Minggu, 28 September 2025

Santri Lugu, tapi Cerdas(Membincang Pemimpin Negeri)


“Pak Ustadz, saya mau tanya...”
“Apa itu, Mas?”
“Katanya Indonesia dulu dipimpin oleh Bu Hikmah. Tapi saya cari di buku sejarah, kok nggak pernah ada namanya?”

Ustadz tersenyum kecil. “Maksudnya bagaimana Mas?”

“Ya itu... saya pernah dengar kalimat ‘Indonesia dipimpin oleh Hikmah’. Saya kira itu nama orang, mungkin tokoh perempuan hebat bernama Bu Hikmah.”
Ustadz tertawa pelan. “Oh, begitu. Itu bukan nama orang, Mas. Itu kalimat dari dasar negara kita. ‘Dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan’.”

“Ooh... jadi maksudnya bukan Bu Hikmah?”
“Bukan, Mas. Tapi Hikmah—kebijaksanaan. Artinya, negara ini idealnya berjalan bukan dengan emosi, bukan dengan nafsu kekuasaan, bukan dengan suara mayoritas semata, apalagi dengan politik kotor. Tapi dengan hikmah, dengan kebijaksanaan yang lahir dari musyawarah dan perwakilan yang jujur.”

Wajah si anak muda berbinar. “Keren sekali, Pak. Jadi sejatinya, Indonesia itu dipimpin oleh Hikmah, bukan oleh orang-orang yang haus jabatan, bukan oleh kepentingan sesaat, tapi oleh kebijaksanaan.”

“Betul, Mas. Itulah cita-cita para pendiri bangsa. Mereka merumuskan kata ‘hikmat’ dengan sadar. Karena bangsa sebesar ini tak cukup hanya dipimpin oleh jumlah suara, tapi harus dengan kebijaksanaan yang bisa merangkul semua.”

“Luar biasa, Pak. Tapi... bagaimana caranya supaya Indonesia benar-benar dipimpin oleh Hikmah, bukan oleh nafsu politik atau kepentingan sempit?”

Ustadz menatap jauh, seolah menembus dinding masa depan. “Caranya sederhana, Mas, tapi berat. Hikmah itu lahir dari hati yang jernih, dari pemimpin yang mau mendengar, dari rakyat yang mau bermusyawarah dengan adab. Kalau pemimpin kita punya hati yang bersih, dan rakyat kita menjaga akhlak, maka hikmah itu akan hadir. Tapi kalau hati penuh dendam dan kursi jadi rebutan, maka yang memimpin bukan lagi hikmah, tapi ambisi.”

Anak muda itu mengangguk pelan. “Jadi, bukan Bu Hikmah ya Pak?”
“Bukan, Mas. Tapi lebih hebat dari sekadar seorang tokoh. Indonesia ini dititipkan untuk selalu dipimpin oleh Hikmah yang artinya kebijaksanaan. Dan tugas kita bersama, menjaga agar kalimat itu bukan hanya tulisan di dasar negara, tapi nyata dalam kehidupan bangsa.”

Halimi Zuhdy
Lirboyo, 18 Agustus 25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar