السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Rabu, 20 Januari 2021

Nabi Nuh dan Wanita Tua

Halimi Zuhdy

Dalam Kitab Ma’ani Asma’ al-Ambiya’ kata Nuh dalam bahasa Ibrani dan bahasa Arab dilafalkan dengan Nuh (نوح), dan dalam bahasa Inggris dilafalkan dengan Noah (نوه). Arti Nuh memiliki beberapa pendapat. Dalam bahasa Ibrani bermakna tenang (hadi’), ada juga memberi arti as-sakan (tempat tinggal), karena manusia setelah Nabi Adam tinggal bersama Nabi Nuh, dan Nabi Nuh adalah ayah dari manusia setelah terjadinya banjir besar. Ada pula yang menyebut Nabi Nuh dengan Adam ke-Dua dan Adam Kecil, karena setelah banjir bandang (taufan) seluruh manusia berasal dari keturunan Nabi Nuh AS.
Sedangkan dalam bahasa Arab kata Nuh bermakna Meratap, menangis, bersedih (naha bi’awili) dari kata Naha-Yanuhu, karena Nabi Nuh cukup lama mengajak kaumnya pada kebenaran tetapi hanya sedikit yang mengikutinya, selama 950 tahun berdakwah, ketika mereka terus-menerus ingkar Nabi Nuh bersedih, menangis dan terisak (naha). Penjelasan ini dikutip dari kitab Ma’ani Asma’ al-Ambiya’ dalam al-fadh al-Qur’an.

Dakwah Nabi Nuh sangat luar biasa, tidak pernah mengenal lelah. Ratusan tahun mengajak kaumnya pada agama tauhid, tetapi hanya segelintir orang yang mengikuti ajakannya. Dari buah kesabaran inilah Nabi Nuh masuk dalam jajaran Nabi Ulul Azmi.
Kaum yang menentang Nabi Nuh melahirkan generasi-generasi kafir. Karena setiap orang tua yang melahirkan generasi, mereka mengajak anak-anaknya untuk memasuhi, menentang dan menutup telinga atas dakwah Nabi Nuh. Mereka menyembah Nasr, Ya’uq, Taghust dan Wadd, nama-nama patung yang diambil dari orang-orang shaleh yang hidup pada masa antara Nabi Adam dan Nabi Nuh. Tidak cukup itu, mereka bahkan mengusir, dan mengancam untuk merajam Nabi Nuh dan para pengikutnya.

Penolakan, pengusiran, dan ancaman rajam terus menerus dirasakan Nabi Nuh dan pengikutnya yang setia. Maka, untuk menyelamatkan para pengikutnya yang setia dan berpegang teguh pada agama tauhid, Nabi Nuh berdoa kepada Allah, “Dia (Nuh) berkata, 'Ya Tuhanku, sungguh kaumku telah mendustakan aku, maka berilah keputusan antara aku dengan mereka, dan selamatkanlah aku dan mereka yang beriman bersamaku.'" (Asy-Syu'ara, 117-118). Kemudian Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat perahu;

وَٱصْنَعِ ٱلْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَٰطِبْنِى فِى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ ۚ إِنَّهُم مُّغْرَقُونَ

“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan” (Hud, 34). Dan dalam Tafsir Muyassar atas penjelasan Ayat di atas, “Dan buatlah kapal itu dengan pengawasan dan penjagaan Kami, dan dengan wahyu Kami yang mengajarkan kepadamu bagaimana cara membuatnya. Dan jangan berbicara kepada-Ku untuk meminta penangguhan waktu bagi orang-orang yang menzalimi diri sendiri dengan menjadi kafir. Karena mereka pasti akan ditenggelamkan dengan air bah sebagai hukuman atas kekerasan hati mereka dalam mempertahankan kekafiran”.

Doa Nabi Nuh dikabulkan. Bahtera pun dibuat. Dalam pembuatannya, Al-Qur’an tidak menjelaskan berapa tahun bahtera Nuh dibuat, tetapi beberapa sejarawan berpendapat bahwa Nabi membuat bahtera kurang lebih 100 tahun, dan berada di dalam bahtera sekitar 270 hari.

Ketika Nabi Nuh membuat bahtera tetiba ada seorang wanita tua bertanya kepada Nabi Nuh, “Kapan banjir bandang akan tiba wahai Nuh?, kalau sudah tiba waktunya, jangan lupa kabari aku, agar saya bisa bersama kamu di bahtera ini!”. Setelah banjir bandang datang dan Nabi Nuh bersama pengikutnya serta beberapa tumbuhan dan hewan yang bersamanya di atas bahtera, Nabi Nuh baru teringat ada seorang wanita tua yang berpesan untuk diajak bersamanya, sedangkan banjir sudah menggunung dan hantaman banjir cukup dahsyat. 

Nabi Nuh yakin wanita itu tenggelam dan meninggal dunia. Setelah beberapa lama perahu itu berlayar, dan kemudian berlabuh di atas gunung Judi tiba-tiba perempuan itu datang, mendekat pada Nabi Nuh dan bertanya pada Nabi Nuh, “Wahai Nuh, kapan banjir itu akan tiba?”. Ternyata wanita itu selamat dari banjir bandang, walau seluruh muka bumi sudah tenggelam. Alllah tidak pernah lupa, walau Nabi Nuh dan mungkin orang -orang yang berada bersamanya lupa akan pesan perempuan ini. Allahlah Maha Kuasa. Cerita ini disampaikan oleh Muhammad Ratib An-Nablusi dalam Mausu’ah an-Nablusi, dan beliau menjelaskan cerita di atas adalah cerita alegori (qisshah ramziyah).

Nabi Nuh melabuhkan segalanya kepada Pemilik semesta, Allah swt. Ia berdoa  “Tuhanku, jangan Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat, lagi sangat kufur” (Surat Nuh, 26-27) dan Allah mengabulkannya;

وَلَقَدْ نَادَانَا نُوحٌ فَلَنِعْمَ الْمُجِيبُونَ

“Dan sungguh, Nuh telah berdoa kepada Kami, maka sungguh, Kamilah sebaik-baik yang memperkenankan doa”.  Hanya Allah yang tidak pernah melupakan hambanya. Di manapun dan kapanpun.

An-Nablusi dalam kajian Surat Al-Shaf tafsir Ayat 75-82, beliau memulai dengan tulisan; manusia itu wajib berdoa, memohon dan mengharap. Karena manusia diciptakan lemah. Lemah dalam dirinya. Lemah dalam kekuatanya. Dan pada muasalnya manusia itu memang lemah, maka yang lemah pasti memohon, meminta, berdoa dan berharap. Maka ia wajib memohon, meminta dan berharap. Adakah manusia yang hidup tanpa pertolongan di luar dirinya, bantuan di luar dirinya? Tidak ada. Lahir ke dunia butuh bantuan, hidup di dunia hidup dengan bantuan-bantuan, diakhir kehidupannya juga butuh bantuan.

Orang yang beriman hanya mengharap bantuan dan pertolongan kepada Tuhannya, sedangkan bagi yang tidak beriman, harapannya dan doanya kepada selain Allah. Cerita Nabi Nuh dan tentang perempuan tua di atas adalah tentang harapan, doa, permohonan. Dan hanya Allahlah yang paling sempurnah mengijabahi segala doa dan permohonan.

“Dan sungguh, Nuh telah berdoa kepada Kami, maka sungguh, Kamilah sebaik-baik yang memperkenankan doa”.

Malang, 20 Januari 2021

*Dapat dihubungi di:* Facebook Halimi Zuhdy, Instagram halimizuhdy3011, webaite www.halimizuhdy.com, twitter Halimi Zuhdy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar