Halimi Zuhdy
Manusia dicipta untuk bercinta
Menemukan jadi diri yang mulai renta
Manusia selalu berpesta
Tak sadar, ia kembali pada maha pencipta
Oh manusia, kini mengembara
Berjuang siang malam menemukan harta
Tak puas dengan semua, mengaku Tuhan, maha karya
Kesombongnnya semakin meraja lela
Tak mengenal diri dan Tuhan-Nya
Harta pun terengkuh dalam pelukannya
Pangkat berikutnya, jadi tujuannya
Memburu, menyikut, membunuh dan dusta
HAM diangungkan
Dibelakang menikam
Tuhan didzikirkan
Pedang ia pegang paling depan
Cinta ia ucapkan
Semua ia bantai atas, nama Tuhan
Atas nama Tapi
wakil Rakyat tangan-tangannya merengkuh, melahap, mengeruk
uang rakyat
kaki-kaki merangsung kesinggasana
meraup kekuasaan
bosan dalam celoteh. buku putih tergeletak
di ransel kebiadaban.
katanya kau rajin shalat
tapi mengapa kau masih menjilat
katanya kau istiqomah berdzikir
tapi mengapa kau masih kikir
katanya kau sudah naik haji
tapi kau sering mencuri gaji
katanya kau puasa
tapi mengapa kau senang berkuasa
katanya kau hafal al-qur’an
tapi mengapa matamu jelalatan
katanya kau sering mengkajinya
tapi mengapa kau bohongin tetangganya
katanya kau pengasih
tapi nyatanya kau pilih-pilih kasih
katanya kau penyayang
tapi nyatanya kau sendiri ingin kenyang
katanya mahasiswa
tapi nyatanya kau tak mengenal peradaban
sama saja!
katanya kau dosen
tapi nyatanya otakmu penuh sen
katanya kau alim
tapi mengapa kau dholim
sama saja!
kasak-kusuk, kodok ngorek, lenger blenger,
otak transaksional melaju.
ikhlas hampa berganti kejenuhan, material sering terbanyang
jujur kehimpit gunung kidul, sabar pemulus nafsu,
jidat gosong mengibuli. lelah kupandang alam. bisu
kuterbenam. tak ada harapan.
di sana kebisuan yang terselubung. tak ada
hamparan kehormatan.
Dunia kau pertaruhkan
Demi nafsu yang terangkai
Dalam hati, pikiran bahkan badanmu
Tak lagi tahu
Kau hanya sekejap, kemudian menemukan maut-mu
Semua yang berujud
Akan fana
Yang kau sangka abadi, tak lebih dari sebagai abdi
Fana dalam kefanaan adalah hekekat diri
Mengapa mengunggulkan diri
Kau hanya sepatu, yang tak pernah naik dari kaki
Jika wajah hatimu hanya sekedar pencari hati
Bukan penemu diri
Kau tak akan pernah menemukan ke-dirian-mu
Jika kau masih berada dalam keabadian diri
Hai manusia
Siang-malam tak ada lelah
Menyusuri wajah-wajah yang punya kuasa
Membelai ucap dengan seribu kata dan janji
Menganggukkan rasa demi pundak yang semakin tinggi
Para pencari muka di sini dan di sana
Berkelebat
Ikhlas pun berupah warna
Bahkan menjadi hitam kelam
Yang ada hanya tipu, tipu kata dan tubuh berlakon malaikat
Yang sebenarnya adalah syaitan yang terus di laknat
Pencari muka
Yang suatu saat muka yang kau cari menjadi laknat
Dan hilang ditikam kiamat
Pencari muka
Sadarlah.......
Bahka mukamu, suatu saat akan dipertanggung jawabkan
Dihadapa muka yang sebenarnya.
Pencari muka
Carilah muka yang tidak pernah lapuk
Dan itu tempat mencari muka yang sebenarnya
Ketika muka-muka hancur
Muka-Nya abadi dan memberikan kesejukan.
Dan dihadapan Muka-nya kecintaan dan rahmat selalu mengalir.
Dan ingatlah,
mencari muka selain mukanya
hanya menambah kesengsaraan dan petaka
Bahkan kehancuran
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
Salam, bagi yang punya hati
Salam, bagi manusia yang masih tahu diri
Salam, bagi manusia yang masih punya Tuhan dan mau berdikari
Salam, bagi semua yang hari ini, bernafas cinta….memuntahkan rindu, bernostalgia menemukan harga diri..menuju Allah sang ilahi….
Malang, 8 November 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar