السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Jumat, 27 Maret 2020

Melirik Judul Tulisan "MASYA ALLAH INIKAH ARTI QORONA DALAM ALQUR'AN ???" dalam Kajian Linguistik dan Tafsir al-Qur'an

Halimi Zuhdy

Awalnya saya tidak tergelitik membincang tema di atas, tapi saking masifnya pesan ini penyebarannya di WAG dan beberapa media lainnya, bahkan banyak yang japri saya, akhirnya jebol juga pertahanan untuk tidak komentar. Dorr. 

Tidak semua tulisan harus ditanggapi. Benar. Apalagi tulisan yang tidak jelas penulisnya, maraji'-nya, alamat web-nya atau tidak jelas sumbernya. Abaikan saja.  Tapi, kalau sudah menyangkut ayat atau hadis dan dianggap benar atau sebagai pembenar tanpa referensi yang jelas, dan tidak ada rujukannya. Maka perlu didiskusikan. Kalau ngotot, abaikan saja. Pasti suatu saat hilang sendiri. 

Tayyib. Saya mencoba menganalisis secara sederhana pesan viral dengan tema "Masyallah Inilah Arti Qorona dalam Al-Qur'an" Ia memulai dengan "Ini ada di Surat al-Ahzab Ayat 33. Silahkan dibuka bagi yg tidak berhalangan", penulis pesan ini menggiring kita untuk melihat sebuah Ayat tertentu, tepatnya Ayat ke-33 Surat al-Ahzab. Apakah setelah membuka al-Qur'an ayat tersebut benar-benar ada? Benar, sangat benar.   Orang yang membaca tercengang, wow benar adanya!!. Wow.. ada kata "Qarana, Corona, قرن" al-Qur'an luar biasa. Ia terperangah.. !

Coba perhatikan kalimat ini, "Saya jadi penasaran dengan arti Qarana, saya sengaja membuka kamus al-Qur’an. Saya dapati lafald Qarana (قَرْنَ) ada di QS. Al Ahzaab : 33. Saya jadi tercengang ketika melihat potongan ayat tersebut" Kemudian ia menuliskan al-Ayat al-Qur'aniyyah yang tidak disangsikan kebenarannya sampai kapan pun. 

وَقَرْنَ فِيْ بُيُوْتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْاُوْلٰى وَاَقِمْنَ الصَّلٰوةَ وَاٰتِيْنَ الزَّكٰوةَ وَاَطِعْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ ۗاِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًاۚ - ٣٣

"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya"

Coba perhatikan pesan yang ia tulis "Pesannya sangat jelas bahwa lafadz Qorana mengandung arti perintah untuk tinggal. Tinggalnya dimana? Dirumah-rumahmu, di keluargamu, karena kata Nabi rumahku adalah sorgaku. Rumah kalian adalah sorga kalian semua. Ciptakan sorga di keluarganya masing-masing". Ini tiba-tiba ada sorga ya, dari mana memulainya. 

Tayyib, sebelum melanjutkan pesan berikutnya dari si penulis pesan. Saya mencoba untuk menganalisis kata قرن (Qarnun, Qorona, Qarona) yang sering diserempetkan dengan kata Corona atau dalam penulisan KBBI, Korona. 

Sejatinya, kata yang digunakan dalam bahasa Arab, dan oleh mayoritas orang Arab, baik dalam percakapan sehari-hari (berupa tulisan), berita, esai, makalah, dan lainnya ditulis dengan Korona, menggunakan huruf "Kaf" كورونا bukan قرونا atau قرن. Mengapa? 

Tayyib, perhatikan!. Dalam setiap bahasa ada tata cara penulisan atau selingkung (bukan selingkuh, wkwwk), penulisan dari bahasa Inggris ke Arab,  atau sebaliknya. Penulisan bahasa Indonesia ke Arab, atau sebaliknya. Contoh penulisan suatu tempat, Korea dan Kairo. Dalam penulisan bahasa Arab Korea adalah كوريا bukan قريا. Kalau ini dipaksakan bisa berabe,  dan maknanya juga akan berbeda. Terus... sedangkang Kairo, ditulis القاهرة. Loh kok bisa, kan sama-sama dimulai dari "Kaf"?. Ingat!! Kata Kairo itu memang berasal dari bahasa Arab, maka tidak bisa dipaksakan dengan كيرو, nantinya tidak akan dipahami maksud dan artinya, mungkin akan dikira Kirun. Dan pembahasan ini sangat luas sekali, yang terkait dengan aturan kepenulisan bahasa asing. 

Tayyib. Kita lanjutkan kata "قرن", dalam Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir kata Qarnun dibaca Fathah (Qiraah Nafi', Ashim, Abu Ja'far) yang bermakna "Istaqarra" dan "aqama", berdiam. Tapi, al-Mazini dan Hatim tidak sepakat dengan makna ini,  karena Qarn dari kata Qurrah A'yun, sesuatu yang indah. Maka, dapat diartikan "sejukkan".  Dan Imam yang lain membaca "Qirna", dengan   "Kasrah". 

Artinya, tidak ada hubungan lafadh antara Qarona dengan Korona (Corona). Kecuali dipaksakan. Dipaksa pun, masih belum nyambung. Waduh. 

Mari kita lanjutkan, mengapa hal ini tidak nyambung. Selain khitabnya adalah untuk perempuan, juga menilik asal katanya tidak ada hubungannya dengan Corona yang bermakna Mahkota. Corona (Baca: Korona) dalam bahasa Arab adalah "at-Taj", dan beberapa diskusi dalam grup Muntada al-Lughah, korona diusulkan untuk diganti menjadi al-Tajiah. Mahkota. 

Dan anehnya, bila dikaitkan dengan Korona, kata korona itu satu kata, sedangkan kata dalam ayat tersebut dua kata, Kata dasarnya قرر yang menjadi قر ditambah nun niswah, dan kata ini adalah fi'il amar (kata perintah). Kata perintah mengandung kata dasarnya dan orang kedua, anta. 
وأمر مبني على السكون لاتصاله بنون النسوة والنون فاعل والجملة معطوفة. 

Tayyib, lanjut lagi. Ayat di atas untuk perempuan, kalau Khitabnya perempuan, berarti yang harus berdiam adalah perempuan saja, sedangkan laki-laki diserahkan kepada Korona. Kan kasihan, para suami-suami harus berjuang dengan korona,  sedangkan perempuan berada di rumah saja. Tidak sesuai dengan prinspi Lockdown atau Social distancing. Wkwkwwk. 

Kemudian dilanjutkan dengan "fi Buyutikunna". Ini juga sebenarnya kekhususan kepada istri-istri Nabi "Wa Qarna Fi Buyutikunna... " dalam tafsir Ibnu 'Asyur dijelaskan

وإضافَةُ البُيُوتِ إلَيْهِنَّ لِأنَّهُنَّ ساكِناتٌ بِها، أسْكَنَهُنَّ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَكانَتْ بُيُوتُ النَّبِيِّ ﷺ يُمَيَّزُ بَعْضُها عَنْ بَعْضٍ بِالإضافَةِ إلى ساكِنَةِ البَيْتِ، يَقُولُونَ: حُجْرَةُ عائِشَةَ، وبَيْتُ حَفْصَةَ، فَهَذِهِ الإضافَةُ كالإضافَةِ إلى ضَمِيرِ المُطَلَّقاتِ في قَوْلِهِ تَعالى ﴿لا تُخْرِجُوهُنَّ مِن بُيُوتِهِنَّ﴾ [الطلاق: ١] . وذَلِكَ أنَّ زَوْجَ الرَّجُلِ هي رَبَّةُ بَيْتِهِ، والعَرَبُ تَدْعُو الزَّوْجَةَ البَيْتَ، ولا يَقْتَضِي ذَلِكَ أنَّها مِلْكٌ لَهُنَّ لِأنَّ البُيُوتَ بَناها النَّبِيءُ ﷺ تِباعًا تَبَعًا لِبِناءِ المَسْجِدِ، ولِذَلِكَ لَمّا تُوُفِّيَتِ الأزْواجُ كُلُّهُنَّ أُدْخِلَتْ ساحَةُ بُيُوتِهِنَّ إلى المَسْجِدِ في التَّوْسِعَةِ الَّتِي وسَّعَها الخَلِيفَةُ الوَلِيدُ بْنُ عَبْدِ المَلِكِ في إمارَةِ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ العَزِيزِ عَلى المَدِينَةِ ولَمْ يُعْطِ عِوَضًا لِوَرَثَتِهِنَّ.

Ditambahkan kata "al-buyut, rumah" dalam Ayat tersebut,  karena merupakan tempat istri-istri Nabi yang ditempatkan oleh Rasulullah, dan antara satu dan yang lainnya dibedakan. 

Penulis pesan melanjutkan,  "Coronavirus menggiring kembalinya kesadaran bahwa yang paling hakekat dalam kehidupan adalah keluarga", ini juga tidak ada hubungannya dengan Ayat tadi. Apalagi dikaitkan dengan hadis: 

خَيْركُمْ خَيْركُمْ لِأهْلِهِ وَاَنَا خَيْركُمْ لِأهْلِى

"Sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya. Dan aku (Rasulullah) orang yang terbaik diantara kalian kepada keluargaku”. 

Antara Ayat dan Hadis di atas tidak ada hubungannya dengan berada di rumah atau istilah kerennya "stay at home" (berdiam di rumah) terkait dengan Korona, kecuali beberapa hadis yang sudah banyak dibahas para ulama terkait dengan menyebarnya virus atau penyakit pada suatu daerah. 

Penulis pesan sebelum meakhiri tulisannya merangkai kata-katanya dengan apik, "Seakan Allah sedang berkata, “wahai manusia modern, janganlan cari kepuasan di gedung-gedung mewah yang menyediakan berbagai macam kamuflase kesenangan yang tak sejati, kebahagiaan itu bukan karir dan gajimu yang selalu tak memuaskanmu, karena selama ini yang kau kejar sebagai kenikmatan itu hanyalah fatamorgana dunia yang kalian anggap kenikmatan dan keindahan (itu semua perilaku jahiliah). Padahal sesungguhnya sorga itu ada di keluargamu, ada di rumahmu masing-masing yang bisa kau bangun dan kau ciptakakan. Kembalilah kepada keluargamu masing-masing dan berbahagialah atas berkumpulnya keluarga.” tapi ini tafsir (kalau disebut tafsir) tidak ada hubungan dengan yang dimaksud, khitab dari Ayat ini. 

Sebenarnya pesannya sederhana, tapi penting. "Note : JANGAN MUDIK ya untuk sementara waktu jika ingin menyelamatkan keluarga yg jauh😊tetaplah dirumah masing2🙏" 

Tapi yang kurang tepat adalah menyerempet Ayat yang tidak ada hubungannya antara Qorn dengan Korona. Ini Ayat lo. 

Allahu'alam Bishawab wa ilahi Ma'ab

Malang,  27 Maret 2020.
Stay at Home saja, cari kaidah yang relevan, tak usah maksa.

Baca juga tulisan yang terkait dengan analisa kata "Qarana" pada awal-awal maraknya Korona di Indonesia
http://www.halimizuhdy.com/2020/01/corona-dalam-kitab-iqro-ada-ada-saja.html?m=1Analisis Kata Qorona

#AnalisisQorona #AsalQorona #KataKorona

1 komentar:

  1. Yg harus paling diperhatikan adalah akar kata قرن dalam ayat itu. Bukannkah NUN itu adalah tambahan sebagai kata ganti dlalalah jamjama' muannas, sehingga walaupun tanpa NUN itu tetap mempunyai arti "Tetaplaah"
    Jadi kata itu tidak ada kaitan sama sekali dengan kata QARANA....

    BalasHapus