Jumat, 30 November 2012

Menuju Multaqa Thani Saudi Arabiyah #1

(cerita perjalan mengikuti Multaqa alumni Saudi Arabiyah)

                Beberapa bulan yang lalu saya mendapat sms dari panitia Al-Multaqa al-thani (pertemuan ke2) untuk mahasiswa alumni Saudi Arabiyah untuk mengikuti acara multaqa yang diadakan oleh yayasan Shunduk Khairi al-ta’limi yang disponsori oleh Awqaf al-rajhi di Jakarta. Antara senang dan sedih saya belum bisa menjawab sms tersebut, senangnya meninggalkan banyak kewajiban dirumah, seperti pengajian rutin dibeberapa tempat dan kewajiban mengantarkan anak sekolah, senangnya karena bisa bertemu dengan alumni dari berbagai universitas Saudi seperti King Saud University, Ummul Qura, Madinah Universty, Imam Muhammad Ibnu Saud Al-Islamiyah, juga bisa mendapatkan angin segar dari beberapa du’ad dan muallim dari Saudi.
                Setelah mempertimbangkan beberapa hal, akhirnya saya memutuskan untuk berangkat bersama 3 orang dari Malang,  dua orang lulusan lulusan dari jami’ah Imam, sedangkan saya sendiri dari lulusan King Saud University. Ternyata tidak semua teman-teman alumni diundang, hanya utusan dari beberapa daerah dan dari beberapa universitas. Saya kemudian memantapkan diri untuk berangkat lewat jalur darat, kereta api, mengapa pilihanya kereta api?, kata teman saya naik kereta api sekarang lebih nyaman dan enak, berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, disamping kebersihannya, juga keamanannya. Kalau dulu naik kereta bisa pesan tiketnya bisa dari calo, dan bahkan banyak tertipu oleh calo, kalau sekarang harus menggunakan ktp sendiri, dan ketika naik antara nama di tiket dan ktp harus sama. Kata teman juga, kalau dulu semua orang sampai kambing-kambing dimasukkan, kalau sekarang tidak lagi, semuanya bisa duduk dan dijamin mendapatkan fasilitas, itu yang Ekonomi. Sedangkan yang ekskutif pastinya berbeda.
                Mendengar cerita teman cukup menarik, akhirnya saya survei ke stasium Kota Baru, ternyata keadaan sudah berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, anteriannya cukup rapi, pelayanannya menarik dan ramah,  dan tampak orang-orang lebih tenang menunggu kereta api datang, Ini membuktikan ada perubahan dahsyat dari pelayanan kereta. Kemudian saya melihat beberapa jalur tujuan yang terpampang di dinding, sangat jelas dan informatis sekali, karena saya tidak membawa bulpain untuk mencatatnya, saya masuk keruang informasi di samping ruang pembelian tiket, ternyata papan informasinya lebih mendetail, dan disediakan brosur seluruh jalur antar daerah, dengan harganya dari harga 51 ribu sampai 700 ribu rupiah. Tinggal kita memilih ingin yang ekonomi, eksekutif, bisnis atau yang lainnya.
                Setelah merasa cukup mendapatkan informasi dari stasiun kereta api, saya pulang dan menemui ustadz Selamat Daraini, salah satu teman yang ingin berangkat, sedangkan ustadz wahid tidak jadi berangkat dikarenakan banyak meninggalnya jam mengajarkan di kampus. Kami pun berbincang-bincang, eh ternyata ada perubahan rencana, setelah mempertimbangkan lamanya perjalanan naik kereta api, sedangkan multaqa dimulai hari Kamis jam 8 waktu Jakarta, kami pun memutuskan untuk naik pesawat.
                Memutuskan naik pesawat bukan tanpa pertimbangan, selain efisiensi waktu juga pertimbangan keuangan, kalau naik kereta membutuhkan waktu 19 jam ke Stasium Kota Jakarta,  kita akan terlambat 2 hari, belum tubuh yang digoyang-goyang sampai sehari lebih, wkwkwkw. Tapi kalau naik   pesawat kita hanya terlambat 1 hari, tubuh masih lumayan bertenaga untuk sampai ke Jakarta. Keuangan juga berfareasi, kalau naik kereta api ekonomi hanya 51 ribu rupiah, ada yang 160 ribu, mungkin juga ada yang 2 ratus ribu. Tapi kalau naik kereta api ekskutif bisa menghabiskan uang 3 ratus ribu sampai 6 ratus ribu rupiah. Pesawat juga berfareasi, kemarin (28/11/2012) harga Sriwijaya Air 590 ribu, Batavia Air 495 ribu, Garuda Air di atas 700 ribu sampai 1juta.
                Setelah mendapatkan tiket pesawat terbang, kami pun mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk menuju Jakarta, yang tidak boleh lupa adalah laptop dan buku, sebagai teman yang indah dan mengasyikkan, buku-buku ringan untuk dibaca di pesawat dan kendaraan.
                Penerbangan pesawat jam 14.00 dari Bandara Abdurrahman Saleh, kami sempat dibuat was-was karena jam 13.10 menit belum menemukan sopir mobil, takut terlambat, kami memanggil taksi dari nomor 0341404040, 0341484848, 0341424242, 0341717171, ternyata semua taksi yang kami hubungi tidak ada ditempat, was-was pun semakin menjadi-jadi, kami mencoba menghubungi lagi, jawabannya pun sama, setelah beberapa kali alhamdulillah salah-satu nomor di atas bisa dihubungi, berharap datang 5 menit berikutnya, eh...lagi-lagi hati kami dibuat was-was, yang kita tunggu tak kunjung tiba, waktu semakin melesat, harapan tinggal setengah jam, jika kami terlambat hanguslah tiket dan harapatn ke Jakarta bisa pupus, tapi alhamdulillah ia datang dan dijalan tidak terlalu macet, kami sampai di bandara jam 13.50 menit. Kami pun membayar uang tunggu 11 ribu, asuransi 20 ribu, kalau dulu hanya dikenai uang 6 ribu, kalau naik dari bandara Surabaya sampai 60 ribu.
                Jam 14.00 wib pesawat lepas landas menuju Jakarta, ada sesuatu yang mengusik hati di dalam pesawat, teman duduk sangat cuek sekali, saya ajak bicara tidak terlalu merespon,  tapi saya khusnudhan saja mungkin ia ingin menikmati tidur, atau dalam kondisi yang kurang sehat atau yang lainnya, saya langsung membayangkan naik dokar, mobil, kereta api dan bis, lebih nikmat dari pesawat, wkwkwkw. Perjalanan serasa kurang asyik, Karena setiap saya naik kendaraan pasti membangun silaturrahmi dengan orang yang disamping saya, minimal tahu keadaannya, alamatnya dan tentu namanya.  Tapi dengan kesabaran menunggu reaksi teman di sebelah saya, alhamdulillah dia pun sedikit merespon walau waktu mendarat tinggal 5 menit, tapi tidak menjadi persoalan, yang penting saya sudah punya saudara.
                Sampai di Bandara Sukarno-Hatta jam 15.30 wib, kami langsung mencari tempat sujud, agar perjalanan menjadi lebih barakah, kalau mengikuti ego, bisa langsung mencari angkutan khusus bandara “Damri” agar lebih cepat sampai ditujuan, tapi pilihannya kami kehilangan waktu salat. itu yang kita tidak inginkan. Setelah shalat, kami menunggu angkutan jurusan Pasar Minggu, tujuan Hotel Kaisar Duren 3. Kami kira menunggu angkutan sekitar 10 menit ternyata sampai 3 jam, dari jam 16.20 sampai 18.30. sungguh melelahkan, ternyata dalam perjalanan kemacetan cukup panjang, dari Universitas Trisakti sampai Duren, kami sampai di Hotel jam 21.30, kemudian kami cek in. Malam itu kita nikmati Duren 3 yang dipenuhi dengan gemerlap gemintang yang malu-malu menyambut datangnya kami.
Bersambung Menuju Multaqa Thani #2


                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar