السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Jumat, 28 Mei 2021

Perbedaan Kata ‎رحمة ‏dan ‎رحمت ‏dalam Al-Qur'an, ‏dan beberapa Variannya


(Keunikan Simbol dalam Al-Qur'an)

Halimi Zuhdy

Menarik bila dikaji lebih serius, benarkah kata Rahmatun (رحمت) dalam Al-Qur'an yang menggunakan Ta' perahu/menghampar (mabsuthah) itu kesalahan tulis (Akhta' Imlaiyyah) ?  Demikian juga dengan kata  Imra'ah (امرأت) yang menggunakan Ta' Mabsuthah!. Dan beberapa kata yang memiliki varian yang sama dalam tulisannya, seperti dua kata di atas;

 نعمتٌ – سنّتٌ – ابنتٌ – شجرتٌ – قرت عين – بقيتٌ – فطرتٌ – لعنَتٌ – جنتٌ – معصيتٌ – كلمتٌ
Sepintas saya baca-baca terkait dengan rasm (gaya tulisan dalam Al-Qur'an), tulisan di atas bukan kesalahan dalam penulisan, tetapi termasuk keindahan Al-Qur'an yang banyak dikaji dalam al-Lathaif al-Qur'aniyyah.

Dalam Al-Qur'an, kata Imar'atun dan Rahmatun ada dua gaya penulisan, yaitu; Imra'atun (امرأت) dan Imra'atun (امرأة). Rahmatun (رحمت) dan Rahmatun (رحمة) demikian juga dengan beberapa kata yang lain (seperti pada akhir paragraf pertama).

https://alif.id/read/halimiy-zuhdi/keunikan-simbol-dalam-al-quran-menelisik-perbedaan-kata-rahmatun-b238104p/

Dari aspek "tanda", kata Rahmah (رحمة) Ta'-nya terikat (marbuthah), tergenggam, tertawan. Seakan-akan masih terikat, belum terlepas atau tidak terlepas. Berbeda dengan dengan kata Rahmat (رحمت) dengan Ta' yang terlepas atau menghampar (mabsuthah) atau terbuka (maftuhah). Dari kedua tanda tersebut, seakan-akan tulisan itu (bentuk) sudah menjelaskan apa yang tersimpan di dalamnya. 

Dalam Wasithah 'Arus Al-Qur'an dijelaskan, kata رحمة adalah rahmat yang masih tersimpan di sisi Allah. Sedangkan رحمت adalah rahmat yang dapat dirasakan oleh manusia secara nyata. Dalam "Uktub" dan beberapa maqalah Taddabbur al-Qur'an, kata رحمت menunjukkan rahmat Allah yang tersimpan di sisi (ditahan) Allah kemudian dilepaskan (diberikan) dan kata ini selalu disandarkan kepada Asma' Allah. Seperti dalam Surat Hud 73

(قَالُوۤا۟ أَتَعۡجَبِینَ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۖ رَحۡمَتُ ٱللَّهِ وَبَرَكَـٰتُهُۥ عَلَیۡكُمۡ أَهۡلَ ٱلۡبَیۡتِۚ إِنَّهُۥ حَمِیدࣱ مَّجِیدࣱ)

Mereka (para malaikat) berkata, “Mengapa engkau merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat dan berkah Allah, dicurahkan kepada kamu, wahai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji, Maha Pengasih.”

Setelah Istri Nabi Ibrahim menunggu puluhan tahun untuk memiliki anak dan beliau sudah mulai menua, kemudian Allah memberi kabar gembira dengan kehadiran seorang anak untuknya. Demikian juga dengan doa Nabi Zakariya yang dikabulkan Allah, usia yang sudah udzur, dan puluhan tahun menunggu seorang anak, kemudian Allah karuniai padanya, Sayyidah Maryam.

ذِكۡرُ رَحۡمَتِ رَبِّكَ عَبۡدَهُۥ زَكَرِیَّاۤ

(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakaria, [Surat Maryam 2]

Kata Rahmat (رحمة) memiliki beberapa makna, di antaranya adalah rahmat yang dijanjikan, diharapkan, bahkan ditahan bagi orang-orang yang melakukan kemungkaran.  Seperti dalam Ayat;

(فَأَمَّا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَٱعۡتَصَمُوا۟ بِهِۦ فَسَیُدۡخِلُهُمۡ فِی رَحۡمَةࣲ مِّنۡهُ وَفَضۡلࣲ وَیَهۡدِیهِمۡ إِلَیۡهِ صِرَ ٰ⁠طࣰا مُّسۡتَقِیمࣰا)

"Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat dan karunia dari-Nya (surga), dan menunjukkan mereka jalan yang lurus kepada-Nya". [Surat An-Nisa' 175]

Ada tulisan menarik yang khusus mengkaji rahasia Ta' Mabsuthah dengan tema Sirr Ta'at Al-lathi basathah fi Qur'an Al-karim, Abdul Majid  mengurai seluruh kata yang menggunakan Ta' Mabsuthah (lepas, terhampar). Perbedaan itu dengan kaidah; bila Ta' Maqbudhah (ة) menunjukkan pada sesuatu yang tertahan, tertawan, atau sesuatu yang tidak dapat diketahui secara keseluruhan atau sebagian. Sedangkan Ta' Mabsuthah (ت), menunjukkan sesuatu yang diketahui, dan jelas. Dan ini menarik bila dikaji kata-kata lainnya, seperti Jannat (جنت) dan jannah (جنة). Kata Jannah (surga) ada 67, kata Jannah dengan Ta' marbuthah (ة), hanya ada satu kata yang menggunakan Ta' Mabsuthah (ت), apa rahasia di balik kata-kata ini?. Insyallah, akan dikaji selanjutnya.

Allah 'Alam Bisshawab

Rabu, 26 Mei 2021

Agar Selalu Hidup Bahagia

Halimi Zuhdy

Ada seseorang yang bertanya, bagaimana agar selalu bahagia tanpa pernah sedih? Bagaimana agar selalu sukses tanpa gagal? Bagaimana harapan selalu menjadi kenyataan?. 
Saya mendapatkan pertanyaan seperti ini, seperti mendapatkan sebuah kenyataan dalam hidup, bagaimana seandainya hidup ini kenyang terus?, atau mulut ini tertawa terus? atau hujan terus tanpa henti agar tidak ada sengatan matahari? atau hanya duduk leyeh-leyeh terus kemudian uang datang sendiri dan makanan tersedia! Ah, pasti hidup ini membosankan. 

Karena indahnya hidup itu, bukan  karena kita selalu tertawa, tetapi kita paham kapan kita harus tertawa, kapan harus bersedih, dan kapan harus terharu biru?!. Bukankan melihat orang sedih, kita dapat bersedih juga adalah kebahagiaan.

Bahwa indahnya musim hujan karena adanya musim panas. Merasakan nikmatnya kenyang, karena pernah merasakan perihnya rasa lapar. Merasakan pahitnya kopi, karena tahu manisnya gula. Menikmati keindahan pagi dengan senyum sinar mentari, karena tahu betapa gelapnya malam membuat seribu sendu.

Allah menciptakan neraka, agar manusia tahu betapa karamah Allah itu sangat luar biasa, demikian kata Ibnu  Imad dalam Kasyf al-Asyrar Anma Khafiyah anil Afkar.

Suatu hari saya bertanya pada orang yang mengayuh sepeda (goes), saat itu wajahnya penuh keringat, nafasnya naik-turun, tangannya sepertinya agak gemetar, kadang terhuyung-huyung, "Bapak kan punya sepeda motor, mengapa capek-capek goes" saya bertanya pada si pengayuh sepeda ini. Apa jawabnya, "Ini yang saya cari pak, bisa berkeringat, capek, dan agar tahu banyak medan". 

Sepertinya aneh, kok susah-sudah ngayuh sepeda angin, wong ia bisa menggunakan sepeda motornya. Ternyata, tidak semua nyaman itu nikmat, ternyata capek itu adalah keindahan. Inilah kenyataan hidup, tidak semua terang itu diharapkan, terkadang gelap gulita paling dirindu.

Bagaimana agar selalu bahagia?!. Ini sebuah pertanyaan yang bisa dijawab oleh setiap manusia, dan juga bisa dilakukan oleh orang yang pernah bahagia dan sedih. Karena hidup di dunia itu, pasti merasakan keduanya, bahagia dan sedih. Inilah kefanaan dunia. Ia selalu silih berganti. Kebahagiaan yang abadi adalah di surgaNya. Tetapi, ada beberapa tips dari ulama yang diambil dari sabda Nabi, agar hati selalu merasa bahagia, yaitu bersabar ketika mendapat musibah, dan bersyukur ketika mendapatkan kebahagiaan. Bila dua hal ini ada diri seaeorang, maka akan stabil dalam berbagai kondisi. Bukankah hidup itu hanya dua, kalau tidak bahagia, maka ia sedih.

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

Ada pula tips dari Ali An-Thatawi, dalam Adz-Dzikriyat, juz 6 hal 214

" إن أقرب طريق إلى سعادة القلب أن  تدخل السعادة على قلوب الناس، وإن أكبر لذات الدنيا هي لذة الإحسان؛ لا أقصد الريال الذي تلقونه للسائل، ترمونه إليه و أيديكم عالية ووجوهكم مُقطّبة ولسان حالكم يقول : انظر هوانك وعِزَّنا وفقرك وغنانا، بل إن الإحسان أن تُعطوا من قلوبكم لا من أيديكم وحدها، فيكون المال في اليد والبسمة في الشفاه ".

Cara yang paling mudah agar mendapatkan kebahagiaan hati adalah engkau membahagiakan hati orang lain (manusia), dan paling nikmat dan lezatnya dunia apabila kau berbuat baik. 

Allahualam Bishawab

Menguak Asal Kata "Bani"

(Bani Israel, Bani Adam dan Judzur Bani)

Halimi Zuhdy

"Bani" dalam KBBI diartikan dengan anak, keturunan dan anak cucu. Dalam tulisan ini, saya mencoba untuk membaca asal muasal kata "Bani" dalam judzur (akar) bahasa Arab dengan membaca  beberapa mu'jam (kamus),  serta menguak  makna asal dari kata Bani.
Kita sering mendengar istilah Bani Adam yang diartikan dengan keturunan Nabi Adam (seluruh manusia), berbeda dengan kata Kaum Adam. Bani atau Banu juga diartikan dengan Kaum. Tapi, Kaum Adam dalam bahasa Indonesia diartikan dengan komunitas laki-laki, sebagai lawan dari Kaum Hawa. Bani Adam, adalah manusia, yang memiliki sinonim dengan Basyar, Unas, Nasun, Bariyah, Khaliqah,   'Alam dan Qaum. 

Bani Israel berbeda dengan Bani Yahudi, terkadang disebut dengan Kaum Yahudi. Mengapa tidak Bani Yahudi?, sedangkan Yahuda adalah nama dari seorang laki-laki dari putra ke empat Nabi Ya'kub yang menurunkan anak cucu terbanyak dari saudara-suadara yang lainnya. Bani Israel nama lain dari keturunan Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim. Israel adalah julukan dari Nabi Ya'qub.

Bani Israel dan Bani Yahudi, sebenarnya sama. Bani Israel diambil dari Ayahnya Yahuda yaitu Nabi Ya'qub, sedangkan Bani Yahudi adalah keturunan dari Yahuda. Tetapi, penggunaan Bani Yahudi ini tidak digunakan, lebih kepada bangsa (sya'b), kaum atau agama Yahudi. Dan kini, penggunaan kata Yahudi tergantung pendekatannya.Bagaimana dengan Israel hari ini? Jawabannya berbeda-beda, sesuai dengan pendekatan yang digunakan. 

Kata "Bani" juga banyak digunakan di Indonesia yang merujuk kepada seseorang yang sudah wafat dan menurunkan banyak keturunan (dzurriyah). Seperti Bani Khozin, Bani Nasruddin, Bani Syarqawi dan nama-nama Bani lainnya. Kata Bani dalam bahasa Indonesia sinonim dengan ibnu, kaum, rumpun, saudara, zuriyat, kerabat, anak, anak cucu, saudara dan anak bangsa. Penggunaan bani di Indonesia agak berbeda dengan Bani Hasyim, Bani Quraisy, Bani Qahthan yang sudah mengakar kuat dari beberapa keturunan. Sedangkan di Indonesia, banyak sekali bani yang dicipta, bahkan dalam bani ada bani.

Apa asal kata Bani? Bani, berasal dari kata "Ibnu, إبن" yang bermakna anak. Dan Ibnu bermakna "wahua syai' yatawalladu 'an syai', sesuatu yang dilahirkan dari sesuatu". Tetai sebaliknya, kata "Ibnu" ada yang berpendapat berasal dari kata "Banu, بنو dan Bani". Banin menjadi Bani yang kemudian dibuang ya' terakhir menjadi "Bani" karena mudha'af. Sedangkan jama' (plural) nya adalah Abna'. Ada pula yang berpendapat berasal dari "Binu" dengan mengkasrahkan fa' fi'ilnya, seperti Bintu. Ibnu bermakna seorang anak laki-laki. 

Dalam kitab Mufrat fi Gharib al-Qur'an, kata ini, berasal dari Banu   karena ketika dijama'kan menjadi Abna', dan apabila di-tashghir menjadi Bunai. Disebut dengan "Ibnu" karena dibangun (didasarkan, dikaitkan) pada Bapak (Aab). Karena Bapak yang membuat anak  (membangun), dan Allah yang menjadikannya sebab diciptakannya.

Banyak sekali pendapat terkait dengan penamaan dan asal kata ini, bisa dibaca di Mu'jam Maqayis Lughah karya Ibnu Faris, Misbah Munir Karya al-Fayumi, dan beberapa Mu'jam lainnya.

Istiqaq (derivasi) dari kata ini sangat banyak sekali, ada "Baniyyah" (Makkah) sebuah bangunan. Ada "Bunyan" bangunan, Bina',   Mabni, Banun. Dan dari kata Ibnu sederet kata-kata lainnya memiliki makna yang berbeda; Ibnu sabil (musafir), Ibnu Lail (pencuri), Ibnu Harb (pemberani), Ibnu Haram (abak zina), Ibnu Sab'ah (pemarah)Ibnu Balad (dermawan) dan lainnya.

Ibnu, yang berderivasi dengan bana-yabni-binaan yang memiliki arti membangun dengan berbagai variasi artinya.

******
Ket Gambar: Perbedaan Bani Yahudi dan Bani Israel dalam Al-Qur'an.

Penyair Palestina dan Perlawanan



Halimi zuhdy

Beberapa hari ini ada banyak perang opini di berbagai belahan dunia, demikian juga di Indonesia. Di masyarakat Indonesia juga terjadi dukung mendukung, ada yang mendukung Palestina, ada yang mendukung Israel (walau tidak terang-terangan). Ada pula yang netral, tidak mendukung keduanya, dengan berusaha mendamaikan antara kedua kubu yang tidak pernah usai dalam perseteruannya. Aksi dukung medukung antara kedua pihak lengkap dengan berbagai alasan dan rasionalitas yang dicipta.
Saya tidak punya kemampuan berbicara konflik Palestina dan Israel, karena saya bukan seorang analis Timur Tengah, tidak seperti Gus Zuhairi Misrawi seroang analis Timur Tengah, “Saat Timur-Tengah berkecamuk, menjamur Ahli Timur Tengah. Padahal tidak punya karya tetang Timur-Tengah. Dan merasa paling pakar dengan bermodalkan Wikipedia”, demikian beliau tulis dalam laman Facebooknya. Berbeda dengan Kang Sumanto Al Qurtuby yang menulis tentang “Bangsa Palestina” dan “Bangsa Israel”,  yang pada paragraf pertama sudah membuka pembicaraan terkait dengan dukungan umat Islam Indonesia terhadap Palestina bila terjadi konflik Israel-Palestina, menurutnya pembelaan masyarakat Indonesia karena adanya asumsi bahwa Palestina adalah umat Islam, sehingga perlu didukung, yang kemudian ditutup dengan paragraf “kalau mau membantu jangan hanya warga Palestina tetapi juga warga Indonesia yang juga banyak dari mereka yang hidup sengsara dan menderita lahir-batin” Kang Sumanto banyak mengurai tentang kedua bangsa ini dari aspek struktur demografinya. 

Gus Ulil Abshar Abdalla juga menulis tentang Palestina, dalam paragraf kedua beliau menulis “Yang mendorong saya bersikap seperti sekarang (tegas dalam membela Palestina) adalah satu: propaganda Israel untuk membenarkan kejahatannya terhadap warga Palestina mulai ditelan oleh sejumlah kalangan di Indonesia, bahkan sebagaian menyalahkan warga Palestina karena dianggap memprovokasi Israel sehingga melakukan tindakan balasan secara militer”. Dan masih banyak opini-opini lainnya terkait dengan Palestina vs Israel hari ini. 

Saya bukan seorang Analis Timur Tengah, saya hanya “sedikit banyak” membaca karya sastra penyair Timur Tengah terutama Mesir, Yordania, Palestina, Djibauti, Saudi Arabia, Aljazair, Maroko, Oman, Mouritania, dan beberapa negara lainnya. Tapi, tidak ada salahnya bagi siapa pun yang berbicara tentang apa pun, asalkan apa yang ditulis berdasarkan fakta atau hasil pembacaan. Menulis bagian dari sebuah kepedulian denga apa yang terjadi, walau diamnya seseorang tidak berarti ia benar-benar diam. 

Beberapa tahun yang lalu saya dan Dr. Faisol berkunjung ke kediaman Prof. Dr. Muhammad Majid Al-Dakhil di Al Hasn, Guru Besar Sastra Arab di Universitas Al Balqa' Yordania. Mengenal beliau 4 tahun yang lalu di grup Muhibbul Lughah Arabiyah wa Adabiha  . Beliau banyak meneliti tentang "Muqawamah Falestinia" dan pergumulan sastra perlawanan di Timur Tengah. Sedangkan saya ketika itu meneliti tentang "Tajalliyat Sira' fi al-Adab al-‘Arabi> al-Ma’as}ir Wa al-Harb al-Araby". Karya sastra tentang pergerakan, peperangan, perlawanan, kekacauan Timur Tengah  dan kaitannya dengan sastra Arab Modern. 

Pertemuan yang indah, setelah berkeliling di kebun Zaitun miliknya, ia memaparkan pemikirannya tentang perlawanan, kekacaun dan pergerakan di Syam (Palestina, Yordania, Suria dan beberapa negara lainnya) yang dikaitkan dengan teks sastra yang muncul. Menurutnya, perlawanan rakyat Palestina terhadap Israel adalah sebuah kewajaran dan bahkan sebuah keharusan. Bangsa Israel yang merebut tanah Palestina dengan dukungan negara-negara Adi Kuasa di dunia tentunya tidak akan pernah seimbang dengan kekuatan rakyat Palestina, negara saja tidak punya, bagaimana ia membangun kekuatan? Kekuatan rakyat Palestina hanyalah doa dan perlawanan seadanya, sehingga terbit karya-karya sastra luar biasa dengan tema-tema “Muqa>wamah/perlawanan”. 

Sastra selalu menjadi perlawanan yang luar biasa untuk melawan tirani kekuasaan. Sebuah teks bergerak dengan cepat. Menghempas dan bahkan dapat menjungkalkan penguasa dengan deretan bait-bait puisi muqa>wamah, walau tidak ada bom untuk meledakkan kawasan tertentu, tapi karya sastra mampu menggerakkan manusia untuk mengacaukan kemapanan atau sebaliknya. Hari ini di dinding media sosial gempuran opini luar biasa, berbagai macam karya sastra bermunculan. Walau tidak nyata seperti peluru yang menembus tubuh, pedang menebas leher, bom meluluh lantakkan negeri, tetapi suatu saat ia akan bergerak pelan dan pelan. Kalau tidak hari ini, besok. Kalau tidak besok, besok lusa dan seterusnya. 

Sastra bukan hanya deretan kata manis, setiap hurufnya adalah ruh, kalimatnya adalah kilatan petir. Bagaimana  penguasa terjungkal ke jurang yang curam karena puisi yang didegupkan setiap harinya, bagaimana kekuatan Intifadah Palestina dengan sihir puisi yang sebelum berangkat ke medan perlawanan digaungkan. Seperti tiga penyair, yang terkenal dengan penyair perlawanan; Taufiq Ziyad, dengan puisinya "Huna> Ba>qun". Mahmud Darwis, "Sajjil Ana> ‘Arabi>", dan "Khitab Fi Suqil Bathalah Ya Adhuu Syamsi" oleh Sami Qosim. 

Sastra Palestina banyak berkisah tentang; indahnya mati, pahala berperang, martir, nasionalisme, kebebasan, surga dengan syahid, adalah  tema penting dalam membangkitkan ruh perjuangan rakyat Palestina. Seperti mendapatkan pecut api, karya para penyair bergerak pasti, memukaukan setiap pejuang yang haus mati. Sampai hari ini, beberapa vedio yang dikirimkan di beberapa media, selalu menyertakan nasyid, syair, dan kalimat-kalimat penyemangat untuk membangkitkan ruh para pejuang Palestina.  

Afan Fathukan, seorang penyair Palestina, menurut para pengamat, puisinya lebih militan dari 20 penjuang yang paling militan. Ruh puisinya membangkitkan para pemuda untuk berjuang membela agama dan tanah airnya, Palestina. Di negeri para Anbiya’ ini ada banyak penyair; Said al-Muzayin, Ibrahim Tauqan,  Samih Al-Qosim, Maurid Barghauti, Souad, Harun Hasyim Rashid, Afad Fatukan, said Abi Nahs, Ghassan Kanfani, Ishaq Musa, Ilyas Khauri. Sedangkan negeri tetangga Palestina, Suria  juga banyak menulis sastra Muqawamah;  Nizar Qobbani, Dhahi Khulfan, Imaduddin Musa, Maha Bakr, Muhamamd Ulauddin, Tamam Talawi, Shalah Ibrahim Hasan dan beberapa sastrawan lainnya. 

Dan di setiap negara, tidak sedikit penyair yang selalu mengobarkan pemberontakan pada penguasa tiran, revolusi dan kemerdekaan. Maka tidak heran sastra adalah perlawanan yang ampuh. Mereka tidak lagi mengenal waktu menulis, baik dikala api membara atau dikala salju mendera, mereka tetapi membubuhkan darahnya di kanvas sastra, bahkan tidak sedikit yang turun jalan berdarah-darah membawa batu untuk menhantam para tiran kekuasaan. Mereka tetap melawan, semakin kuat intimidasi, semakin kuat pula aksi dan kreatifitas diri.

Untuk urusan Palestina cukuplah bagi saya apa yang ditorehkan oleh Penyair asli Palestina, Mahmoud Darwish, tentang berbagai peristiwa yang terjadi di negerinya, mulai sejak dahulu (sejak ia dilahirkan) sampai sekarang (beliau meninggal beberapa tahun yang lalu). Tanahnya yang direnggut, dirampas, dan diporak-porandakan sebagaimana dalam bait-bait puisinya “Maqimah al-insani bila Wathani bila alamin” manusia yang tidak punya harga diri yang tanah airnya dirampas, dan tidak punya bendera. Benar-benar memilukan bagaimana seorang Palestina yang diusir dari tempat lahirnya, “Ughniyat Ila Wathan”. Bagaimana ia menceritakan kekejian Bangsa Israel dan penderitaan rakyat Palestina dari waktu ke waktu, “Bithaqah Huwiyah”. 

Perlawanan diciptakan bukan karena menciptakan kerusuhan, karena sebelumnya ada yang menciptakan kerusuhan. 

Apakah kalian rela negara Anda dijajah, tanahnya dirampas, anak cucunya dipenjara dan Anda sendiri diasingkan?

*********
Beberapa paragraf diambil dari tulisan saya berjudul Sastra dan perlawanan

Menunggu puisi-puisi Palestina dari Musyfiqur Rahman Achmad Atho'illah Fathoni Alkhalil Faza Bina Al-Alim

Palestina, A'iruna Madafiukum

Halimi Zuhdy

Selalu merinding, bila mendengar bocah Palestina ini membaca puisi tentang "Palestina"

Pertama kali saya mendengar ia membacakan puisi berjudul "Airuna Madafiakum" (أعيرونا مدافعكم),  intonasinya, mimiknya yang sesuai dengan isi puisinya, bahasa tubuhnya yang seakan-akan dialah yang melakukannya. Cerdik bagaimana ia memainkan irama, bagaimana membuat penekanan-penekanan dalam setiap bait puisinya. 
Ia diam meresapi, mengobarkan kembali. Seakan-akan diamnya, bukan karena diam, ia bara yang akan tersulut kapan pun. Seperti bait puisi "Atadhu Annaka Qad Tamasta Hawiiyati.." "Apakah kira kau telah menghapus identitasku dan menghapus sejarah dan keyakinanku/Kau hanya bercanda, tidak ada sejengkal pun bagi penjajah, saya laksana kiamat yang suatu saat akan datang padamu"

Tentang palestina tidak  pernah selesai, ia selalu menjadi kisah heroik, entah sampai kapan?. Kita doakan bersama, mudah- mudahan Allah berikan kemenangan dan kemerdekaan, mudah-mudahan kisah Khalifah Umar bin Khattab bisa kembali bercerita, walau dengan cerita berbeda. Ketika pasukan Islam mengepung kota suci di bawah kepemimpinan Khalid bin Walid, Sophronius masih menolak menyerahkan Yarusalem kepada umat Islam kecuali bila Khalifah Umar datang sendiri. Umar benar-benar datang, ia menunggangi keledai dengan ditemani seorang pengawal. Mereka benar-benar takjub dan terheran-heran atas kesederhanaan Umar.  

Puisi "A'iruna Madafi'akum" karya Dr. Abdul Ghani At-Tamimi, bukan hanya dibacakan oleh bocah kecil Pelstina seperti dalam vedio di bawah ini, tetapi ia dibaca oleh banyak penyair, tetapi si bocah ini benar-benar membawa perasaan dan jeritan sendiri, seperti jeritan anak-anak Palestina lainnya. Si bocah ini pula yang mendeklamasikan puisi dengan judul "Falestini, Ana Ismi" sungguh, seakan-akan kita adalah bagian dari negara yang belum menjadi negara dengan berbagai bara yang selalu berkobar di dalamnya.

Halimi Zuhdy
Admin IG @puisi_Arab
ﻗﺼﻴﺪﺓ ﺃﻋﻴﺮﻭﻧﺎ ﻣﺪﺍﻓﻌﻜﻢ

ﺩﻛﺘﻮﺭ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻐﻨﻲ ﺍﻟﺘﻤﻴﻤﻲ

ﺃﻋﻴﺮﻭﻧﺎ ﻣﺪﺍﻓﻌﻜﻢ ﻟﻴﻮﻡ ﻻﻣﺪﺍﻣﻌﻜﻢ...ﺃﻋﻴﺮﻭﻧﺎ ﻭ ﻇﻠﻮﺍ ﻓﻲ
ﻣﻮﺍﻗﻌﻜﻢ....
ﺑﻨﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ ! ﻣﺎﺯﺍﻟﺖﻣﻮﺍﺟﻌﻨﺎ ﻣﻮﺍﺟﻌﻜﻢ ، ﻣﺼﺎﺭﻋﻨﺎ
ﻣﺼﺎﺭﻋﻜﻢ
ﺇﺫﺍ ﻣﺎ ﺃﻏﺮﻕ ﺍﻟﻄﻮﻓﺎﻥﺷﺎﺭﻋﻨﺎ... ﺳﻴﻐﺮﻕ ﻣﻨﻪ
ﺷﺎﺭﻋﻜﻢ.....
ﺃﻟﻴﺲﻛﺬﻟﻚ؟؟....
ﺑﻨﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻣﺎ ﺯﺍﻟﺖ ﻣﻮﺍﺟﻌﻨﺎ ﻣﻮﺍﺟﻌﻜﻢ ، ﻣﺼﺎﺭﻋﻨﺎ
ﻣﺼﺎﺭﻋﻜﻢ
ﺇﺫﺍﻣﺎ ﺃﻏﺮﻕ ﺍﻟﻄﻮﻓﺎﻥ ﺷﺎﺭﻋﻨﺎ ﺳﻴﻐﺮﻕ ﻣﻨﻪﺷﺎﺭﻋﻜﻢ..
......
ﺃﻟﺴﻨﺎ ﺃﺧﻮﺓ ﻓﻲﺍﻟﺪﻳﻦ؟
ﺃﻟﺴﻨﺎ ﺃﺧﻮﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻗﺪ ﻛﻨﺎ... ﻭ ﻣﺎﺯﻟﻨﺎ؟ ﻓﻬﻞ ﻫﻨﺘﻢ ﻭ
ﻫﻞﻫﻨﺎ؟؟ !!
ﺃﻳﻌﺠﺒﻜﻢ ﺇﺫﺍ ﺿﻌﻨﺎ؟؟ ﺃﻳﺴﻌﺪﻛﻢ ﺇﺫﺍ ﺟﻌﻨﺎ؟؟ ﻭ ﻣﺎ ﻣﻌﻨﻰ
ﺑﺄﻥ ( ﻗﻠﻮﺑﻜﻢ ﻣﻌﻨﻰ ) ؟؟
......
ﺃﻟﺴﻨﺎ ﻳﺎ ﺑﻨﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡﺇﺧﻮﺗﻜﻢ؟؟ ﺃﻟﻴﺲ ﻣﻈﻠﺔ ﺍﻟﺘﻮﺣﻴﺪ
ﺗﺠﻤﻌﻨﺎ؟؟ ﺃﻋﻴﺮﻭﻧﺎﻣﺪﺍﻓﻌﻜﻢ...
ﺃﻋﻴﺮﻭﻧﺎ ﻭﻟﻮ ﺷﺒﺮﺍ ﻧﻤﺮ ﻋﻠﻴﻪ ﻟﻸﻗﺼﻰ ﺃﺗﻨﺘﻈﺮﻭﻥ ﺃﻥ ﻳﻤﺤﻰ
ﻭﺟﻮﺩﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺍﻷﻗﺼﻰ؟؟ﻭﺃﻥ ﻧﻤﺤﻰ !
ﺃﻋﻴﺮﻭﻧﺎ ﻭ ﺧﻠﻮﺍ ﺍﻟﺸﺠﺐ
ﺃﻋﻴﺮﻭﻧﺎ ﻣﺪﺍﻓﻌﻜﻢ ﻭ ﺧﻠﻮﺍ ﺍﻟﺸﺠﺐ ﻭﺍﺳﺘﺤﻴﻮﺍ ﺳﺌِﻤﻦ
ﺍﻟﺸﺠﺐ ﻭﺍﻟﺮﺩﺣﺎ
.......
ﺃﺧﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﺧﺒﺮﻧﻲ ﻣﺘﻰﺗﻐﻀﺐ؟؟ ﺇﺫﺍ ﺍﻧﺘﻬﻜﺖ ﻣﺤﺎﺭﻣﻨﺎ
ﻗﺪ ﺍﻧﺘﻬﻜﺖ !
ﺇﺫﺍ ﻧﺴﻔﺖ ﻣﻌﺎﻟﻤﻨﺎ ﻟﻘﺪﻧﺴﻔﺖ ! ﺇﺫﺍﻗﺘﻠﺖ ﺷﻬﺎﻣﺘﻨﺎ ﻟﻘﺪ
ﻗﺘﻠﺖ !
ﺇﺫﺍ ﺩﻳﺴﺖ ﻛﺮﺍﻣﺘﻨﺎ ﻟﻘﺪﺩﻳﺴﺖ ! ﺇﺫﺍ ﻫﺪﻣﺖ ﻣﺴﺎﺟﺪﻧﺎ
ﻟﻘﺪﻫﺪﻣﺖ !
ﻭ ﻇﻠﺖ ﻗﺪﺳﻨﺎ ﺗﻐﻀﺐ ... ﻭﻟﻢ ﺗﻐﻀﺐ ! ﻓﺄﺧﺒﺮﻧﻲ ﻣﺘﻰ
ﺗﻐﻀﺐ؟؟
ﺇﺫﺍ ﻟﻠﻪ ..ﻟﻠﺤﺮﻣﺎﺕ..ﻟﻺﺳﻼﻡ ، ﻟﻢ ﺗﻐﻀﺐ !
ﻓﺄﺧﺒﺮﻧﻲ ﻣﺘﻰﺗﻐﻀﺐ؟؟
........
ﺭﺃﻳﺖ ﺑﺮﺍﺀﺓ ﺍﻷﻃﻔﺎﻝ ﻓﻲﺍﻟﺸﺎﺷﺎﺕ ﻛﻴﻒ ﻳﻬﺰﻫﺎ
ﺍﻟﻐﻀﺐ... ﻭ ﺭﺑﺎﺕ ﺍﻟﺨﺪﻭﺭﺭﺃﻳﺘﻬﺎ ﺑﺎﻟﺪﻡﺗﺨﺘﻀﺐ...
ﺭﺃﻳﺖ ﺳﻮﺍﺭﻱ ﺍﻷﻗﺼﻰ ﻛﺎﻷﻃﻔﺎﻝ ﺗﻨﺘﺤﺐ... ﻭ ﺗﻬﺘﻚ ﺣﻮﻟﻚ
ﺍﻷﻋﺮﺍﺽﻓﻲ ﺻﻠﻒ ﻭ ﺗﺠﻠﺲ ﺃﻧﺖ ﺗﺮﺗﻘﺐ !
ﻣﺘﻰ ﺗﻐﻀﺐ؟؟
......
ﺃﻟﻢ ﺗﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﺍﻷﻃﻔﺎﻝ ﻓﻲﺍﻷﻗﺼﻰ ﻋﻤﺎﻟﻘﺔ ﻗﺪ ﺍﻧﺘﻔﻀﻮﺍ
ﺃﺗﻨﻬﺾ ﻃﻔﻠﺔ ﺍﻟﻌﺎﻣﻴﻦﻏﺎﺿﺒﺔ ﻭ ﺻﻨﺎﻉ ﺍﻟﻘﺮﺍﺭ ﺍﻟﻴﻮﻡ
ﻻﻏﻀﺒﻮﺍ ﻭﻻ ﻧﻬﻀﻮﺍ !
ﺃﻟﻢ ﻳﻬﺰﺯﻙ ﻣﻨﻈﺮ ﻃﻔﻠﺔﻣﻸﺕ ﻣﻮﺍﺿﻊ ﺟﺴﻤﻬﺎﺍﻟﺤﻔﺮ !
ﻭﻻ ﺃﺑﻜﺎﻙ ﺫﺍﻙ ﺍﻟﻄﻔﻞ ﻓﻲﻫﻠﻊ ﺑﻈﻬﺮ ﺃﺑﻴﻪ ﻳﺴﺘﺘﺮ ! ﻓﻤﺎ
ﺭﺣﻤﻮﺍ ﺍﺳﺘﻐﺎﺛﺘﻪ ﻭﻻﺍﻛﺘﺮﺛﻮﺍ ﻭﻻ ﺷﻌﺮﻭﺍ !
ﻓﺨﺮّ ﻟﻮﺟﻬﻪ ﻣﻴﺘﺎ ﻭﺧﺮّ ﺃﺑﻮﻩﻳﺤﺘﻀﺮ........
ﺃﺭﺃﻳﺖ ﻫﻨﺎﻙ ﻓﻲ ﺟﻨﻴﻦ ﺃﻫﻮﺍﻻ ؟.. ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺍﻟﺪﻡ ﺷﻼﻻ؟
ﺃﺭﺃﻳﺖﺍﻟﻘﻬﺮ ﺃﻟﻮﺍﻧﺎ ﻭ ﺃﺷﻜﺎﻻ؟ ﻭﻟﻢ ﺗﻐﻀﺐ !!
ﻓﺼﺎﺭﺣﻨﻲ ﺑﻼ ﺧﺠﻞ ﻷﻳﺔﺃﻣﺔ ﺗﻨﺴﺐ

Ayat Waidza Saalaka Ibadi, dalam Ayat Puasa

Halimi Zuhdy

Mari kita analisis beberapa kalimat dalam Surat Al-Baqarah, Ayat 186

(وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِی عَنِّی فَإِنِّی قَرِیبٌۖ أُجِیبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡیَسۡتَجِیبُوا۟ لِی وَلۡیُؤۡمِنُو بِی لَعَلَّهُمۡ یَرۡشُدُونَ)

Kalimat اجيب دعوة الداع "Da'wata ad-Da'i/doa orang yang berdoa". Di sini, kata  دعوة (doa) didahulukan dari da'i (orang yang berdoa), menurut Munhil, doa apa pun yang dihaturkan kepada Allah akan didengar (mustajabah), bukan terletak pada kata "Da'i/Pemohon", siapa pun yang berdoa. Artinya, selama doa itu dipanjat, baik ia orang yang melakukan maksiat, banyak dosa, berbuat keburukan, orang yang didalimi atau bahkan orang kafir, maka didengar oleh Allah. 
Kemudian perhatikan kalimat;
أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
Syarat yang digunakan di atas adalah 
"Idza/ اذا", tidak menggunakan إن. Apa perbedaan keduanya? "Idza" berfungsi syarat yang sering terjadi (Katsrah al-wuqu'), berbeda dengan "in", yang digunakan untuk sesuatu yang jarang terjadi, bahkan mustahil untuk terjadi (mustahil lil uqu'). Contoh yang menggunakan "in";
قُلْ إِن كَانَ لِلرَّحْمَـٰنِ وَلَدٌ فَأَنَا أَوَّلُ الْعَابِدِينَ
Berbeda dengan 
إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ
Maka, dalam I'jaz al-Bayani dapat kita perhatikan, bahwa doa itu harus dilakukan sesering mungkin, tanpa henti, memperbanyak menengadah kepada Allah. Memohon kepada Allah dengan benar-benar berharap akan terkabulnya doa, serta merendahkan hati. Allah murka kepada hamba yang tidak berdoa padanya, dan mereka yang jarang berdoa, atau enggan berharap padanya adalah bukti kerasnya hati. 
 أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: من لم يسأل الله يغضب عليه. إسناده حسن.
Apabila seorang hamba benar-benar berdoa kepada Allah, maka Allah akan mengabulkannya. 

Dan yang menarik, jawab dari syarat "Idza Da'an" di dahulukan dari syaratnya yaitu "Ujibu Da'wata Da'i/Saya kabulkan doanya orang yang berdoa". Ini sebuah isyarah, bahkan betapa cepatnya dikabulkan sebuah doa, dan lebih mudah diterimanya. Serta, "Da'i" menggunakan kata tunggal (satu orang yang berdoa), tidak menggunakan "Da'watahum/doa mereka", ini menunjukan siapa pun yang memohon kepadanya akan mendapatkan ijabah. 

Allahu'alam bishawab

Refrensi, Tafsir Al-Qur'an Li Ibnu Asyur, Al-Islamiyat fi taamul Waidza saalaka Ibadi, Al-I'jaz Al Bayani Lil Qur'an wa masail Bani al-Azraq

Halimi Zuhdy
Khadim di PP. Darunnun Nun Malang

Hakikat Idul Fitri

Halimi Zuhdy

Hakikat Idul Fitri itu adalah mengamalkan Ayat "Walitukabbirullah 'Ala Mahadakum"

.... وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ
Surat Al-Baqarah 185

" ...dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur". 
 Mengagungkan Allah (ta'dhim), memuji (tsana') dan bersyukur dengan memperbanyak takbir (Allah Akbar, Allah Akbar, Allah Akbar). 

Mengapa mengagungkan Allah? karena Dialah yang memberikan nikmat yang luar biasa,  Allah yang mensyariatkan puasa yang di dalamnya terdapat banyak hikmah dan faidah, serta menjadi sebab seseorang berada ditingkat takwa, serta seorang mukmin diberikan kemudahan untuk menjalani puasa satu bulan penuh. 

مِنَّة الله تعالى على العباد بفرض الصيام كشريعةٍ تأخذ بيد المؤمنين إلى التقوى، وتيسّر لهم السبيل إليها، وتهيئهم لمزيد من القرب من الله تعالى ونيل رضوانه

Allah juga menurunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk (hudan) dan pembeda (furqan). Nikmat diturunkannya Al-Qur'an melebihi nikmat apapun di dunia.

مِنّة الله تعالى على عباده بشهر رمضان نفسه وزمانه، وما جعل الله فيه من فضائل كتنزيل القرآن، الذي هو أعظم المنن وأجلّ النعم

Allah memberikan keringanan (rukhshah) bagi orang yang tidak mampu berpuasa, atau bagi musafir dan orang sakit untuk berbuka dan menggantinya setelah ramadan. 

مِنّة الله على عباده بجعل رمضان أيامًا معدودات، والتماس الأعذار فيه لأصحاب الأعذار، والتخفيف عمّن لا يطيق الصيام لسبب أو لآخر

Dan Allah menegaskan "Allah menginginkan kemudahan, bukan kesulitan".

Inilah sebuah nikmat yang tiada tara, sehingga pantaslah kita untuk mengagungkanNya, memujiNya, dan bersnyukur padaNya. Bentuk mengagungkan dengan mengucapkan Allah Akbar (secara dhahir) serta bersyukur dengan merayakannya, berbagi bersedakah dan amalan-amalan lainnya. 

Idul Fitri bukan hanya sebuah perayaan biasa, tetapi sebuah pengagungan kepadaNya, Dialah Maha segalaNya, Maha Agung, Maha Besar, Maha Suci. Atas nikmat yang luar biasa, kita mensyukurinya dengan bersedekah, berbagi zakat fitrah, bersilaturahim, dan amalan-amalan lainnya yang dianjurkan. 

***********
Halimi Zuhdy sekeluarga mengucapkan Taqabbalallahuminna Waminkum Taqabval Ya Karim

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H

Selasa, 18 Mei 2021

Madza Ba'da Ramadan?

(Apa setelah Ramadan)

Halimi Zuhdy

"Latakun Ramadhaniyyan, kun Rabbaniyan!! Janganlah menjadi ahli ibadah di Bulan Ramadan saja, tetapi jadilah hamba yang rabbani (memiliki sifat yang Allah harapkan)". Ungkapan yang cukup masyhur di kalangan orang Arab. 

Ramadan telah berlalu. Walau tidak pernah diharapkan kepergiannya. Kepergiaannya sebuah keniscayaan, karena diganti dengan bulan setelahnya, syawal. Ramadan bukan hanya sekedar bulan, ia bulan penuh berbagai keistimewaan; ada kewajiban puasa, diturunkannya Al-Qur'an, iktikaf dan lainnya.
Ramadan bulan ikhtibar (ujian), penempaan, latihan, agar setelah selesai dari tempaan di bulan ini, ia menjadi manusia yang diharapkan lulusannya, Muttaqin (bertakwa).

Apakah ketika selesai Ramadan, selesai pula ibadah? Tidak. Ramadan adalah permulaan ibadah. Permulaan meningkatkan ibadah, dan penempaan diri di dalamnya. Ramadan bukan untuk Ramadan. Ramadan untuk  setelah Ramadan. Sama dengan, UAS (ujian akhir semester) bukan untuk ujian. Ia untuk melihat apakah selama sekolah dalam satu semester ada peningkatan atau tidak?. Maka, kalau nilainya kurang baik, berarti ia tidak sukses dalam belajarnya.

Setelah Ramadan adalah untuk melihat hasil dari apa yang dilakukan pada bulan Ramadan. Maka, yang paling banyak diungkapkan ketika hari raya adalah "Taqabbalallahuminna waminkum taqabbal ya Karim" dengan harapan apa yang telah dilakukan di bulan Ramadan diterima oleh Allah dan menjadi manusia yang bertakwa.

أيها الناس! إنكم قد صمتم لله ثلاثين يوماً، وقمتم لله ثلاثين ليلة، وها أنتم قد خرجتم الآن لتطلبوا من الله عز وجل أن يتقبل منكم ذلك

Seseorang yang telah melakukan puasa 30 hari, bangun malam 30 hari, dan setelah selesai melakukannya, hendaknya memohon kepada Allah agar diterima semua ibadah yang telah dikerjakan, demikian kata Umar bin Abdul Aziz. 

Yang seharusnya menjadi perhatian seseorang adalah diterimanya ibadah dari pada amal itu sendiri. Karena Allah hanya menerima ibadahnya orang yang beriman (muttaqin).

وقال على بن أبى طالب رضى الله عنه: «كونوا لقبول العمل أشد حرصاً منكم على العمل، أما علمتم أن الله تعالى يقول: «إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ».

Di antara tanda-tanda keberhasilan training Ramadan adalah mempertahankan atau juga memperbaiki apa yang telah dilakukan di bulan Ramadan. Ketika bulan puasa rajin bangun malam, ia mempertahankannya di luar Ramadan dengan bangun malam (qiyamul lail), demikian dengan mengaji Al-Qur'an, di luar Ramadan senang dan suka mengaji dan mengkaji Al-Qur'an, demikian juga dengan ibadah-ibadah lainnya. 

Keberhasilan ramadan dapat dilihat dua aspek; sulukiyan (perilaku) dan ruhiyah. Setelah ramadan, tidak lagi suka mengumpat, mencaci maki, sombong, iri, dengki dan sifat-sifat yang tidak baik lainnya. Demikian juga kata Dr. Karimah:

 إن من علامات قبول صيام العبد أن تكون أحواله العبادية والسلوكية بعد رمضان أفضل مما كان من قبله

Tanda-tanda diterimanya puasa Ramadan ada perubahan yang lebih baik setelah menjalani puasa, baik dari aspek ibadah dan perilaku.

Mudah-mudahan ibadah kita diterima oleh Allah, dan mampu mempertahankan kebaikan yang ada di bulan Ramadan, serta menjadi manusia yang lebih baik.

Jumat, 14 Mei 2021

Belajar Bahasa Arab itu Butuh Waktu

Halimi Zuhdy

Beberapa hari ini, ramai di media sosial tentang seorang Gus yang bacaan kitabnya dinilai salah (memang salah), tetapi saran saya untuk tidak dibesarkan-besarkan kesalahannya, kecuali hanya untuk memberikan pencerahan terhadap yang bersangkutan agar terus belajar dan belajar, karena manusia yang baik adalah mereka yang sadar akan kesalahannya kemudian bertaubat. Dan kehebatan saudara muslim itu adalah beramal yang baik (wa ‘amilushalihat) dan saling berwasiat kebenaran (watawasha bil haqqi), berniat untuk memberi nasehat bukan menjatuhkan, apalagi kemudian iri dan dengki, hal ini sudah masuk pada perangkap syaitan.
Tayyib, belajar bahasa Arab bagi seorang da’i itu merupakan sebuah kewajiban, karena sumber pokok dari ajaran Islam berbahasa Arab, Al-Qur’an dan Hadis. Belum lagi kitab-kitab al-turast al-islamiyah yang berbahasa Arab. Dan mempelajari bahasa Arab tidak hanya bisa dilakukan sehari dua hari, ia butuh waktu cukup lama, maka tidak sedikit santri di pondok pesantren sampai  harus menempuh puluhan tahun hanya untuk memperdalam kitab kuning, hal ini dilakukan, agar tidak salah dalam memberikan harkat yang kemudian salah dalam memaknai dan memahaminya. 

Ada sih kursus-kursus kilat, seperti “24 jam pintar bahasa Arab”, “1 bulan dijamin bisa baca kitab kuning”, “Tidak harus mondok lama-lama cukup dengan mentode Buraq, pasti bisa baca kitab” dan masih banyak tawaran-tawaran yang menggiurkan agar dapat menarik banyak peminat untuk kursus bahasa Arab dan kitab kuning. Apakah salah?, tidak juga. Tetapi yang perlu dipahami dalam belajar bahasa Arab itu adalah memngetahui dua hal, yaitu; Maharah Lughah (language Skill ) dan Anashir al-Lughah (elements of the language). Banyak yang belum memahami kedua hal tersebut, baik maharah al-lughah dan anashir al-lughah, sehingga menganggap sama dalam mempelajari keduanya. Maharah itu terdiri dari; mendengar, berbicara, membaca dan menulis.
Belajar maharah lughawiyah (skill bahasa) yang paling penting adalah mumarasah (pembiasaan) dan dilakukan sesering mungkin (muwadhabah), seperti anak kecil yang belajar kemahiran bahasa (skill), ia hanya butuh mendengar dan mendengar, kemudian berbicara. Semakin si anak banyak mendengar dan berbicara, semakin cepat penguasaannya dalam memahami setiap kata yang didengar, dan semakin cepat berbicara. Demikian juga dengan membaca dan menulis. Maka, jangan heran ketika seseorang yang hidup di madura, ia pinter berbahasa madura. Dan jangan heran, orang yang sedari kecil hidup di Arab, maka bisa dipastikan ia mahir berbahasa Arab (Min. mendengar dan berbicara). Yang aneh adalah, mereka yang berlama-lama di Arab, tapi tidak bisa berbahasa Arab. Maka, orang ini pasti kurang gaul. wkwkw. 

Tayyib. Bagaimana dengan Anashir Lughah (unsur bahasa)?. Cara mempelajari unsur berbahasa ini berbeda dengan belajar skill (kemahiran, maharat), tidak cukup dengan pembiasaan (mumarasah), mengulang-ulang (tikrar, muraja’ah), butuh keseriusan lebih, butuh waktu untuk mengkajinya dan menelitinya. Unsur-unsur bahasa tersebut; ilmu aswat, tarakib, dan mufradat. Terutama belajar Tarakib (nahwu dan sharraf). 
Bila ada pembelajar di pesantren atau sekolah yang hanya belajar ilmu alat (tarakib, nahwu atau sharraf), tetapi tidak memperaktikkanya, maka tidak akan bisa membaca kitab kuning. Dengan fenomina tersebut jangan heran ada yang hatam (bahkan hafal) Jurmiyah, Imrithi dan Alfiyah Ibnu Malik tetapi tidak mampu membaca kitab kuning. Karena pembelajar ini tidak mempraktikkan ilmu alatnya -sebagai cangkul- untuk menggarap sawah, hanya sekedar untuk dibuat hafalan. 

Belum lagi kalau pembelajar ingin memahami bahasa al-Qur’an (al-Arabiyah lil Qur’an), maka tidak cukup hanya dengan terjemahan kata perkata, butuh tambahan ilmu untuk mempelajarinya, seperti ilmu Balaghah dan beberapa ilmu lainnya. 

Belajar bahasa Arab itu butuh waktu, harus bersabar dan berlatih. Selain juga banyak mengkaji kitab-kitab berbahasa Arab dan menuliskannya. 

Allahu’alam bishawab

****** gambar di bawah
Struktur bangunan keilmuan Bahasa dan Sastra Arab

Manusia dan Masalah

Halimi Zuhdy

"Orang miskin punya masalah, orang kaya juga punya masalah. Orang tidak menjabat punya masalah, orang yang menjabat punya masalah. Orang yang berkeluarga punya masalah, yang tidak berkeluarga juga punya masalah. Yang memiliki anak punya masalah, yang tidak, juga punya masalah. Orang ganteng/cantik punya masalah, yang tidak, juga punya masalah. Pekerjaan apapun yang dipilih, akan hadir dengan berbagai masalahnya. Yang tidak memiliki kendaraan punya masalah, yang memilikinya juga punya masalah. Semua hadir dengan masalahnya?! Apakah kemudian harus lari dari masalah? Tidak kan?!"

*************
Manusia sejak diciptakan oleh Allah sudah disoal, dipermasalahkan, bahkan digugat keberadaannya oleh Malaikat. Ada dua gugatan pokok, yaitu penciptaan dan tingkah laku manusia di muka bumi. Tetapi kemudian dijawab oleh Allah "Sesungguhnya Aku tahu apa yang kalian tidak tahu".

Ketika Nabi Adam berada di surga, dengan segala keindahannya, tidak pernah diterima keberadaanya oleh syaitan, didengki dan diiri. Berbagai godaan pun tak mampu ditolak oleh Nabi Adam. Pohon keabadian (khuldi), ternyata tidak mengabadikannya di surga, kedengkian syaitan mengantarkan Nabi Adam diturunkan ke bumi. 

Demikian pula, ketika  manusia hadir di muka bumi, tidak pernah lepas dengan kedengkian, iri dan hasad kecuali yang hatinya diselamatkan dari berbagai godaan dunia yang menghantarkan manusia pada berbagai masalah-masalah sehingga terjadilah kerusakan-kerusakan.    

Di muka bumi, manusia hadir bukan untuk berbuat masalah atau mencari masalah yang menjadikan bumi rusak dan kotor dari berbagai intrik-intrik kesombongan. Manusia diturunkan ke bumi sebagai khalifah (Al-Baqarah,30), manusia juga sebagai makhluk pilihan Allah (Thaha, 122) untuk berbuat berbagai kemaslahatan di muka bumi dengan petunjukNya. Walau pernah digugat oleh malaikat, tetapi Allah lebih memahami keberadaannya. Manusia mendapatkan kepercayaan Tuhan, dengan berbagai resiko besar yang dihadapinya (Al-Ahzab, 72)

Mengapa tidak dipilih jin atau malaikat, atau makhluq lainnya sebagai khalifah di bumi?. Manusia dipilih Tuhan, kemudian diberi semua pengetahuan tentang nama dan konsep tentang benda-benda yang malaikat tidak mampu menjangkaunya (Al-Baqarah, 31). Karena, manusia dinilai dapat mengatasi berbagai masalah dan dapat memberikan yang terbaik untuk bumi. 

Manusia dihadirkan ke bumi sebagai khalifah, tentunya tidak pernah lepas dari berbagai masalah yang dihadapinya, karena suatu saat akan diminta pertanggungjawabnya olehNya. Tetapi, setiap masalah, sudah diberikan solusi-solusi olehNya, dengan berbagai utusan yang dihadirkan oleh Tuhan, dengan membawa kitab (sebagai petunjuk bagi yang lalai, atau kembali pada hakekat keberadaanya). Hudan linnasi wabayyinatin minal huda wal furqan. 

Masalah itu hadir, seringnya, karena masalah material. Maka yang dibawa Nabi bukanlah material, tetapi agama. Bagaimana agama mampu memberikan soluasi-solusi dari berbagai masalah dalam kehidupan manusia. Bukankah masalah bukan pada apa dan siapa?, tetapi bagaimana kemudian masalah menjadi sebuah masalah. Orang miskin punya masalah, orang kaya juga punya masalah. Orang tidak menjabat punya masalah, orang yang menjabat punya masalah. Orang yang berkeluarga punya masalah, yang tidak berkeluarga juga punya masalah. Yang memiliki anak punya masalah, yang tidak, juga punya masalah. Orang ganteng/cantik punya masalah, yang tidak, juga punya masalah. Pekerjaan apapun yang dipilih, akan hadir dengan berbagai masalahnya. Yang tidak memiliki kendaraan punya masalah, yang memilikinya juga punya masalah. Semua hadir dengan masalahnya?! Apakah kemudian harus lari dari masalah? Tidak kan?!.

Tayyib. Ada orang miskin tapi tidak menjadikan masalah dengan kemiskinannya, bahwa ia menjadikan syukur atas kemiskinannya (setelah berusaha). Ada orang yang tidak punya jabatan, malah bertambah syukurnya, karena amanah berat yang dipikulnya takut tidak mampu diembannya, yang akan menanggung dosa-dosa atas jabatannya.

Apakah Nabi tidak punya masalah? Wow. Masalahnya berlipat-libat dibandingkan dengan manusia biasa. Sampai-sampai ada tahun kesedihan (amm huzn), tetapi apalah larut dengan berbagai kesedihan dengan masalah yang berlipat-lipat?, ternyata tidak. Bahkan pujian-pujian terus mengalir padaNya atas berbagai nikmat yang telah dilimpahkannya, Fabiayyi ala irabbikuma tukadziban. Tidak ada manusia yang lepas dari masalah. Jangan anggap orang yang punya harta, tahta, kehormatan, dan keluarga tidak punya masalah, bisa saja lebih besar masalahnya. 

Masalah yang kemudian menjadi masalah, bila tidak mampu melihat masalah pada sisi kebaikannya, bukankah kehadiran masalah sebagai ujian untuk seorang mukmin? Di sinilah masalah diri, masalah hati, dan berbagai masalah muncul dengan berbagai dimensinya. 

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Masalah dan cara menghadapi masalah terletak pada keimanan seseorang, kepercayaan kepada Tuhan sangat berpengaruh pada bagaimana seseorang ketika berhadapan dengan berbagai masalah. Dan keyakinan kepadaNya, kehadiran masalah laksana kehadiran gelombang di lautan. 

Allahu'alam bishawab

Rabu, 05 Mei 2021

I'jaz Lughawi dalam Ayat "Waidza Saalaka 'Ibadi"

(Betapa dekatnya Allah, dan Menerima Setiap Doa)

Halimi Zuhdy

Ayat-Ayat dalam al-Qur'an ketika menggunakan kalimat berupa pertanyaan "Wa Yas'alunaka/mereka bertanya padamu" maka selalu diikuti dengan kata "Qul/katakanlah/jawablah (Muhammad)!" tetapi dalam Ayat ini tidak menggunakan kata "Qul", kata yang menghubungkan, agar Nabi yang menjawab pertanyaan/permohonan Allah. 
Tetapi, dalam Ayat di atas langsung menggunakan kalimat "Ujibu/saya kabulkan" Allah sendiri yang langsung menjawabnya. Hal ini menandakan, betapa cepatnya respon (diterimanya) doa seorang hamba. Dan keberadaan Ayat ini berada di Ayat-Ayat puasa, yang seakan-akan mengindikasikan doa di bulan Ramadan cepat dikabulkan oleh Allah swt. Dari sekian pertanyaan, hanya Ayat ini yang menggunakan "wa Idza saalaka Ibadi" sedangkan  Ayat lainnya menggunakan "Wayas'alunaka 'An". 
يَسْألونَكَ عَنِ الأنْفالِ قُلْ الأَنْفالُ
وَيَسْألونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلْ  الرُّوحُ
dan beberapa Ayat lainnya.

Mari kita analisis beberapa kalimat dalam Surat Al-Baqarah, Ayat 186

(وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِی عَنِّی فَإِنِّی قَرِیبٌۖ أُجِیبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡیَسۡتَجِیبُوا۟ لِی وَلۡیُؤۡمِنُو بِی لَعَلَّهُمۡ یَرۡشُدُونَ)

Kalimat اجيب دعوة الداع "Da'wata ad-Da'i/doa orang yang berdoa". Di sini, kata  دعوة (doa) didahulukan dari da'i (orang yang berdoa), menurut Munhil, doa apa pun yang dihaturkan kepada Allah akan didengar (mustajabah), bukan terletak pada kata "Da'i/Pemohon", siapa pun yang berdoa. Artinya, selama doa itu dipanjat, baik ia orang yang melakukan maksiat, banyak dosa, berbuat keburukan, orang yang didalimi atau bahkan orang kafir, maka didengar oleh Allah. 

Kemudian perhatikan kalimat;
أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
Syarat yang digunakan di atas adalah 
"Idza/ اذا", tidak menggunakan إن. Apa perbedaan keduanya? "Idza" berfungsi syarat yang sering terjadi (Katsrah al-wuqu'), berbeda dengan "in", yang digunakan untuk sesuatu yang jarang terjadi, bahkan mustahil untuk terjadi (mustahil lil uqu'). Contoh yang menggunakan "in";
قُلْ إِن كَانَ لِلرَّحْمَـٰنِ وَلَدٌ فَأَنَا أَوَّلُ الْعَابِدِينَ
Berbeda dengan 
إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ
Maka, dalam I'jaz al-Bayani dapat kita perhatikan, bahwa doa itu harus dilakukan sesering mungkin, tanpa henti, memperbanyak menengadah kepada Allah. Memohon kepada Allah dengan benar-benar berharap akan terkabulnya doa, serta merendahkan hati. Allah murka kepada hamba yang tidak berdoa padanya, dan mereka yang jarang berdoa, atau enggan berharap padanya adalah bukti kerasnya hati. 
 أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: من لم يسأل الله يغضب عليه. إسناده حسن.
Apabila seorang hamba benar-benar berdoa kepada Allah, maka Allah akan mengabulkannya. 

Dan yang menarik, jawab dari syarat "Idza Da'an" di dahulukan dari syaratnya yaitu "Ujibu Da'wata Da'i/Saya kabulkan doanya orang yang berdoa". Ini sebuah isyarah, bahkan betapa cepatnya dikabulkan sebuah doa, dan lebih mudah diterimanya. Serta, "Da'i" menggunakan kata tunggal (satu orang yang berdoa), tidak menggunakan "Da'watahum/doa mereka", ini menunjukan siapa pun yang memohon kepadanya akan mendapatkan ijabah. 

Allahu'alam bishawab

Refrensi, Tafsir Al-Qur'an Li Ibnu Asyur, Al-Islamiyat fi taamul Waidza saalaka Ibadi, Al-I'jaz Al Bayani Lil Qur'an wa masail Bani al-Azraq