السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Selasa, 05 Juli 2011

Mendidik Anak bag .1 :Menyampaikan Ajaran kepada anak


  1. a.       Bermain

                “Adi, ambil bukunya, duduk dengan baik di meja, dan baca pelajaranya” suara lantang dari sang ibu, sambil mengernyitkan  dahinya.
                “lagi malas bu, tar lagi kalau sudah tidak capek” Adi dengan suara agak mengiba.
                “awas ya, kalau tidak belajar, nanti saya tidak belikan mainan lagi, dan tidak boleh ikut jalan-jalan sama bapak dan ibu” ancam sang ibu

Dialog singkat di atas terkesan sangat efektif mendidik anak, ada tekanan dan kedisiplinan. namun, tekanan dan kedisiplinan dalam dialog itu hanyalah bingkai saja, ia mengarah pada ancam-mengancam, anak yang masih ceria, sudah dirasuki dengan ancaman, juga ada ajaran menakut-nakuti, yang dalam psikis anak terpoles sebuah ketakutan jika ia tidak mampu melakukan perintah.
Otoritas tertinggi dalam rumah tangga seakan-akan ada di tangan orang tua untuk mengatur, menertibkan dan mengarahkan. Anak hanya diibaratkan rakyat yang harus selalu siap untuk diperintah, dan perintah itu wajib untuk dilaksanakan, jika tidak, ancaman bahkan tindakan fisik siap untuk dilakukan.
Belajar yang seharusnya dalam kondisi menyenangkan berubah menjadi kondisi yang menegangkan, anak tidak lagi antosias untuk belajar, karena  ancaman demi ancaman datang bertubi-tubi, bahkan ia melakukan dengan berat hati, tidak bisa konsentrasi apalagi mampu menyerap pelajaran dengan baik, ia hanya menggugurkan kewajiban bukan melaksanakannya. Orang tua ketika melihat anaknya tidak belajar, sangat marah bahkan memukulnya. Benarkah?

Anak-anak sekarang umur 3 tahun sudah dimasukkan di play grup, kemudian TK dan SD. Masa-masa emas ini banyak digunakan oleh para guru untuk bermain dalam memasukkan pelajarannya, mengajarkan tanggungjawab juga dengan bermain, seakan-akan bermain melebur dalam keseharian mereka. Bermain adalah pekerjaan anak-anak, dan dalam pendidikan, mereka menyerap pelajaran dan menggali berbagai hal dari keaktifan mereka bermain. Anak-anak tidak akan pernah capek bermain, di ruang tamu, di kamar timur, di halaman rumah bahkan di sekolah mereka selalu bermain, dunia mereka adalah dunia bermain.

Beberapa sekolah taraf internasional pun, mengajarkan mereka dengan bermain, dan orang tua siswa rela membayar puluhan juta hanya untuk memasukkan anaknya disekolah tersebut. Bermain memang dunia mereka, dan tanpa bermain seakan-akan mereka tidak bisa hidup. Disetiap kedip ada mainan, setiap berpikir ada pikiran untuk bermain,kemana-mana yang diingat hanya permainan.

Banyak keindahan yang bisa kita dapatkan dari mereka bermain dengan temannya, norma-norma yang dapat diserap oleh mereka, seperti budaya antre, bertanggungjawab, fair, jujur, tidak curang, ataupun sportivitas, belajar menyelesaikan persoalan, mandiri, bersosial dan lain-lain.

Anehnya, masih banyak orang tua yang mengekang anaknya untuk selalu berada di kamar belajar, di rumahnya sendiri tanpa bergaul dengan temannya, dengan alasan takut terpengaruh budaya anak-anak nakal lainnya, sehari-hari mereka hanya disodori buku pelajaran, membaca huruf dan menghitung angka. Alas an orang tua, agar menjadi anak-anak yang cerdas dan pintar, namun yang disodorkan hanyalah huruf dan angka, sedangkan hidup bukan hanya huruf dan angka, hidup adalah kompleksitas, yang tidak hanya di dapat dalam pelajaran sekolah atau tidak hanya bisa digali dari berbagai buku. Ada anak-anak yang pintar, tapi tidak bisa bersosial dijahui masyarakat bahkan dikucilkan, bukan karena ia bodoh, namun terlalu pintar sehingga tidak mampu menyerap pelajar kemasyarakatan, karena ia hanya berkutat dengan pelajaran buku, bukan pelajaran hidup.
Bermain, bukanlah membuang-buang waktu, ia sebenarnya memanfaatkan waktu untuk belajar, dan anggaplah ketika anak bermain ia belajar. sebagai orang tua tidak boleh terlalu mengatur permainan anak-anak kecuali permainan yang membahayakan diri dan pikirannya, biarkan mereka memilih permaian dan bermain dengan temannya atau bermain sendiri, karena di sana ada dialog yang tersembunyi.

Malang.

http://halimizuhdy.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar