnya beberapa hal berikut; 🤏
Lingkungan kerja atau pergaulan. Teman yang lebih sering mendengar daripada pasangan, bisa menumbuhkan rasa nyaman. Contoh seorang pria sering lembur dengan rekan kerjanya. Mereka makan, bercanda, curhat. Ia merasa lebih nyambung dengan rekannya daripada istrinya di rumah, padahal masalahnya hanya karena ia jarang terbuka kepada pasangan sendiri.
Media sosial. Chat ringan bisa menjadi pintu besar menuju pengkhianatan. Contoh: Awalnya hanya balas komentar di Instagram, lalu lanjut ke chat tentang hobi. Lama-lama, percakapan itu jadi candu. Ia menunggu notifikasi dari orang tersebut, sementara pasangannya di rumah menunggu ditemani.
Krisis identitas. Kadang orang merasa tidak lagi dianggap berharga di rumah, lalu mencari pengakuan di luar. Contoh seorang ibu hanya dipandang sebagai “pengurus rumah tangga.” Saat ada pria yang memberi pujian, ia merasa dirinya berarti kembali. Dari situlah pintu perselingkuhan terbuka.
Selingkuh bukan sekadar soal nafsu, melainkan gejala dari cinta yang tidak dipelihara. Saat pasangan terbiasa mengucapkan terima kasih, luka kecil bisa sembuh sebelum membesar. Saat ada waktu untuk bicara dari hati ke hati, godaan eksternal tidak mudah merasuki. Saat rasa saling menghargai dijaga, rumah menjadi tempat pulang yang dirindukan, bukan penjara yang ingin ditinggalkan.
Selingkuh tidak dimulai dari pelukan asing, tetapi dari detik pertama kita berhenti memeluk pasangan kita sendiri. Dan kesetiaan bukan sekadar menahan diri dari orang lain, tetapi juga keberanian untuk terus menumbuhkan cinta yang sama setiap hari, dari hal-hal kecil.
Semoga para pasangan selalu waspada dari hal-hal kecil yang buat luka menganga dan sulit disembuhkan. Apalagi luka yang sudah menyebar, dan duarrr.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar