السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Selasa, 23 Juni 2009

KEBAHAGIAAN YANG DINANTI


Halimi Zuhdy

(I)
Kebahagiaan akan kamu dapatkan, jikalau kamu selalu menyibukkan diri dengan pekerjaan-pekerjaan yang kemudian kamu dapat menuntaskannya. Elizabeth Cady pernah mengatakan, “aku selalu sibuk, mungkin itu alasan kenapa aku selalu sehat”. Dan Margaret Thacher juga mengatakan, “ Lihatlah sebuah hari pada saat kau merasa puas di akhirnya. Yaitu bukan hari pada saat kau berkeliaran tanpa melakukan apa-apa, namun hari pada saat kau punya banyak kegiatan dan telah melakukannya”.
Jikalau ingin mendapatkan kebahagiaan disaat kau dalam kesusahan, maka berbahagialah ketika temanmu mendapatkan kebahagiaan dan beranikanlah untuk mengucapkan “selamat” kepadanya mekipun itu mungkin sangat berat bagimu dan merupakan pesaingmu, karena dengan itu hatimu akan bebas tanpa beban, dan melayang menemui hati kecilmu. Berbahagialah dengan kebahagiaan temanmu dan bersedihlah jikalau temanmu bersedih, namun tersenyumlah selalu jika kau mendapatkan kesedihan, karena dengan tersenyum kesediahanmu akan berusaha hilang sedikit-demi sedikit.


(II)
Kebahagiaan akan kau dapat selalu, jika kau mampu memahami dirimu. Dirimu yang terkadang inkonsisten terhadap prinsip, egois menyikapi masalah-masalah yang sebenarnya bukan sebuah masalah yang serius, pengecut dalam bertindak, dan bahkan menghianati dirimu sendiri.
Untuk memahami dirimu, diantaranya adalah ingatlah akan Tuhanmu [dzikir] dalam keadaan apapun, karena ia [dzikir] mampu mengendalikan dirimu baik dari egois, inkonsisten, kekejian dan lainnya. Ia adalah kontrol yang cukup dahsyat. Sesungguhnya berdzikir adalah kontrol bagi dirimu dari kemaksiatan karena dengan berdzikir berarti kamu mengingat sang Pencipta yang paling membenci kemaksiatan, sedangkan Tuhanmu adalah segala-galanya. Bagaimana kamu akan melakukan maksiat, sedangkan kamu ingat akan kekuasaannya, siksanya dan rahmatnya.
Juga, bersihkan dirimu dari segala kemaksiatan dengan menterjamah wuduk sebagai aktifitas pembersikan. Misalnya engkau membasuh muka niatkanlah untuk membersihkan matamu dari kemaksiatan, hidungmu dari menghirup hal-hal yang penuh dengan keburukan, mulutmu dari mengucapkan keburukan-keburukan, dahimu dari kebersujudanmu pada materi. Demikian juga ketika engkau membasuh kepala niatkanlah untuk membersihkan dari pikiran-pikiran kotor, tanganmu dari memegang hal-hal yang bukan hakmu, bukan kekuasaanmu, tidak serakah dan memamfaatkan untuk sesuatu yang tidak baik. Demikian juga kakimu, niatkan untuk membersihkan langkah-langkahmu dari jalan yang salah.
Setelah berniat untuk membasuh dan mensucian akan segala perbuatan-perbuatanmu yang dapat menghalangimu untuk menuju padanya [bermaksiat], maka niatkan pula untuk tidak melakunkannya kembali. Betapa indahnya jika wuduk bukan hanya dijadikan aktifitas formal, tapi diniatkan untuk menjaga kotornya anggota badan dari maksiat. Menjaga diri untuk tidak tersentuh hal-hal yang dapat membatalkan wuduk-itu secara formal- seperti menyentuk kemaluan [yakni tidak berzina dan menjaga hubungan agar tidak masuk kedalamnya], tidur dengan tidak teratur [yakni hilang dari engingat Allah], mengeluarkan sesuatu dari dua lubang yaitu kemaluan dan anus [yakni mengeluarkan sesuatu yang tidak pantas untuk dikeluarkan, seperti berkata kotor, memfitnah, ghibah dan lainnya. Iatulah mungkin makna dari pembersihan, dengan berwuduk. Meskipun dalam wuduk yuang dibersihkan adalah anggota badan namun dampaknya pada rohani cukup dalam. sehingga orang yang sering berwuduk [mebersihkan diri] maka ia akan mencapai kemulyaan. Mengapa? Orang yang punya wuduk selalu ingin menjaga wuduknya dengan tidak menyentuh hal-hal yang membatalkan atau tidak melakukan-sesuatu yang dapat membatalkan wuduknya. Seperti ia menjaga dari perempuan selain mahramnya, karena jika ia menyentuh perenpuan selain mahramya maka wuduknya batal. Jika menjaga dari itu maka dia tidak akan menyentuhnya. Demikian juga ia takut lupa pada Allah sehingga selalu berdzikir, dengan tidak melupannya meskipun dalam kondisi tidur.
Luarbiasa Islam memberikan pelajaran pada manusia. !!!
(III)
kebahagiaan yang sebenarnya adalah jika ia menemukan dirinya dalam segala kondisi.
(IV)
Islam selalu menganjurkan untuk selalu memotivasi diri dan meningkatkan diri, seperti arti Syawwal [peningkatan]. Artinya umat Islam dalam setiap harinya dan setiap waktunya harus lebih baik dari sebelumnya. Sebagai mana sabda Rasul saw barang siap yang hari ini lebih lebih baik dari hari kemaren maka ia beruntung, dan barang siap yang hari ini sama dengan hari kemaren ia merugi, dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemaren maka ia dila’nat. sebuah motivasi yang luar biasa, yang diungkapkan beberapa abad silam. Dan selain itu, pekerjaan apapun yang kita lakukan harus baik dan berkualitas, Rasul bersabda “ Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang melakukan pekerjaan dengan professional (baik). Dan tidak menyia-nyiakan waktu, ia melakukan sesuatu dengan penuh dengan pertimbangan dan berasas mamfaat. Seperti Sabdanya “ Termasuk kebaikan islamnya seseorang jika meninggalkan sesuatu yang tidak bermamfaat”.
(V)
Sesuatu yang sedikit akan menjadi banyak jika dilakukan dengan penuh kesabaran dan ketekunan. Sebenarnya, manusia yang ditimpa kemalasan ia merasa tidak pernah punya waktu untuk melakukan sesuatu. Ia bisanya hanya mengeluh, dan dengan alasan selalu sibuk menyelesaikan ini dan itu. namun pada kenyataannya, ia tidak dapat memperoleh sesuatu kecuali capek dan penyesalan. Mengapa? Ia karena ia tidak sabar dalam melakukan aktifitasnya disamping tidak mempunyai planning yang jelas dalam hidupnya. Sehingga hidupnya hanya mengalir tanpa memberi bekas apapun.


Senin, 15 Juni 2009

PUISI TORIQOT SASTRA


Dari Para Anggota TORIQOT

http://www.facebook.com/group.php?gid=92268457237

Selamet Hariadi
ketika rahasia itu terungkap
ada rasa yang tak kuat
fikir kembali menentukan arah rehat
hati berusaha kembali sehat
dalam renung... dan kesejukan semesta... ada gelombang azzam yang siap menjadi kuat...
Tulis di Dinding Selamet - Laporkan - Hapus


Eka Rahma
Kaifa ud'uka wa ana ana...
Kaifa La ud'uka wa Anta Anta...

Bagaimana Q menyerumu jika Q adalah Q,dan Bagaimana Q tidak menyerumu jika Engkau adalah Engkau...

Q terlalu hina untuk menyebut AsmaMu yang Mulia... Kar'na limpahan d0sa telah melumuri tubuh Q...
Q sadar Q adalah hina,namun Q sadar alangkah meruginya Q jika selama Kau masih mengizinkan jantung ini tetap berdetak dan nafas ini masih Kau izinkan untuk berhembus...
Tidak satupun keagungan asmaMu mengalir dari lisan Q...
Irhamna ya Allah...



Muhammad Iskandar
Kita..
Masih bisa tumbuh....masih bisa,
Tapi mati adalah pasti!
Tak ada gerak,
Tak berdetak,
Tak ada nafas,

Inna Lillahi...



Khozin Badri
Hanya Kau yang aku ingin
Hanya Kau yang aku cari
Dalam gelap
Dalam gemerlap matahari yang garang
Di bawah sinar bulan yang lembut
Di antara tarian bintang yang kadang ada dan tiada

Hati terus mencerca
Hasrat terus memburu
Di antara rimba kesombongan dan kepongahan
Di tengahtengah tafsir yang sudah kering
Dalam belahan Hadist yang penuh telikung

Di mana aku bisa menemukanMu...

Saat sujud hanya gerak reflek
Ketika ruku' hanya persembahan belaka
Takbir hanya simbol
Shalat hanya wacana untuk memperkaya diri

Di manakah aku bisa menemukanMu...

Ketika kebenaran jadi rebutan
Sabda suciMu hanya justifikasi kepentingankepentingan
Sabda nabiMu hanya penguat sementara


Selamet Hariadi
kenapa jiwa ingin pergi...!!?
kenapa kaki tak kesana..!?
kenapa fikir tercaci ...!?
kenapa...!?

semua cacat blm terjwab..
karena hanya terfikir belenggu dosa
karena ada jiwa terpengaruh karya
karya yang dikira tinggi menggunung
tanpa terfikir kalam ilahi dulu..

ok..! salam kangen dengan sastra! bagi pemimpin yang harusnya jadi pengayom n emang kita kan pemimpin buat diri kita & amanh yg kita emban..!


Amik Amri Rahmadhi
Tuan bertanya kenapa engkau di sini?
Aku menjawab karena Kau aku di sini
Apa hanya karena Aku engkau di sini?
...........................................?


Khozin Badri
Ketika malam tiba...
Aku berselimut malam
Aku dibaluri cahaya bulan dan bintangbintang
Aku hanyut dalam mimpimimpi antara nyata dan abstrak
Aku bersama malam merajut keinginankeinginan untuk esok pagi dan siang
Aku tak ingin malam cepat berlalu
Tapi pagi selalu datang walau aku tak mengundangnya....

Salam kenal wat semuanya...
Pertemuan ini semoga bisa menjadi motivasi...ya Rabb.


Halimi Zuhdy
Menjerat hati tuk bercinta
tapi ia selalu memberontak dan meronta
Membelenggu pikiran tuk berfikir
tapi ia selalu melejit dan membuana


Faridatul Munawaroh
Kesendirian dan keheningan. Kurasakan dunia yang kuinginkan menghilang ditempa awan . Kerinduanku akan pengembaraan seakan-akan muncul menuntutku lakukan sesuatu.
Tapi....ku tak tahu
Apakah ku hanya seorang pengecut yang takut akan realita? Yang menghindar dari amukan badai?
Yang berusaha sembunyi di bawah kedamaian?
Semoga ku bisa lakukan yang terbaik. Kan kuingat seorang bijak mengatakan..... Terbuka dengan hal- hal baru tetapi tetap kritis dan berhati-hati. Semoga ku bisa lakukan itu di suatu saat.....

Nurul Yaqin
jangan mengatakan cinta....
kalo kamu takut sengsara...
jangan mengatakan sayang...
kalo kamu mau yang sanang-senag...
Cinta adakalnya indah, adakalanya senang, tapi....
tak jarang cinta itu buta...

Mashuri Elfazie
Dalam sebuah renungan ada kekuatan spritual yang kadang melampaui logika. Keduanya memiliki penalaran tersendiri, dan kadang berlawanan. Sehingga menuntut kita untuk memutuskan sebuah kebenaran yang masih absurd. Refleksi terhadap dunia nyata seringkali kita anggap sebuah pijakan, namun di sisi lain penolakan dan ketidakpuasan muncul karena kecurangan indera kita yang menganggap sebuah kesempurnaan dalam persepsi kita akan memenuhi segala syarat yang kita butuhkan atas pemahaman kita pada kehidupan. Tulisan ini bukanlah sebuah tanggapan dari pesan dari sang pengampuh thariqat sastra, namun ia muncul dengan sendirinya saat saya bingung untuk menuliskan "kata" dalam layar ini. Tak ada sebuah kesimpulan yang menuntut saya untuk menulis. karena saya hanya berguru pada renungan dan kecurangan indera.


Hakmi Hidayat
Malam bergulir meraungkan
membelah gelap
beraroma mistik

biarkan, semua berteriak
aku tak akan goyah dari keindahan
biarkan, semua tertidur
akan manjakan diriku dengan rokok rindu
tuk tetap terjaga

mari berlayar dalam torekot ini.

Mashuri Elfazie
aku mencintainya melebihi cintaku kepada-Mu
lalu Kau angkat kebahagiaanku setinggi Arasy-Mu.
aku silau akan rahmatmu,
aku mabuk pada anggur yang kau tuang dalam cawan-Mu.
aku lupa berapa teguk yang ku minum, hingga aku lebur kedalam sir-Mu
ya rob, jangan pertemukan aku dengannya karena aku sangat mencintainya.
karena hanya cahaya yang Kau kirimkan kepadaku, akupun terbakar
sebelum sempat ku temui matahari.
aku sekarang mengerti seperti inilah cara-Mu mengenalkanku pada cinta-Mu.
cinta yang tak pernah bohong, cinta yang membebaskan aku dari kemunafikan.
wahai Kekasihku, tidakkah Kau terlalu berlebihan kepadaku hingga aku tak mengenal ucapan sang
penyair yang melukis keindahan dengan penanya. dunia yang Kau gambarkan tidaklah cukup
mewakili keindahan-Mu.

Nurul Inayah
Ku panggil cinta
yang datang Amarah
ku dendangkan rasa
yang muncul dusta
kubalutkan rindu
yang tiba adalah anggukan



BAKIR TAS’AD


Bersegeralah maka kamu akan bahagia

Halimi Zuhdy
Kilas Balik cerita Hikmah

Luar biasa…..! pelajaran yang dapat saya ambil hari ini, dan ini akan saya ingat selalu dalam hidupku, dan saya akan jadikan pedoman hidup saya dan pengalaman yang paling mendorong saya untuk menjadi manusia yang tidak ugal-ugalan dan main-main dengan kehidupan yang serba komplek dan penuh tantangan iini“Bakir Tas’ad”.
Saya mungkin termasuk sosok orang yang terkadang kurang peduli terhadap hal-hal yang tidak mungkin saya capai, atau barang kali saya bisa dikatakan “kurang optimis”. Pada hari ini, ketika saya jalan-jalan ke Pasca Sarjana, untuk menemui Prof. Dr. Abu Bakar, karena ada beberapa hal yang saya harus sampaikan pada beliu terkait dengan penulisan buku yang dipasrahkan sama saya. Setelah saya cari dikantor dan di perpus beliau tidak ada ditempat. Dan setelah saya tanya pada petugas kantor, ia bilang Prof tadi ada di depan kantor Fakultas Humanuiora dan Budaya, setelah saya lihat ke kantor tersebut ternyata tidak ada. Dan sebelum saya meninggalkan tempat saya menagkap ada informasi di depan Pasca Sarjana, yang sebelumnya saya tidak melihatnya. Setelah saya baca, ternyata para penerima beasiswa Pasca Sarjana. Kemudian saya lihat siapa saja yang memperoleh biasiswa tersebut, ternyata kebanyakan teman-teman sekelas dengan saya mendapatkan beasiswa tersebut, ya..!! tentunya mereka yang mengajukan beasiswa-saya memang waktu itu tidak mengajukan karena ada beberapa sebab-.

Setelah saya membaca lebih lanjut pengumumna itu ternyata jumlah beasiswa yang diperoleh perorang sebanyak 6.000.000,- luar biasa menurut ukuran saya. Sepontas bulu-bulu saya berdiri dan badanku dingin, disamping ada penyesalan dan disamping itu saya akan menangkap hikmah dibalik itu. bayangkan…SPP saya semester 3 (tiga) belum lunas, belum semester depan yang saya sendiri belum punya bayangan mau dapat dari mana untuk membayar SPP semester 4 (empat).Apalagi saya tidak punya pekerjaan tetap, ada sih tapi kalu dikalkulasi mungkin hanya cukup untuk menghidupi saya selama satu bulan, mengharap dari rumah ya gak mungkin lagi, disamping sumber pendapatan saya sudah tidak ada –sebelumnya ayah saya yang membiayai, sekarang ayah sudah meninggal- sedangkan ibu juga tidak mungkin memberikan dana pada saya karena beliau tidak bekerja.
Pikiran saya bergolak, di mana saya belum bayar SPP, tunggakan SPP, Masih ada hutang, dan masih banyak keperluan saya yang belum saya lunasi disamping yang dapat besiswa-yang mengajukan- mereka teman-teman saya yang mungkin kalau dinilai indek prestasi saya masih lebih tinggi dari mereka, namun bukan itu yang menjadi permasalah, ya..karena saya tidak mengajukan saja.
Dalam keadaaan bingung itulah saya menemukan diri saya, HALIMI dan hikmah dibalik itu. sebelum saya menjelaskan penemuan diri saya meskipun tidak utuh dan hikmah dibalik itu semua, mungkin perlu saya sampaikan, sebab-sebab saya tidak memperoleh beasiswa. Mungkin pertama, saya malas mengurus beberapa persyaratan yang diajukan. Kedua, saya pesimis mendapatkan beasiswa itu, karena saya menganggap yang dapat pasti mereka yang pegawai negeri, sedangkan saya bukan dosen pegawai neegri. Ketiga, saya urusan beasiswa memang tidak terlalu antusias untuk menerimanya, dikarenakan terlalu mudah untuk menerima tanpa harus bekerja giat, beda dengan penelitian, menulis buku, mengajar, dan lainnya yang mendapatkan dana dengan bekerja. Keempat, malas mencoba. Kelima, Terlalu sombong untuk mendapatkan uang –todak rendah hati.keenam, terlalu yakin bahwa itu bukan jalansatu-satunya untuk melunasi SPP dan Thesis.
Tapi setelah itu, saya tidak mau pusing, apa lagi harus menyesali atas tidak mengajukannnya –kemudian tidak memperoleh beasiswa- saya untuk mendapatkan beasiswa, namun ini menjadi catatan penting yang saya harus selalu mengaingatnya, agar kesempatan apapun tidak disia-siakan dan harus semaksimal mungkin untuk memperoleh hikmah dan pengalaman, minimal mencoba karena awal dari keberhasilan dalah mencoba setiap sesuatu yang baru, tampa punya keinginan untuk mencoba maka mustahil ia menjadi cerdas, pintar, apalagi sukses.
Selain itu, hikmah yang dapat saya petik adalah kerendahan hati adalah kunci untuk memperoleh segalanya, tanpa kerendahan hati maka ia sulit meraih sukses, akrena orang yang sombong selalu menganggap dirinya sudah sukses, sempurna dan tidak membutuhkan apa-apa, karena meresa dirinya mampu. Maka, tanda orang yang mempunyai ilmu adalah orang yang rendah hati. Kata Prof. Dr Abi Bakr “Rendah hatilah, karena rendah hati separuh dari ilmu”.
Sekarang apa yang saya harus lakukan untuk kehidupan yang lebih maju dan tidak menyesali apa yang telah berlalu (tidak mendapatkan beasiswa dikarenakan malas untuk mengajukannya).
1. Hidup ini hanya sekali, demikian juga kesempatan, maka pergunakanlah kesempatan itu sebaik mungkin, kesempatan apapun, karena kamu tidak tahu apa yang akan Allah berikan dalam kesempatan itu. tidak ada salahnya mencoba, toh kamu manusia yang memang harus selalu mencoba, karena dengan mencoba pengetahuan kamu selalu bertambah. Ingat..!!! jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan, kesempatan hanya sekali, bisa saja besok adalah kesempitan. Bersegeralah maka kamu akan bahagia.
2. “Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan memperolehnya”, demikian kata pepatah Arab, barang siapa yang melakukan sesutu pekerjaan dengan sungguh-sungguh atau melakukan sebuah keinginan dengan kesungguhan maka ia akan memperolehnya, minimal memperoleh pengalam apa yang ia telah lakukan meskipun tidak mendapatkan dengan apa yang kita inginkan. Namun, dengan pengalamn itu dapat memperbaiki kegagalan atau kekurang sempurnaan pekerjaan sebelumnya, tidak ada kesungguhan yang sia-sia.
3. Optislah dalam hal apapun, jangan selalu ikut perasaan “penakut” yang dapat menghalangi untuk meraih kesuksesan.
4. Silaturrahmi, inilah mungkin kunci keberhasilan. Karena dengan memperbanya silaturrahmi, maka ia semakin kenal dengan banyak orang, apabila kenal dengan banyak orang maka ia akan diperhatikan, apabila ia diperhatikan maka ia akn mempunyai peluang jika seseorang punya peluang, karena orang akan diperhatikan jika ia memperhatikan, itulah silaturrahmi. Benar, sungguh benar sabda rasulullah, “dengan silaturrahmi dapat memperluas rizki”, bagaimana tidak? Karena ia akan terus memperoleh peluang, karena peluang itu datang pada orang yang selalu mencari peluang, meskipun tujuan silaturrahmi bukanlah mendapatkan pekerjaan, namun lebih dari itu, adalah memperara batin dan pikiran, agar hati dan pikiran selalu mendapat ketenangan.
5. Jangan mudah menyerah, ini penyakit lama yang harus dihancurkan. Karena tidak ada keberhasilan bagi orang yang mudah menyerah pada keadaan. Jika seseorang sudah menyerah terhadap keinginannya maka ia tidak akan mungkisn sampai pada tujuaannya, mengapa? Karena ia sebenarnya tidak tahu bahwa jalannya masih panjang dan berliku, ia berhenti dipertengahan jalan, karena takut capek, takun kehausan, takut kelparan, tapi tidak bertekan untuk sampai menantang kelaparan dan kehausan. Wong kadang, kita menyerah sedangkan keberhasilan tinggal selangkah, eman kan?.
6. Bakir Tas’ad, itulah judul tulisan ini. mengapa? Bakir Tas’ad. Kerana orang yang sering molor dia akan selalu mendapatkan sisa, kalau masih dapat kalau tidak maka ia akan menyesal dan penyesalan itu tidak akan berguna, bahkan dapat menghancurkan, kecuali penyesalan untuk tidak melakukan perbuatan itu lagi dan memperbaikinya. Dalam banyak hal, seseorang yang terlebih dahulu atau cepat (progresi) menggapi sesuatu atau mersponnya, maka ia akan terlebih dahulu mengetahuinya. Atau orang yang sering ingin tahu terlebih dahulu dan melakukannya , maka ia akan lebih banyak mendapatkan peluang untuk mendapatkan hasil atau kesuksesan. Baik dalam dunia akademek, bisnis, dan lainnya. Bakir tas’ad, progresip adalah sangat dibutuhkan. Tanpa sikap progresip maka pekerjaan tidak akan sempurna, bisa sempurna tapi akan ketinggalan. Barbara Sher mengatakan “ kau bisa belajar hal baru kapan pun dalam hidupmu, jika kau bersedia menjadi pemula. Jika kau belajar menyukai menjadi pemula, seluruh dunia akan membuka diri kepadamu.
7. Percayalah bahwa kamu akan mendapatkan rezeki sesuai dengan beban yang kamu tanggung, namun tidak hanya sekedar percaya kemudian diam, akan tetapi terus berikhtiyar, karena Allah sangat memahami keadaan hambanya, maka percayalah…dan lakukanlah….!!!.
8. Profesional dalam bekerja, bahasa ini saya dapatkan dari bapak Imam Suprayogo, meskipun ia tidak menggunakan kata profesinal tapi Sholeh. Menurutnya, Allah dalam banyak firmannya sering mengaitkan kata amal dengan sholeh bukan dengan wasi’. Mengapa? Karena amal (pekerjaan) apapun baik jadi tukang sapu, tukang batu, tukang sayur, dosen, pelajar, hakim, rector bahkan preside. Pekerjaan dituntut sholeh, kalau pekerjaan sholeh maka ia akan mendapatkan ketenangan dan kemamfaatan dari pekerjaan itu. tukan sapu yang sholeh lebih baik dari presiden yang korup. Dan rakyat pasti lebih senang terhadap tukang sapu itu mekipun pekerjaannya hanya tukang sapu, ketimbang pada presiden yang memeras dan merampas hak-hak rakyat, maka ia akan dibenci. Artinya, pekerjaan apapun yang dilakukan dengan baik akan menimbulkan kebaikan pula dan akan disenangi. Dari kesholehan dalam bekerja itu, akan merangkak dengan sendirinya sebuah kepercayaan, jikalau sudah dipercaya maka ia akan mendapatkan sesuatu yang tidak pernah ia cita-citakan. Maka, bergeraklah untuk menjadi yang terbaik.
9. Jangat takut Resiko, karena resiko bagian dari keberhasilan. Siapa yang takut resiko maka jangan hidup, karena tiada kehidupan yang tanpa resiko, namun kadang kadar resiko itu memang berbeda. Maka, tergantung kita, apakah kita memilih resiko kecil dengan penghasilan atau keilamuan yang paspasan, atau memilih resiko yang besar dengan penghasilan atau ilmu yang luas. Iangat pepatah Arab Al-Ajru ‘ala qodri al-ta’ab.
10. Jangan lupa berdzikir, berdzikir dituntut dalam segala aspek dan dalam segala kesempatan dan keadaan. Sebagaimana dalam firman Allah, aldzi yarkurunaallaha qiyaman (berdiri) wa qu’udan (duduk) wa ‘ala junubihim (berbaring). Karena dengan berdzikir otot pikiran, badan, hati akan bergerak menuju dan akan terus memutovasi untuk melakukan yang terbaik, karena Allah suka yang baik, jikalau selalu berdzikir maka ia tidak mau untuk melakukan kejelekan, ketidakprofesionalan, maka ia pasti melakukan yang terbaik. Berdzikirlah…>>>
11. Selalu menambah Ilmu, niatkanlah dalam segala hal untuk selalu belajar atau mencari ilmu, maka kamu akan mendapatkannya. Ketika kamu duduk-duduk santai, berjalan-jalan, berdiskusi, berdebat, dikelas, dimasjid, di manapun targetlah bahwa kamu harus memperoleh ilmu. Apakah ilmu yang biak, adalah ilmu yang dapat merubah dirimu pada yang lebih baik, karena itulah memaang hakekat ilmu, jika kamu berilmu dan tidak membuat kamu baik apa guna kamu punya ilmu. Carilah ilmu demi kebaikan kamu, dan kebaikan itu jikalu hati nurani menjadi tenang dan damai.
12. Berbicara sedikit, memperbanyak baca dan merenung. Banyak bicara terkadang membawa kita pada keterlenaan tentang diri kita atau orang lain sehingga ujung-ujungnya adalah ujub, riya’, sombong, ghiba, dan sum’ah. Jika banyak berbicara maka kita benyak mentransfer, sedangkan baca baca dan merenung maka kita banyak menimba pengetahuan dan dapat memperbaiki diri dengan membaca dan merenung, asalkan membca sesuatu yang baik dan merenung tentang hal-hal yang positif.
13. Tidak ada sesuatu yang sulit, atau tidak terselesaikan, kalau masih punya kemauan. Seringkali saya mengeluh dan berat untuk melakukan pekerjaan yang diberikan pada saya, atau pekerjaan yang memang tanggung jawab saya. Ketika saya mengeluh dan memunculkan kata tidak mampu, maka sebenarnya ketika itulah kegagalan saya. Mengapa? Karena pesimis itu menghilangkan gairah berbuat, jika gairah untuk melakukan sudah hilang maka otomatis dia gagal. Namun, jika ia berusaha untuk sanggup dan optimis bahwa ia bisa, ia sukses sebelum melakukan karena ia sudah termutifasi dengan dengan keoptomisannya itu, dan pekerjaannya akan menjadi tuntas. Maka, Tidak ada sesuatu yang sulit, atau tidak terselesaikan, kalau masih punya kemauan dan melakukan dengan sunggu-sungguh. Kamu pasti bisa… Kamu pasti bisa.. Kamu pasti bisa.. Kamu pasti bias


Selasa, 09 Juni 2009

MENIKMATI HIDUP


Halimi Zuhdy

orang di mana-mana mencari kenikmatan dan kepuasan dirinya, nikmat itu sendiri adalah kepuasan, ketika orang merasa puas maka ia akan merasakan nikmat. Untuk meraih kenikmatan terkadang orang berani mengorbankan kehormatannya, hartanya dan lainnya.
Kenikmatan sering diedentikkan dengan kekayaan harta yang melimpah ruah segala apa yang dibutuhkan berada dihadapannya, tingginya pangkat agar dihormat oleh banyak orang, istri yang cantik, rumah mewah, kendaraan yang paling cangging dan modern. Ia tidak pernah melihat bahkan menutup mata, bahwa kenikmatan tidaklah berasal dari itu semua, namun kenikmatan haqiqi apabila dia merasa cukup terhadap apa yang ia dapatkan. Jika besarnya rumah dibuat setandar kenikmatan, bagaimana dengan Rasulullah yang rumahnya kecil terbuat dari pelapah kurma, sedangkan Rasul tidak pernah merasakan malu, minder, sumpek dan bosan memiliki rumah seperti itu, bahkan ia bersabda, Baity jannaty, rumahku adalah surgaku.


Rumah yang sempit, tidaklah selalu mengindikasikan sempitnya kenikmatan dan sempitnya jiwa. Jika ukurannya nikmat hanyalah besar dan mewahnya rumah, betapa banyak orang yang merasa nikmat dengan rumahmya yang kecil, namun keluarganya penuh dengan bunga-bunga keindanhan dan kenikmatan, dan betapa banyak orang-orang yang memiliki rumah mewah dan megah, namun tidak pernah merasakan kenikmatan, selalu bertengkar dengan istrinya setiap hari karena hanya persoalan yang sepele, dibenci tetangga karena pembatas tembok yang menjulang.

Hidup Bukan Untuk Diri Sendiri
Merasa terganggu, itu terkadang yang aku rasakan ketika aku harus konsentrasi untuk melakukan pekerjaan, yang menurutku mendesak dan harus selesai dengan waktu tertentu. Tetapi, seringkali, ketika aku harus membaca, menulis, kontemplasi selalu ada cobaan untuk membuyarkan konsentrasi saya, dan pekerjaan terlambat dan tidak sesuai dengan harapan (waktu yang ditentutan), karena ada pekerjaan lain yang harus aku lakukan. Kadang aku merasa mangkel, jengkel, dan merasa tidak akan pernah cerdas dan sukses kalau hal selalu terjadi. Ketakutan-ketakutan itu mungkin wajar, bagi orang seperti saya (sebagai mahasiswa) yang selalu ingin belajar dan belajar. Tapi, hal itu bisa tidak menjadi wajar, jika hal tersebut berlarut-larut untuk saya pikirkan sehingga menggangguku untuk menjadi kreatif dan prosuktif.
Kemudian, saya berfikir bahwa kesuksesan itu adalah perspektif, ada yang merasa sukses jikalau ia sudah menerbitkan buku, ada yang mersa sukses jika ia sudah dapat membahagiakan orang lain meskipun dirinya tidak terlalu banyak diuntungkan, ada yang merasa sukses dengan sekedar apa yang dapat diberikan pada orang lain, ada yang merasa sukses jika dapat memberikan taushiyah pada orang lain dan ia senang menerima tausiyah itu, ada yang mersa sukses dengan kesibukannya di ladang, di kontor, di bank meskipun konstribusinya pada masyarakat tidak tampak. Itulah, maksud saya bahwa kesuksesan itu perspektif.
Abu bakar dan Umar misalnya, keduanya adalah sahabat Rasulullah yang cukup disegani dan dihormati, dia menjadi tokoh panutan setelah Rasulullah meninggal dunia. Keduanya, merasa sukses ketika dapat bersanding dengan Rasul, mengembirakan orang lain, dan dapat membantu orang-orang faqir. Dengan seperti itu beliau sudah merasa nikmat. Ada yang merasa nikmat dan sudah menjadi makanan setiap hari, yaitu menulis. Ini bagi orang-orang yang doyan menulis, seperi Azyumardi Azra, Cak Nun, Cak Nur, Kunto Wijoyo, Komaruddin Hidayat dan lainnya. Mereka menikmati hari-harinya dengan membaca dan menulis. Ada yang menikmati hari-harinya sebagai da’I, sehingga tidak sempat untuk menulis apa yang ia bicarakan. Imam Syafi’e, Imam Hambali, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Ibnu Taimiyahi dan tokoh-tokoh sekaleber dia, mereka mampu berbicara dimana-mana dengan lugas dan tangkas, sehingga diburu oleh jamaah, untuk mendengarkan ceramah-ceramah beliua, namun mereka tidak hanya mencukupkan dengan berbicara. Akan tetapi, keproduktifitasnnya diakui dengan merangarangnya beberapa kitab yang samapi sangat ini menjadi rujukan oleh umat Islam.
Terkadang saya berfikir apalah arti hidup, jika saya tidak bermanfaat bagi orang lain. Mereka pada masa hidupnya, bermanfaat bagi orang lain, dan setelah wafat juga kemamfaatannya masih juga dirasakan oleh banyak orang. itulah berkat ketekunan, kesabaran, dan keproduktifitasannya. Mereka selain produktif, juga ahli ibadah bahkan masuk pada jajaran sholihin. Betapa nikmatnya hidup bagi mereka, yang antara hubungan fertikal dan horizontal tidak pernah lepas.