السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Sabtu, 27 Agustus 2022

Gelar dalam Islam

Asal Julukan Ad-Din (Ahli Agama)

Halimi Zuhdy

Entah, mulai kapan muncul julukan atau gelar seperti syaikhul Islam, mujjaddid zaman, Alim Allamah, hujjatul Islam, al-hakim, al-hafid, al-muhaddis, Al-faqih, al-Muarrikh dan gelar lainnya. Setiap gelar yang muncul dan kemudian disematkan kepada seseorang bukanlah tanpa alasan, ada yang istimewa dari mereka. Kecuali gelar yang hanya dibuat-buat pada zamannya, maka seiring waktu gelar hilang bersama zamannya. 
Gelar yang sesuai dengan apa yang disematkan, maka akan "abadi" dalam sepanjang sejarah. Ia terus ditempelkan padanya, karena ia pernah berbuat sesuatu yang besar untuk sesuatu yang lain.

Tapi tidak semuanya harus bergelar, berpangkat, dan mempunyai julukan. Karena ia hanya bagian dari kebutuhan zamannya, dan pemberian zamannya. Dulu, dulu sekali pada zaman sahabat tidak ada gelar Syaikhul Islam walau pun alim. Dulu yang ahli ibadah tidak kemudian dijuluki dengan Al-Abid fillah. Sama dengan orang yang datang dari umrah, tidak dijuluki dengan al-mu'tamir. 

Ada yang menarik, dari kutipan Dr. Nuri Al-Mausuei dalam Tahqiq Makhthut fi Awraq Al-Jami'ah. Nuri mengutip perkataan Imam Al-Jalal Al-Suyuti asal mula julukan  yang dikaitkan dengan kata "Al-Din, Agama". 

Gelar yang terdapat kata "Al-Din" pertama kali muncul pada abad keempat. Pada waktu itu Turki mengalahkan kekhilafahan, dan ini menjadi sebab gelar atau julukan Al-Din muncul, mereka menyebutnya dengan gelar Syamsuddaulah (matahari negara), ada juga Nashir Al-Daulah (Penolong negara), Najm Al-Daulah (bintang negara), dan seterusnya. 

Imam al-Jalal as-Suyuthi menulis dalam kitabnya "al-Wasaail ila Ma'rifah al-Awaa'il": Penggunaan gelar al-diin di belakang nama ini terjadi pertama kali pada pertengahan abad ke-empat.
 
Rakyat biasa tergiur untuk menggunakan gelar-gelar tersebut, karena bermakna pengagungan dan kebesaran. Namun, karena tidak punya akses ke pemerintahan, mereka tidak dapat menggunakannya. Itulah sebabnya, mereka (rakyat) menggunakan gelar ad-diin, sehingga kebiasaan itu pun menyebar dan digunakan secara luas, sampai para ulama pun merasa nyaman dan terbiasa menggunakan gelar itu. 

( فائدة في التلقيب بالإضافة إلى الدين)
 يقولُ  الجلال السيوطي في كتابه الوسائل إلى معرفة الأوائل:
 أولُ ما حدثَ التلقيبُ بالإضافةِ إلى الدينِ في أثناء القرن الرابع.
 وسببُ ذلك أنّ الترك لمّا تغلّبوا على الخلافةِ فسمّوا إذ ذاك هذا شمس الدولةِ ، وهذا ناصر الدولة وهذا نجم الدولة إلى غيرِ ذلك، فتشوّقت نفوسُ بعضِ العوامّ ممن ليس له علم إلى تلك الأسماءِ لما فيها من التعظيم والفخر، فلم يجدوا إليها سبيلاً لأجل عدم دخولهم في الدولة، فرجعوا إلى أمرِ الدينِ ، ثمّ فشا ذلك وزادَ حتى أنِسَ به العلماء وتواطؤا عليه.

Dan yang menarik lagi, gelar-galar di kerajaan Islam Nusantara, beberapa gelar pamangku agama di Nusantara. (Butuh kajian lebih lanjut). 

***
Gambar Manuskrip tentang perkataan Al-Jalal Al-Suyuthi di tas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar