Halimi Zuhdy
"Wanita berhias janganlah
untuk menarik perhatian laki-laki, tapi berhias karena ia dicipta senang
keindahan" William Shakeapeare
Menarik sekali perkataan sastrawan masyhur dari Inggris di atas, "berhias" atau "mempercantik diri" itu tidak untuk dipertontonkan, tetapi ia adalah bagian dari kefitrahan diri. Seperti berperilaku bersih bukan untuk dipuji, tetapi sudah menjadi kewajiban setiap orang untuk membersihkan diri, pikiran, hati, tempat tinggal dan lainnya. Demikian juga berbuat baik, bukan juga untuk menuai pujian dan sanjungan, tapi sudah menjadi sebuah keharusan manusia berbuat baik kepada diri, sesama dan lingkungannya, yang pada akhirnya semuanya kembali kepada kefitrahan alam.
Menarik sekali perkataan sastrawan masyhur dari Inggris di atas, "berhias" atau "mempercantik diri" itu tidak untuk dipertontonkan, tetapi ia adalah bagian dari kefitrahan diri. Seperti berperilaku bersih bukan untuk dipuji, tetapi sudah menjadi kewajiban setiap orang untuk membersihkan diri, pikiran, hati, tempat tinggal dan lainnya. Demikian juga berbuat baik, bukan juga untuk menuai pujian dan sanjungan, tapi sudah menjadi sebuah keharusan manusia berbuat baik kepada diri, sesama dan lingkungannya, yang pada akhirnya semuanya kembali kepada kefitrahan alam.
Mungkin menggunakan kata lain adalah "ikhlas", manusia berbuat kebaikan bukan untuk pujian, tetapi untuk Tuhan. "Ada" dan "tidaknya" orang yang memuji, ia tetap melakukan kebaikan itu, sehingga disanalah letak keprofesionalnya. Jika orang sudah "ikhlas" atau "profesional" dia tidak lagi butuh sanjungan, tetapi hasil yang maksimal dan hanya Ridha Allah yang diharapkan. Seperti orang yang ditugaskan untuk menyapu halaman rumah, ia "diawasi" atau "tidak", tetap ia membersihkan dengan sepenuh hatinya.
Wanita yang berhias dalam Islam dan bukan untuk suaminya dikatagorikan tabarruj, di antara hadis itu adalah “Seorang wanita dilarang berhias untuk selain suaminya.” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, dan al-Nasaaiy).
Beberapa ulama memasukkan katagori
tabarruj adalah ;
1) memakai pakaian tipis, ketat dan
merangsang,
2) mengenakan wewangian di hadapan
laki-laki, dari HR Imam Nasai “Siapapun wanita yang memakai wewangian
kemudian melewati suatu kaum agar mereka mencium baunya, berarti ia telah
berzina.”
3) berdandan berlebihan seperti;
memakai bedak menor dan tebal, eye shadow, lipstik dengan warna mencolok dan
merangsang, dll.
4) menghilangkan tahi lalat,
5) meratakan gigi,
6) membuka sebagian aurat dan masih
banyak lagi yang jelaskan para ulama.
Jika tabarruj atau berhiasa menjadi sebuah perlombaan, kebanggaan, dan trend.maka akan dapat mengubah persepsi muslim dan muslimah, bahwa; 1) hidup yang seharusnya berlandaskan ketaqwaan, dapat berubah menjadi "ajang kebutuhan dan kepuasan bilogis". 2) hidup yang seharusnya untuk menjaga pandangan, berubah hanya untuk "sek semata, dan kepuasan nafsu belaka". Yang pada akhirnya, dapat meruntuhkan tujuan penciptaan yang sesungguhnya "mengabdi" pada Allah.
Jika tabarruj atau berhiasa menjadi sebuah perlombaan, kebanggaan, dan trend.maka akan dapat mengubah persepsi muslim dan muslimah, bahwa; 1) hidup yang seharusnya berlandaskan ketaqwaan, dapat berubah menjadi "ajang kebutuhan dan kepuasan bilogis". 2) hidup yang seharusnya untuk menjaga pandangan, berubah hanya untuk "sek semata, dan kepuasan nafsu belaka". Yang pada akhirnya, dapat meruntuhkan tujuan penciptaan yang sesungguhnya "mengabdi" pada Allah.
Berhias itu boleh, "Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan (HR. Muslim), tetapi "tabarruj" itu yang dilarang.
Bukan lagi "berhiasnya" yang dilarang, tetapi bagaimana ia berhias untuk kemuliaan dirinya, mengabdi kepada tuhannya, tidak semata untuk kepuasan nafsunya dan untuk memamerkan dirinya. Betapa indah berhias itu, untuk sebuah rindu, pada Allah Yang Maha Tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar