السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Sabtu, 12 November 2022

Perbedaan "Abi" dan "Walid" dalam Al-Qur'an

Menelisik Arti "Ayah"
(Perbedaan "Abi" dan "Walid" dalam Al-Qur'an)

Halimi Zuhdy

Ini hanyalah kajian singkat di momen hari Ayah. Walau Ayah tidak pernah punya hari (ia selalu di hati). Tapi, apa pun tentangnya selalu indah, dan bersamanya adalah momen yang menakjupkan. Mudah-mudahan ayah kita (yang masih hidup) selalu diberikan kesehatan dan keberkahan, dan (yang sudah wafat) mudah-mudahan dalam maghfirahnya.
Kata Ayah  diserap dari bahasa Jawa ꦪyaꦪꦃyah (yayah, “ayah”), dari bahasa Jawa Kuno yayah (“ayah”), dalam Wiktionari, sebuah panggilan bagi orang tua kandung laki-laki. Dan kata Ayah secara etimologi dalam bahasa Hindi आया adalah bermakna pembantu (aaya, “pembantu”). Dan kata ini, menjadi sebutan bagi seorang perempuan yang menjadi pembantu. Entah, makna secara bahasanya, saya belum menemukannya. 

Ayah, bukan hanya seseorang yang memberikan nafaqah dalam keluarga. Tapi, ia adalah seorang pendidik (mengajarkan cara beribadah, berakhlak yang baik, bermasyarakat dan lainnya) dan ayah adalah seorang pemimpin dalam keluarga.

Orang tua, harus di posisikan sama. Baik Ayah atau Ibu. Keduanya sama-sama istimewa. Tampa salah satu dari keduanya, tidak akan hadir seorang manusia. 

Dalam Al-Qur'an terdapat kata "Abu" dan "Walid".  Kata Ab (أب) secara bahasa bermakna sebab adanya sesuatu atau memperbaiki sesuatu. Dinamakan Abun, karena seorang ayah adalah  orang yang berfungsi sebagai pendidik, penjaga, pemelihara, dan yang bertanggungjawab terhadap sandang, pangan dan pendidikannya. Sedangkan Walid (والد), adalah ayah langsung, yang menjadi sebab adanya anak. Kata walid lebih khusus, sedangkan Aab digunakan lebih umum.

الأب في اللغة: سبب وجود الشيء أو إصلاحه، أو ظهوره، وسُمّي الأب أبًا، لأنه يقوم على إصلاح الأبناء ورعايتهم بالتربية والغذاء. أما الوالد في اللغة: الأب المُباشر، الذي هو سبب وجود الابن. فالوالد خاص، والأب عام.

Dalam Al-Qur'an, kata Aab menunjukkan pada beberapa isyarat. Pertama menunjuk pada Ayah kandung (الاب المباشر) sebagaimana dalam Surat Yusuf;
«إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ»
Dan juga menunjuk pada kakek (jadd) dan buyut (ke atas);
مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ» (الحج) 78
«قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا» (البقرة) 170.
 «أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الْأَقْدَمُونَ» (الشعراء).

Penggunaan kata "Aab" dalam Al-Qur'an terkait dengan luasnya asal kata Aab (الاب) dan pencantumannya terhadap segala sesuatu yang menjadi penyebab keberadaan sesuatu atau riayah.

Berbeda dengan kata Walid (الوالد), yang secara khusus menunjukkan ayah biologis, yang menjadi sebab keberadaan seorang anak (ibnu). Kata "walid" dalam beberapa Ayat menggunakan mustanna (bermakna dua). Hal ini, menunjukkan bahwa walidah (ibu)lah yang melahirkan. 
«لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللـه وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا» (البقرة)83. 

Dan penggunaan dua kata ini,  bila ditilik lebih jauh dalam setiap Ayat-nya, semakin asyik. 

***
Ayah bukan hanya seorang Walid, tapi ia juga harus menjadi seorang Abi. Tidak hanya menjadi sebab lahirnya anak, tetapi tugas berikutnya adalah menjaga, mendidik dan tentunya mencari nafkahnya.

12 November 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar