Sabtu, 30 Mei 2009

MEMAHAMI WAKTU (Dari Berbagai Segi)



Halimi Zuhdy

Bagi seorang prajurit, waktu diibaratkan sebagai pedang. Pedang yang mempunyai sisi tajam, dapat merobek, membelah dan meruntuhkan benda-benda yang ada disekilingnya. Ketajaman pedang dan ketangkasan pemiliknya bisa menghabisi beribu-ribu nyawa. namun sebaliknya ketajaman pedang tanpa ketangkasan pemiliknya ia akan terbelah dan hancur dengan pedang yang tajam juga. Waktu adalah pedang, waktu dan pedang tidak akan pernah bermanfaat jikalau tidak dimanfaatkan, waktu akan berjalan begitu saja sesuai dengan perputaran bumi, pedang akan karat dan tidak bermanfaat jikalau sang pemilik tidak pernah mengasahnya dan mempergunakannya. Pedang bisa membunuh, mengambil buah, memotong kayu dan dapat dibuat alat untuk berbagai hal, tinggal bagaimana sang pemilik pedang dalam berkreatifitas.
Berbeda dengan pengusaha atau bisniman, waktu bukanlah pedang, namun waktu adalah uang. Dia akan selalu memamfaatkan waktunya dengan baik dengan strategi yang terencana, agar tidak rugi dalam berdagang atau berinfestasi. Satu menit saja lalai dalam penggunaan waktu, maka kerugian bisa bermiliaran. Waktu akan terus mengalir mengitari hidupnya, taruhan hidupnya adalah waktu itu sendiri. Sampai-sampai ada adagium yang mengatakan ”jika kamu dikalahkan waktu, maka kamu akan mati, jika kamu dapat menundukkan waktu maka kamu adalah raja penguasa jagat”. Betapa berharganya waktu bagi bisniman.

Waktu bagi siapapun yang mengaku hidup, atau masih merasakan manis -pahitnya dunia. Bagi seorang thalib ‘ilmi (pelajar), waktu adalah kecerdasan, kepintaran, keintelktualan dan kesuksesan. Kecerdasan dan keentektualan adalah bukti dari hasil ketekunan dalam membaca dan menganalisa. Membaca dan ketekunan proses dari keterlibatannya dengan waktu. Jika seorang pelajar mampu membagi, memamfaatkan dan memenej waktu dengan baik, maka ia akan mencadi cerdas dan pintar. Karena segala waktunya sudah termenej dan tertata. Baginya waktu adalah ilmu. jika seorang pelajar menyia-nyiakan waktunya, ia akan bodoh. Kebodohan bagi seorang pelajar adalah awal dari kerugian luar biasa, tidak adapt diukur dengan apapun. Karena belajar dan mencari ilmu baginya adalah keindahan.
Waktu bagi pencuri adalah kesuksesan dan kecelakaan. Jika seorang pencuri bermaksud mencuri di suatu tempat, dengan waktu yang sudah terancang, jam 02.30 misalnya, karena jam 04.00 pemilik rumah akan bangun. Maka, jika hal itu terjadi ia bisa celaka dan akan tertangkap. Maka waktu yang cukup singkat bagi mereka adalah waktu anatra kesuksesan dan kecelakaan. Lengah dalam melaksanakan, kehancuran akibatnya. Namun jika ia memanfaatkan waktunya yang singkat itu dengan baik,
Waktu bagi pemulung adalah setumpuk sampah, jika mereka terlambat untuk mengambilnya, karena kedahuluan oleh pasukan kuning. Maka sampah-sampah tempat mencari nafkah lenyam, akhirnya mereka tidak dapat mengumpulkannya sesuai dengan target. Pemulungpun harus punya kedisiplinan waktu.



Rabu, 27 Mei 2009

DISIPLIN DIMULAI DARI MANA


Halimi Zuhdy

Disiplin adalah hal yang mudah diucapkan namun sulit direalisasikan. Kesulitan tersebut karena banyak faktor yang mendukungnya. Diantaranya, kurangnya kesadaran terhadapat pentingynya disiplin, tidak memahami faidah disiplin, lingkungan yang tidak mendukung, kurangnya motifasi internal dan eksternal.
Disiplin adalah sebuah pekerjaan kontinuitas dan sesuai dengan tatanan yang berlaku, atau sesuai dengan peraturan yang sudah ada. Di Indonesia sering kita mendengar istilah budaya karet, budaya karet itu muncul dari ketidak disiplinan pada waktu, sering molor atau tidak tepat pada waktu yang telah ditentukan. Karet benda yang elastis dan mengkerut. Ketika mengkerut maka ia tidak punya konsistensi untuk tetap pada keinginan semula.

Menciptakan budaya disiplin, akan dirasa sulit jika tidak ada kesadaran dan memahami fungsi atau faidah dari disiplin. Namun sebaliknya jika seseorang mampu memahami disiplin maka ia tidak akan pernah lengah dan berleha-leha dengan kesempatan yang telah diberikan.



Kedisiplinan adalah kunci kesuksesan, mengapa tidak. Jika seseorang melakukan dengan perencanaan dan melakukan sesuai dengan perencanaan tersebut. Maka ia berarti sukses. Misalnya, ketika seorang karyawan perusahaan diundang untuk mengikuti rapat penting dan mendesak, menyangkut kenaikat pangkat dengan beberapa posisi yang harus ditempati, karena baru saja perusahaan tersebut ada masalah, seandainya waktu satu setengah jam saja tidak ada yang menempati posisi tersebut maka perusahaan akan menuai banyak kerugian. Sang karyawan yang dijagokan, untuk menempati posisi penting tersebut, ternyata datang terlambat, karena merasa bahwa tidak akan ada orang yang mampu menempati posisi yang dimaksud tersebut. Ia tidak paham bahwa, posisi itu adalah hanya bagian penting, namun yang lebih penting dan mendesak adalah adanya orang yang duduk ditempat itu pada jam yang telah ditentukan. Maka, ketika karyawan itu terlambat samapai setengah jam, posisi yang ia dambakan lenyap karena ketidak disiplinannya pada jam undangan yang sudah tertera pada surat tersebut. Ia menyesali perbuatannya, namun tidak ada penyesalan diawal pekerjaan. Sehingga ia harus menerima akibat kelalaian dan ketidak disiplinannya.

Betapa pentingnya arti sebuah disiplin. Orang yang tidak disiplin berarti ia adalah orang yang menyia-nyiakan kesempatan yang sudah ada didepan matanya. Pertanyaannya adalah, dimulai dari mana belajar disiplin?.
Sering kali kita menyepelkan ajakan Tuhan, yaitu azan dan iqomah. Ketika azan dikumandangkan, sebagai tanda memasuki ruang-ruang rohani (sholat), kita sering berfikir bahwa itu adalah tanda bukan sebuah persiapan untuk melakukan aktifitas rohani dengan yang Maha Mulia. Yang sering muncul kadang ketika mendengar azan “masih belum Iqomah”, setelah iqomah “masih satu rakaat, tinggal 3 rakaat lagi, yang penting dapat pahala jamaah”. Ketika hal itu sering disepelekan maka akibatnya adalah hilangnya roh kedisiplinan dalam diri kita. yang pada hekekatnya ajakan/azan adalah persiapan untuk melakukan sholat jamaah tepat waktu.

Hadist Nabi saw. Mengajak untuk melakukan disiplin, ajakan ini tertera dalam aktifitas sholat jum’at. Dengan beberapa pahala yang dijanjikan. Dan pahala tersebut disesuaikan dengan kedisiplinananya. Jika seseorang berangkat ke masjid pada waktu pagi ia akan mendapatkan unta, jika menjelang siang ia akan mendapatkan kambing, jika khatbah belum dibacakan ia akan mendaptkan ayam, jika khatbah sudah dibacakan maka ia mendapatkan telur, namun jika sholat Jum;at suddah ditegakkan, maka ia tidak akan memperoleh pahala karena ketidak disiplinanya.
Mulailah belajar disiplin dari sholat


Selasa, 26 Mei 2009

AKU TERSENYUM DUNIA PUN TERTAWA



Halimi Zuhdy
Suatu pagi Laila bermain-main dengan bonekanya, sedangkan sang ayah sibuk dengan tugasnya yang harus diselesaikan dengan segera karena jam 08.00, akan didiskusikan, sehingga ia sibuk menyiapkan segalanya. Keduanya sibuk dengan aktifitasnya masing-masing, sesekali Laila berteriak dan berbuat gaduh, sedangk
an ayahnya dengan penuh konsentrasi mengerjakan tugasnya.

Sesaat kemudian Laila menghampiri sang ayah. Ia bertanya “ayah, kapan aku dibelikan boneka yang lebih besar dan dapat bicara denganku,” sebelum ayah menjawab, ia bertanya lagi, “ayah, ada tidak boneka yang bisa membaca dan menggambar,”. Sang ayah tersenyum dengan sedikit mengercitkan dahinya, “kalau ada uang, nanti kita beli bersama-sama di Mitra”. Laila diam, dan melanjutkan permainannya, sedangkan sang ayah konsentrasi kembali, melanjutkan pekerjaan, namun sebentar kemudian Laila datang dan bertanya “ayah ini gambar apa?. Ayahnya menjawab “ini gambar monyet”.



Ia bertanya lagi “monyet kok ada buntutnya ayah”, sang ayah diam, dan sedikit kesel namun ia tidak menampakkan kekesalannya, karena anak sekecil; itu tidak baik untuk dimarahi gumam sang ayah dalam hatinya. Dengan penuh kesabaran sang ayah menjelaskan hal itu, setelah selesai, sang ayah berkata “ayo.. kesana, lanjutkan permainanmu, ayah lagi sibuk”.

Berselang lima menit Laila kembali lagi dengan banyak pertanyaan, sang ayah sedikit kesal dan berfikir keras agar anaknya tidak banyak bertanya lagi, ia mencari ide, “kalau anak ini disibukkan dengan hal lain mungkin tidak akan menggangguku lagi,” gumam sang ayah. Ia mencari majalah bekas yang di dalamnya dipenuhi gambar, dan ia mengguntingnya”. “Laila..,! kalau kamu dapat menyusun gambar ini ayah beri hadiah, dan jangan kembali kesini sebelum gambar ini tersusun dengan benar dan rapi”. Ia pikir anaknya tidak akan sanggup melaksanakan pekerjaan itu, kerena cukup sulit dan untuk orang dewasa.

Tapi sang ayah salah menduga, beberapa menit kemudian Laila kembali “ayah-..ayah, Laila dapat menyelesaikan dengan cepat, ini mudah sekali ayah..!”. sang Ayah bingung, bagaimana ia dapat menyelesaikan pekerjaan secepat dan sesulit itu?. Ayah bertanya “ayo..yang menyusun siapa, minta bantuan ibu ya..!”, Laila membantah “Laila…yah, kan dibaliknya ada gambar bonekanya, dan boneka digambar itu kesayangan laila, mudah saja wong Laila hafal,”
Sang ayah terdiam, ia kalah dan harus memberi hadiah dan menghadapi ocehan anak itu.

Sobat, sering kali kita meremehkan anak kecil, meremehkan kemampuan berfikir, bernalar, dan prilakuku mereka sering kita anggap kekanak-kanakan meskipun mereka benar adalah anak-anak. Egois kita pertahankan bahwa kita lebih kuat, lebih pintar, lebih cerdas. Kadang kita beranggapan bahwa kita pendidik dan sok dewasa, seedangkan anak-anak adalah murid dan masih buta.

Namun saying kita salah, buktinya Laila ia mampu melakukan dan membuktikannya. Kita sering kali menganggap dunia ini sebagai sesuatu yang sulit. Dunia, dalam pikiran kuita, adalah potongan gambar-gamabar yang tak runut. Potongan-potongan itu pulalah yang kita susun dengan perasaan takut.
Dunia, bagi kita adalah tempat segala masalah bersatu. Dan kita merangkainya dengan hati penuh pilu, dengan kata lain, dunia, bagi kita, adalah layaknya benang kusut yang penuh dengan keruetan, ketidakteraturan, dan kesumpekan.

Dunia, sering kita gambarkan amarah, murka, kejam, penuh dengan kenestapaan. Padahal kalau kita mau menjenguk dunia dengan sisi lain kita akan menemukan keindahan yang tidak terkira, dengan cinta dan kesejahteraan. Tinggal kita mencermati dan memilih, rangkaian dunia mana yang akan kita susun? Dunia yang penuh angkara atau dunia yang penuh dengan cinta? Semuanya kembali pada kita! Kita tinggal memilih, namun ingat “apa yang kita rasakan karena apa yang kita pikirka”, dunia akan tersa sempit jika kita tidak pernah tersenyum pada dunia, namun dunia akan indah jika kita bersahabat dengan dunia. Apa yang ada itu karena perasaan dan pikiran kita, dunia akan tersenyum jika kita tersenyum, karena yang berfungsi dan aktif adalah pikiran kita, seddaangkan dunia apa yang ada dalam pikiran kita
Jika kita kena musibah tapi sabar dan mencoba tersenyum maka musibah merubah cinta dan keindahan, namun jika musibah adalah sebuah permasalahan yang besar dan lakna,t maka duka itu yang kita alami dan sesal seumur hidup. Kesedihan dan keindahan dapat dibentuk dengan pikiran………..kita kita tinggal memilih.

BANYAK BACA BANYAK TAHU
BANYAK TIDUR CEPAT MATI
BANYAK MENULIS BANYAK IDE
BANYAK BERBICARA BANYAK SALAHNYA
BANYAK DIAM SELAMAT
BANYAK OLAH RAGA SEHAT
BANYAK BELANJA HABISKAN PULUS
BANYAK MAKSIAT BANYAK DOSA
BANYAK SANTAI BODOH
BANYAK BERZIKIR DICINTA TUHAN
BANYAK SHOLAT MENJADI SEHAT
BANYAK MELAMUN PUTUS ASA
BANYAK BERFIKIR CERDAS
BANYAK BELAJAR PINTAR
BANYAK MAKAN BERPENYAKITAN
BANYAK MENGELUH AKAN SUSAH DAN SENGSARA
BANYAK KEINGINAN UNTUK DIHORMAT DAN DIPUJI AKAN MENUAI KEKECEWAAN
BANYAK PERMOHONAN TIDAK AKAN TENANG
BANYAK REFRESING BANYAK KERUGIAN
BANYAK ANGAN BANYAK TUNTUTAN



Senin, 25 Mei 2009

CINTA DAN KUTU BUSUK


Halimi Zuhdy  

Subuh jam 04.01 WIB, seperti biasanya saya membangunkan santri untuk sholat jamaah di masjid, ketika saya masuk ke salah satu kamar santri, ada di antara mereka yang misuh-misuh dengan nada geram dan luapan amarah penuh kesal, “jancuk, kurang ajar kamu”, saya kaget, kenapa ia sampai misuh-misuh seperti itu.

Eh, tak tahunya ia lagi berperang dengan seekor kutu busuk, dengan gilanya ia meremas-remas bahkan membakarnya. Kenapa ia harus marah dengan luapan emosi yang tinggi, padahal yang dihadapi hanya seekor kutu busuk, yang tidak mungkin melawan apalagi membalas dengan ocehan-ocehan yang lebih sengit. Sungguh ironis dan kadang tidak masuk akal, mengapa santri –yang katanya alim- tega-teganya membunuh dengan nafsunya dan dengan makian dan cacian yang mungkin sang kutu busuk tidak paham dengan kata-katanya itu, ia hanya bisa pasrah dan kalau ada kesempatan lari, tapi kalau tidak, ia tidak akan berbuat apa-apa; diinjak, ditindih, bahkan dibakar ia tetap pasrah.



Tidakkah kita ingat, kisah Ali bin Abi Tholib sahabat dan juga keponakan Nabi saw, yang tangannya terhenti kaku untuk mematahkan leher musuhnya yang sudah ada di hadapannya hanya gara-gara musuhnya meludahi mukanya. Ali tidak menebaskan pedangnya, karena ia takut, jangan-jangan ia membunuh bukan karena kecintaannya pada Allah swt, tapi karena nafsunya yang lebih dikedepankan karena meludahi mukanya. Atau kisah Sunan Bonang yang menangis tersedu-sedu dan beristighfar tiada henti-hentinya, gara-gara ia mencabut rumput dengan tidak sengaja. Atau kisah Nabi Sulaiman as yang menghentikan seluruh pasukan besarnya yang terdiri dari seluruh jenis makhluk, hanya gara-gara di depannya melihat semut kecil. Juga kisah Nabi Ayyub as yang tak kalah mengharukan, setiap kali ia ingin sholat, dengan sabarnya ia mengambil dan meletakkan ulat-ulat yang menggerogoti daging-dagingnya, kemudian dikembalikan ketubuhnya setelah selesai shalat, dan membiarkannya melahap kembali sisa-sisa daging yang masih tersisa balik tulang-tulangnya.

Sungguh, betapa indah kehidupan mereka, yang hidup di dunia yang belum mengenal istilah HAM (Hak Asasi Manusia) HAH (Hak Asasi Hewan), HAT (Hak Asasi Tumbuhan) dan belum mengenal pasal-pasal, bab-bab tentang itu semua, tapi mereka dapat hidup damai, sejahtera, tanpa meluapkan nafsu amarah yang tidak pada tempatnya, saling hormat menghormati dan menghargai sesama makhluq baik yang bernyawa atau tidak. Mereka hanya patuh pada nurani yang bersumber pada ajaran Tuhan.

Sedangkan kita masih bebas membantai hewan-hewan, mencabuti tumbuh-tumbuhan tanpa etik, mencemari sungai-sungan dan lautan, dan mencaci maki bahkan membunuh manusia-manusia yang hanya mencolek perasaan kita, sedangkan setiap hari kita disuguhi undang-undang kemanusiaan (rule of live), ajaran-ajaran agama, ceramah-ceramah yang tidak pernah sepi. Apa sebenarnya yang salah pada diri kita?, apa nurani-nurani kita terlalu kotor sehingga cahaya-cahaya iman tidak mampu lagi memberikan pencerahan. Atau kita terlalu sombong berlaga seperti Tuhan dengan seenaknya membunuh makhluq-makhluq yang tidak berdosa. Sedangkan Tuhan pun –yang memiliki kehidupan kita- tidak mudah menyiksa, menyakiti, dan membunuh meskipun jelas-jelas hamba-hambanya bermaksiat, membuat onar di muka bumi dan menyekutukan-Nya, Dia masih memberi rizki, kasih-sayang dan kenikmatan yang tak terkirakan.
Di manakah hati nurani kita,? [ ]


Jumat, 22 Mei 2009

TEMBANG CINTA


Halimi Zuhdy

Seringkali kita saksikan berbagai pertunjukan tembang-tembang cinta untuk Rasul saw, dengan berbagai apresiasi, ekspresi dan aksi, bahkan akhir-akhir ini ritme-ritme musik yang mengirinya cukup bervariasi baik dari kelas bawah (tradisional) dengan menggunakan hadrah, sampai kelas atas (modern) yang tidak ada bedanya dengan musik-musik rock, jaz, pop dan rock ‘n roll seperti menggunakan dram, gitar, piano dan lainnya. Ada juga, entah, kelas apa namanya yang tidak menggunakan alat-alat musik, mereka hanya asyik masyuk dengan suara-suara merdunya.


Saya sendiri cukup kagum dan merinding ketika mereka asyik menembangkan, melagukan, mendendangkan lagu-lagu cintanya pada sang Rasul saw, dan memang seharusnya ungkapan-ungkapan itu terus mengalir dari umatnya, karena ia adalah manusia luar biasa yang harus diteladani, disanjung dan bahkan seluruh aktivitasnya terekam dalam jiwa-jiwa mereka.
Suatu hari Urwah AL-Tsaqafi, salah seorang utusan Makkah melaporkan kepada kaumnya, “orang Islam itu luar biasa! Demi Allah, aku pernah menjadi utusan menemui raja-raja. Aku pernah berkunjung kepada Kaisar, Kisra, dan Najasi. Demi Allah, belum pernah aku melihat sahabat-sahabat mengagungkan Muhammad. Demi Allah, jika ia meludah, ludahnya selalu jatuh pada telapak tangan salah seorang di antara mereka. Ia usapkan ludah itu kewajahnya dan kulitnya. Bila ia memerintah, mereka berlomba melaksanakannya; bila ia hendak berwudhu, mereka hampir berkelahi untuk memperebutkan air wudhunya. Bila ia berbicara, mereka merendahkan suara di hadapannya. Mereka menundukkan pandangan di hadapannya karena memuliakannya (shahih Bukhari 3 :255). Dan dalam peristiwa lain, Ummu Sulaym menampung keringat beliau pada sebuah botol, sedangkan beliau dalam keadaaan tidur, dan setelah bangun, Nabi Saw bertanya, “apa yang kamu lakukan wahai Ummu Sulaym?” ia menjawab, “Ya Rasulallah, kami mengharapkan berkahnya buat anak-anak kami.” Mendengar, Nabi Saw. Bersabda, “Ashabti, Engkau benar (Musnad Ahmad 3 : 221-226)
“kultus individualkah” yang dilakukan mereka? Atau bahkan syirk? tanyakanlah pada nurani kita masing-masing, sedangkan beliau tidak pernah menegur apalagi melarang sahabat yang melakukan demikian, bahkan ia menganjurkannya. Ketika Majnun mencium dinding rumah layla, Ia menciumnya karena kecintaannya, ia tidak menyekutukan Tuhan. Ketika seorang perempuan mendekap pakaian suaminya yang meninggalkannya dan membasahinya dengan linangan air mata, ia tidak terlibat dalam perbuatan syirk. Ia sedang mengekspresikan kerinduannya pada suaminya.
Cinta yang tulus tidak dapat disembunyikan. Cinta yang sejati merindukan bukti. Apakah kita akan menyalahkan mereka yang meraung-raung menangis, meronta-ronta sambil bersalawat, berjingkrak-jingkrak sambil mengalirkan air mata, mengayun-ayunkan kepala, badan dan tangan untuk mengekspresikan kecintaanya. Selama di sana ada cinta maka di sana pulalah berbagai macam ekspresi dan aksi akan terungkap.
Dan di antara bukti kecintaanya padanya adalah mengenang dan memuliakan, atshar, yakni apa saja –peristiwa, tempat dan waktu- dengan apa yang ia lakukan. Dan nikmat menyebut namanya –bersalawat-, gemetar mendengar alunan-alunan pujian padanya, dan ia tidak pernah bosan melantunkan nama-namanya yang mempesona –Muhammad- itulah nama pribadi yang menggetarkan jagat raya, memadamkan api kisra yang menyala berabad-abad, meruntuhkan tembok-tembok perkasa ketika tampak cahaya kelahirannya. Karena mereka tahu Nabi Saw. Adalah kekasih Tuhan, yang tanpa dia tidak akan diciptakann alam semesta ini. Semuanya menjadi kecil, jika namanya menguap ke berbagai sudut dan sendi-sendi peradaban. [ ]


Selasa, 19 Mei 2009

ADA CINTA DI FACEBOOK


Halimi ZUhdy

Berkelana dalam dunia maya
Bak menyibak sejuta pusaran makna
Yang tersimpan rapi dalam juram samudera
Kadang bertemu mutiara yang berkilauan
Indah, indah sekali
Tapi, kadang berdendang dengan karang yang keras
Mencabik-cabik tubuh, darah segar berhamburan


Dua tahun terakhir ini kita seakan-akan terhipnotis oleh sebuah jejaring yang mampu membuat seseorang terekstasi di kursi berjam-jam, terperangah, tertawa, menangis dan berteriak. Bahkan hati melompat begitu jauh melampaui samudera Hindia, pikiran terbang seperti kilat, tubuh kaku dengan tangan terus mengoceh mouse dan keyboard.



Sayup-sayup saya mendengar situs ini dari mulut kemulut, begitu ramai dibicarakan di warung, pasar, supermarket, kampus bahkan di jalan-jalan! Kiranya ada apa dengan situs ini, apa mungkin ada uang seabrak atau gambar yang menghebohkan, atau dapat hadiah yang sangat besar jika sudah membuka atau berintraksi!

Agar hati dan pikiran tidak selalu berdialog, saya mencoba untuk melihat lebih dekat. Tangan saya mulai menari-nari di atas keyboard, pikiran saya konsentrasikan pada 8 huruf, saya masukkan huruf demi huruf di google, beberapa detik berikutnya bermunculan ribuan bahkan jutaan kata-kata itu, FACEBOOK luar biasa. Semakin teranglah sayup-sayup itu, nyata! Kemudian saya membisikkan rasa pada prasaan saya, ini nyata di dunia maya, ya ada kenyataan dalam kemayaan. Kadang, hanya perasaan yang membuat maya, tapi pada kenyataannya ”nyata” selalu ada dimana-mana, bahkan di dunia paling maya pun, ada kenyaan. Dan ini merupakan rahasia yang sangat rahasia, hanya orang yang punya kesaktian mampu menemukan ini. Ayo siapa?

Dialog itu saya selesaikan, pikiran dan hati pun tak lagi berdebat! Tinggal tangan ini yang sibuk dari satu huruf kehuruf lain, tuk lebih jauh memahaminya dan menjadi bagian darinya. Oyeee! Saya sudah menjadi satu dari berjuta-juta orang yang lebih dahulu terhipnotis! Bebera hari kemudian saya semakin jauh berkelana di dunia 8 kata itu, sahabat-sahabat saya semakin bertambah, dua minggu kemudian teman saya sudah mencapai tujuh ratus lebih! Dahsyat. Semakin saya masuk, semakin tersaya ada yang lain, semakin saya terbang angin semakin kencang, semakin jauh saya berlari tubuh semakin lunglai, bahkan meng-gulai. Gak tahu kenapa!

Tiba-tiba hati nuraniku (fuad) membisikkan sesuatu pada hatiku (qolb), kemudian keduanya meneriakkan sesuatu he!!! Ma hadfuka li hadza (apa tujuan kamu bermain-main dengan ini). Pikiran pun bergerak, bergerak dan bergerak, sehingga saya menukan cinta, yang saya harus berikan pada sahabat-sahabatku. cinta yang lahir dari gerak hati dan pikiran, cinta yang lahir dari gerak dan kematian, cinta yang muncul dari maya dan kenyataan. Ya..cinta!

Rohku yang berbalut jasad pun terbang ke berbagai dunia mencari teman-teman, yang sekiranya bisa berbagi cinta, cinta yang tidak berlabuh dalam angkara, cinta yang tidak bermuara pada syahwat belaka, cinta yang tidak hanya menuhankan nafsu. Tapi cinta yang dipenuhi dengan keindahan, keramahan, bahkan bernostalgia dengan keimanan, ketakwaan dan menuju haqiqat cintanya.

Tiba-tiba saya disadarkan dengan berbagai teman dan dari berbagai group yang bernuansa cinta, cinta untuk selalu mendekat kepada-Nya. Akhirnya aku benar-benar menumukan cinta walau di dunia maya. Cinta pun menjadi kenyaan walau tak tampak, karena awalnya cinta adalah maya yang kemudian bersua lewat gerak dan bernostalgia nyata :hatiku tiba berkata ”temukan hikmah dimana pun, walau dari dubur babi” dan ”temukan cinta tuk selalu mendekat pada-Nya, walau dengan dunia Maya”.

Silahkan berfacebook ria, tapi niat harus ditata dengan baik, jika tidak mampu menata niat dengan baik, waktu kita terbuang dengan sia-sia, dan Allah paling membenci orang yang menyia-nyiakan waktu.

Gasek, 17 Mei 2009



Kamis, 14 Mei 2009

SINOPSIS PERASAAN CINTA


(sebuah Curhat)

Semilir kata mengantar pesan
Pesan dari kalbu seorang musafir
Musafir yang haus “pencerahan”
Penceran dari seorang sahabat sejati
Sejati (setia, punya jati diri, dan halus budi)

Tulisan ini kuhantarkan padamu, agar aku dapat berbagi cerita, cerita tentang diriku yang selalu melalang keangkasa rindu, rindu pada sehelai rasa (rasa dingin,ha..ha…ha) berbagi lewat kata-kata dalam secarik kertas. Mungkin, berbagi seperti ini lebih aku sukai, karena aku dapat mengungkapkan seluruh perasaan dinginku (kapuk lo kehujanan..ya) pada alam dan pada orang yang lagi membaca tulisanku ini. aku bebas mengungkapkan coretan ini, tanpa beban, tanpa kekakuan, tanpa ketakuatan, karena dihadapanku hanya komputer dan bayangan orang yang lagi aku curhati (idih…gile).

Neng…kutulis kata-kata ini di pagi hari, di mana langit yang indah tidak menampakkan senyumnya, karena kabut yang menyelimutinya, hanya dingin yang kurasakan, rintik-rintik hujan pun menemaniku tuk menyambut pagi dengan riang, namun rasa “riang”itu tak kutakdapatkan. riang gembira seakan-akan mahal untuk menyapaku, menyapa dalam senyum, menyapa dengan penuh kerinduan, menyapa dengan cinta. Ia hanya menyapa dengan senyap dan sepi, sesepi perasaanku.

Dalam kesepian itulah, kulihat MaxCreamer dan Café, kutuangkan secangkir air hangat, sedikit gula dan kuaduk, seakan-akan aku mengaduk perasaan sepiku. Perasaan itu mulai menghangat, namun perasaan dinginku belum juga hilang. MaxCreamer dan Café tak membuatku tenang, malah semakin membuat kepalaku pening, dan perutku mulas. Perasaanku semakin tidak karuan, tanganku mulai gatal untuk menulis, otakku mulai mau muntah, mulutku terkunci, badanku mulai gemetar, namun hatiku terus melalang, entah ke mana, aku tidak tahu, aku hanya tahu setelah membuka tas kecilku, kudapatkan gambar dia, gambar dalam bingkai almamater, dengan secarik nama, yang mirip namaku, ya…gambar yang Neng berikan kemarin pagi.

Neng!!!!, apakah haram jika hati selalu berbicara tentang sekumtum bunga, yang tumbuh subur, dengan bau semerbak, menebar kehangatan dan keindahan, membuat setiap orang ingin memetiknya, demikian juga aku. Bunga itu, bunga itu, tak dapat kugambarkan, karena gambar apapun tidak akan mampu menyaingi keindahan ciptaan Tuhan, ya… keindahan ciptaan Tuhan. Ia sungguh “fi ahsani taqwim”, tinta-tinta di atas kanvas pun tidak akan mampu mengukir sosoknya yang memancarkan aura keindahan, ronanya tidak akan mampu ditangkap dengan polesan-polesan pelukis sekaliber dunia pun. Ia sungguh sempurna, sempurna karena ia ciptaan -Nya. saudaraku…sekali lagi, haramkah jika penaku hari ini dan seterunya selalu mengukir namanya, namanya yang indah, centil dan penuh makna. namanya adalah nama asma’ul husna yang di singat tasghir, apalagi namanya satu arti meskipun beda shingat. Itulah, yang membuat tanganku gatal untuk selalu mencoret kertas-kertas yang ada bilikku, menulis namanya. Ya ..namanya.

Dan pertanyaan selanjutnya, haramkah aku menyentuh bibirnya dengan perasaanku, hanya dengan perasaan, tidak dengan tatapan mataku apalagi dengan fisikku. Biarlah perasaan yang berbagi, bercerita, bernostalgia, bercengrama, berkencan, bahkan bercinta, bercinta lewat perasaan. Bolehkan…!!!!???? Aku tidak ingin bercinta dengan polesan kemunafikan, aku tidak ingin bercinta atas nama cinta dengan sisipan nafsu, aku tidak ingin bercinta dengan tatapan simpatik, aku tidak ingin bercinta dengan kata-kata melankolis, aku tidak ingin bercinta dengan tingkah dramatik, aku hanya ingin bercinta dengan perasaan hub al-haqiqi yang diberikan Allah swt padaku. siapa pun orangnya pasti akan merasaan sebuah perasaan, apalagi perasaan cinta yang memang hal itu merupakan fitroh manusia.

Saudariku…aku bukanlah pemuja cinta, karena cinta tidak perlu dipuja, cinta ada pada setiap orang, seperti aku, dia juga kau. meskipun tidak dipuja dia tetap akan datang, datang dengan kerinduan mendalam, datang dengan senyum merekah, datang dengan membawa kabar gembira dari surga, cinta selalu hadir lewat hati dan perasaan mendalam, ia datang kemudian pergi, datang kemudian pergi, kadang datang kemudian menetap sampai kita meninggal dunia, malah dia selalu ada dan tidak pernah hilang, dan sangat kuat mencengkram di hati setiap orang, itulah cinta seorang ibu pada anaknya. Cinta tetaplah cinta, cinta bukan nafsu, tapi cinta sangat sulit dibedakan dengan nafsu, karena keserakahan manusia, manusia yang tidak tahu arti cinta. Mereka tidak lagi mampu membedakan mana cinta dan mana nafsu, nafsu dianggap cinta, cinta dianggap nafsu. Sehingga banyak orang yang berani berbuat sesuatu atas nama cinta, yang sebenarnya itu adalah nafsu, ada juga orang yang tidak mau bercinta karena ia takut itu bukan cinta tapi nafsu. Ia mengharamkan untuk mencintai, karena ia anggap cinta tidak ada bedanya dengan nafsu.

Saudariku…..maaf, aku mengusikmu dengan tulisan-tulisan nakalku, yang mungkin tulisan ini tidak berharga buatmu. Sekali lagi, aku hanya ingin berbagi cerita denganmu, yang mungkin saudariku lebih tahu arti sebuah perasaan dia, dia sekuntum bunga, di bandingkan kumbang yang hanya selalu ingin menghisap tanpa rasa dan prasaan. Sebenarnya, Aku tidak ingin melibatkan saudariku dalam hal ini, namun aku hanya ingin berbagi, berbagi tentang perasaan diriku, hanya berbagi, biarlah yang mengatasi semuanya adalah perasaanku, perasaanku yang paling dalam, yang suatu saat akan menembus kegelapan dan akan merubahnya menjadi terang, terang, terang, seterang pagi yang disinari mentari tanpa awan. Biarlah perasaanku menjelajah keseluruh pelosok diri, diri yang hari ini belum diketahui. Diri siapakah yang akan terang dengan perasaanku, atau perasaan siapakah akan memberikan terang pada diriku.
Saudariku…..!!!. sebenarnya, aku hanya bercanda (baca :guyon) tentang sekuntum bunga itu, ya..hanya guyo, guyon ala aku, namun kenapa ada perasaan yang menyusup pada relung-relung hatiku setelah kau berikan foto itu. aku tidak tahu perasaan apa yang muncul, perasaan cintakah….atau perasaan nafsukan…atau perasaan syahwat atas fisik, atau…..hanya rasa yang tanpa rasa. Yang jelas aku belum tahu tentang dia, siapakah dia?, bagaimanakah dia?, mau kemanakah dia?, di manakah dia?, kapan keberadaan dia?, mengapa dia ada?.

Saudariku..!!!!, sebenarnya aku ingin sekali curhat banyak pada saudariku, mungkin kalau aku tulis masih 10-40 lembar lagi, namun, aku dibatasi waktu untuk menyelesaikan tugas-tugasku yang lain. Aku hanya ingin menumpahkan perasaanku, agar aku lega, santai, enjoy dan tidak lagi dihantui dengan perasaan-perasaan yang tidak karuan. Maaf…saudariku, aku telah menggangumu, aku telah meluangkan waktumu yang begitu berharga, hanya gara-gara tulisan nakalku ini. ya..inilah curhatku. Sekali lagi, terima kasih fotonya yang telah kau pinjamkan padaku (yang karena foto itulah seluruh perasaanku tergugah, merana dan terusik, tapi tak apalah itu sudah berlalu), tapi hari ini akan kuberikan lagi, karena itu bukan hakku, itu hak dia dan hakmu untuk memberikan padanya. terima kasih semuanya. Akan kututup lembaran perasaanku tentang dia, aku akan mencoba untuk menutupnya meskipun itu berat, tapi menutup itu lebih baik buatku, mungkin karena aku belum siap ada perasaan-perasaan yang dapat meruntuhkan edialismeku. Dengan pembacaan hamdalah aku berikan fotoku dan dan kututup lembaran itu. wassalam.


Sabtu, 09 Mei 2009

Tip menulis : Anti Mati Karya


Halimi Zuhdy

Kemaren saya menulis di Toriqot Sastra sebuah group yang ada di Facebook yang di dalamnya ada kata-kata “anti mati karya” yang terinspirasi dari salah satu iklan televisi “anti mati gaya” yang banyak ditanggapi oleh pembaca, yang akhirnya saya tergelitik untuk menulis karangan dengan judul tersebut.

Anti mati karya itulah yang membuat saya selalu tergugah untuk melejitkan mimpi-mimpi menulis dengan tulisan mahakarya, kalau saya baca sejarah betapa para intelektual zaman dahulu sebutlah madzahib al-arba’ah sangat kreatif, inovatif bahkan ratusan buku tertoreh dari tangan-tangan mereka, yang satu kitab saja berjilid-jilid. Sungguh luar biasa, kalau kita bandingkan dengan zaman yang lebih modern sekarang ini, tidaklah ada bandingannya. Yang pada zaman dahulu minim kertas, yang ada hanya tulang, pelepah pohon, dan dedaunan, namun tangan-tangan kreatif mereka setiap detik dapat menyelesaikan ratusan kalimat.


Sungguh, zaman penuh dengan karya, tak ada hari tanpa menulis, sehingga dalam hitungan hari karangan-karangan mereka terbit dengan mencengangkan. Selain madzahib al-arba’ah ada banyak bukti yang mencatat bahwa kebangkitan, perlawanan, pencerahan, dan perubahan dipicu ole ide mengalir dari sebuah buku misalanya David Namah, inilah karya sastra yang merupakan masterpiece Muhammad Iqbal, tulisanya ini sungguh menggemparkan dunia, diantaranya kalangan oreintalis seperti Annimarie Scimmel. David Namah diterjemahkan pertama kali ke dalam bahasa Italia pada tahun 1946, kemudian secara berturut-turun David Namah terbit dalam bahasa Jerman (Munich, 1957), Perancis (paris, 1962), Inggris (Lohare, 1961). Ia telah membakar emosi kesusastraan orang Barat bahkan dunia Timur.”Iqbal datang bak Messiah yang menghidupka orang mati,” tulis R.A. Nichalson.

Masnawi kitab ini juga dapat menghipnotis dunia, ia mampu menggebrak pikiran-pikiran penulis Barat seperti William C. Chinttick, Yohanes Renard, Franklin D. Lewis dengan leterasi oleh lebih dari seuluh pakar

(Redhouse, Whinfield,Wilson, Nicholoson, Gupta, Arberry, Turken, Schimmel, Chittick), bahkan orang-orang Asia juga terracuni oleh pikiran-pikiran Rumi yang tertuang di Masnawi. JK Rowling, yang dengan Harry Potter-nya, mampu mengesktase para penikmatnya yang tersebar di 200 negara dan sudah di terjemahkan ke dalam 61 bahasa. Barbara Cartand, ia penulis prolific yang telah menghasilkan 723 judul buku, yang terjual lebih dari satu miliar kopi dalam 36 bahasa di seluruh dunia. Saking piawainya menulis, Barbara dapat dengan tenang menulis dengan mendektekan bukunya pada sekretarisnya, sementara ia hanya berbaring dengan santai I atas sofa. Ia biasa mendektekan 6.000 sampai 7.000 kata dalam per hari dan biasa menyelesaikan satu novel dalam tujuh hari. Dahsyat.

Kalau mereka mampu melejitkan ide dengan dahsyat, dan mampu merubah dunia dengan aliran deras tulisan mereka, menghipnotis dan menggugah rasa manusia dengan tarian-tarian kata mereka, bagaimana dengan saya. Mampukah?sebuah pertanyaan, yang mungkin selalu menggelitik untuk selalu merenung, berpimpi, dan berkreasi. Bahkan membayangkan, seandainya saya seperti mereka, atau bahkan lebih. Mungkin sekarang saya sudah bersama bintang-bintang yang selalu menyinari langit kata. Atau mereka memang dilahirkan untuk menjadi penulis, sehingga pada waktunya mereka terbang dengan mudah menuju cakrawala karya. Atau mereka sama dengan saya, yang pada awalnya hanya mampu menulis sepatah dua patah puisi, dan segelintir opini, bahkan buku yang tercopy ratusan pun masih dalam file mimpi. Kemudian beranjak dan mendaki ke gunung Himalaya kata. Tidak ada kata tidak mungkin, mungkin saja!

Tapi memang, mereka mampu menggebrak dunia bukan dengan kepalan tangan kosong, mereka menulis dengan penuh kerja keras sebutlah Eudora Welty, yang baru menulis setelah berusia 40 tahun,bekerja pada dini hari, dan biasanya ia terus menulis sehari penuh. Mary O’Hara, yang menulis ulang My friend Flicka samapai Sembilan kali, tiap hari bangun lebih dini dari hari sebelumnya demi menyelesaikan novelnya. Honore de Balzac punya rutinitas mencengangkan.Dua minggu samapai dua bulan ia mengasingkan diri untuk menulis sebuah buku. Selama waktu kurun ini ia tidur pukul delapan setelah sedikit makan malam, pukul dua pagi ia bangun dan menulis sampai pukul enam, menyeruput kopi (yang selalu panas karena pancinya selalu ia taruh di atas nyala tungku). Lalu ia mandi selama satu jam, dan minum kopi lagi samapai orang dari penerbitnya datang untuk mengantarkan ketikan naskah hari sebelumnya sekaligus mengambil tulisan yang sudah Balzac edit dan naskah tulisan tangannya untuk hari itu. Beda lagi dengan Edna Farber belum pulih benar dari animia ketika ia menulis cerpen dan novel pertamanya. Peraih hadiah Pulitzer tahun 1924 yang dijuluki The Greatest American Women Novelist of her Day ini menulis dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore. Ia menulis sampai kelelahan dan pingsan ketika bekerja di harian Milwaukee Journal.

Memang tidak mudah menjadi penulis apalagi penulis yang dapat diperhitungkan dunia, ya..mungkin harus bermimpi, menari-narikan pikiran agar ide keringat mampu tertuang dalam lontar, dan mengalir deras ke dalam seluruh rasa sang pembaca, sehingga mampu bergelombang dalam samudera karya. Dan tidak ada kata untuk menyerah, apalagi dengan seabrak alasan untuk tidak menulis. Menulis dengan hati, menulis dengan pikiran, menulis dengan tubuh, bahkan menulis dengan seluruh jagat adalah saksi dari ANTI MATI KARYA. Minimal, kita mampu menulis satu kata tapi mengguncang dunia, dari pada tidak sama sekali.

Gasek,09 Mei 2009



Sabtu, 02 Mei 2009

SEANDAINYA HARI BELUM PETANG


Halimi Zuhdy Ls

Pada edisi 15, sajak Ridwan yang berjudul “cintaku Buat Yang Satu” membuatku tertarik untuk mengomentarinya, akrena ia memiliki ciri khas dan karekristik tersendiri.
Jika kita yakini sajak sebagai bentuk intensifikasi dan konsentrasi pernyataan kesan, pada sajak Ridwan hal ini kita temukan, sajaknya menunjukkan adanya pertautan dalam yang erat untuk mendukung makna. Internal coherence-nya terjaga dengan baik. Irama larik-larik sajaknya sederhana, tetapi mampu mendukung makan melalui bangunan citra yang tanmpak menunjuk berbagai rasa dan prasaan.

Ridwan memang kurang cermat dalam pemilihan kata-kata, misalnya ia tidak terlalu memperhitungkan panjang pendeknya kata, jumlah suku kata, sehingga ia terkesan hanya sebagai ungkapan rasa tanpa memilih kata yang indah (melodius), namun ia mampu menyampaikan makna dengan lugas.
Kesederhanaan sajak ini dapat kita lihat, misalnya dalam mengungkapkan mempertanyakan tentang apa yang ia saksikan sehari-hari; adakah yang membasahi pipimu selain doamu/adakah ucapanmu selain doamu/adakah terjagamu selain tahajjudmu/adakah laparmu selain puasamu/apakah kau lakukan demi aku/ dan pertanyaan lain pada baik berikutnya/bagaimana nasibku/siapakah kamu/dimana kamu/akan kemana aku/beruntungkah aku; kalau kita baca sepintas tidak ada yang istimewa dalam sajaknya, tapi ketika kita baca secra utuh maka di sana kita temukaan makna yang cukup dalam ungkapan yang benar-benar tulus tentang hakekat cinta pada-Nya, dan cinta kepada makhluk hanya jalan menemui-Nya; seandainya hari belum petang/kan kubawa kau jalan-jalan/memenuhi rukun Islam/sebagai ujud rasa cintaku/sekaligus penghormatan imanmu/serta penebusan dosa-dosaku.
Kata yang biasa, menjadi luar biasa karena imaji yang dibangun oleh Ridwa menjadi satu kesatuan yang utuh, dan ditinjau dari pemilihan kata-katanya, sajak Ridwan hadir dengan semangat bersahaja. Akan tetapi di balik kebersahajaannya, terbayang makna yang jelas, yang agak mewakili sosok kepenyairan Ridwa, dalam sebuah bangunan karya estetis yang koheren.
Sajak Ridwa mungkin tersa lebih indah jika ia mempoles dengan kata-kata metafor dan memaksimalkan bunyi, dan lebih cermat dalam pemilihan kata. Namun, Ridwan cukup lihai dalam menutup sajaknya, dari beberapa pertanyaan yang ada di dalam sajaknya ia tutup dnegan harapan/semoga aku tak lagi keliru/memahami cinta dan kasih sayang/dari pertaubatan cintanya yang dianggap keliru dan pedenya ia bercinta, maka ia menutupnya dengan penyesalan dan harapan, dan ia menemukan bahwa cintanya hanya untuk Yang Satu.
Sajak yang juga bertolak dari kerinduan dan kecntaan pada Allah adalah karya Nawirah (edisi kali ini). dengan sajaknya, “Pertemuan Malam” ia mengungkapkan indahnya bercumbu mesra dengan Tuhan lewat pengakuan dosa-dosanya, sehingga pertemuan itu benar-benar membekas rindu yang mendalam, ia ungkapkan dalam sajaknya; dalam sujud kuteringat dosa-dosa/mengalir mengikuti tetesan air mata/tetesan yang kuharap berubah menjadi cinta/menjadi cinta di atas segaqla cinta/hingga tak ada lagi cinta hatiku/yang dapat kupersembahkan selain padaMu.
Kesederhanaan sajak ini tanpak berakhirnya hubungan-istimewa antara aku-lirik dan engkau lirik. Banyak orang yang mengalami kerinduan ini dengan Tuhannya. Tapi untuk menulisnya dalam bentuk puisi, disamping diperlakukan penghayatan, diperlukan pula kemampuan mengembangkannya secara imajinatif sampai kemungkinan yang paling mustahil. Sayangnya, Nawirah tidak mengolah sajak kerinduannya dengan imajinasi agar sampai pada ungkapan puitik yang lebih menggugah. Kalau ia mengolahnya dengan ketajaman imajinasi, apalagi ditambah dengan kemampuannya menjaga bunyi yang tanpak cukup baik, sajaknya pastilah lebih bermakna dan menggugah.
Kalau kita perhatikan, kekuatan sajak Nawirah memang bukan pada diksi dan imajinasi, melainkan pada makna, pesan, amanah. Tapi bagaimanapun, karena sajak pertama-tama adalah bahasa dan imajinasi, maka makna pesan, amanat sejatinya dibungkus dengan diksi dan imajinasi yang menyaran. Dengan cara itu, makna akan sampai dan menghujam ke jantung kesadaran pembaca.

CINTAKU BUAT YANG SATU
Rider*

Adakah yang membasahi pipimu selain air matamu
Adakah ucapanmu selain do'amu
Adakah terjagamu selain tahajjudmu
Adakah laparmu selain puasamu….
Apakah kau lakukan itu demi Aku….?
Kau jawab "tidak nak..., kau keliru kau memang buah hatiku,
tapi aku lebih mencintai Kekasih sang Kekasihku…"
Sungguh tersayat hatiku, mendengar ucapmu…
Bagaimana nasibku…
Yang selama ini PD dengan kasih sayangmu…
Merasa cukup dengan mencintai dan dicintaimu...
Lupa akan siapa aku…
Siapa kamu…
Di mana aku…
Akan kemana aku…
Astaghfirullah…
Seandainya hari belum petang
Kan ku bawa kau jalan-jalan
Memenuhi rukun Islam
Sebagai wujud rasa cintaku
Sekaligus penghormatan imanmu
Serta penebusan dosa-dosaku
Dan kan kutunjukkan pada semua orang
Inilah kasihku…
Berungtung kan aku…??!!
Sayang…
Senja telah datang
Aku terlambat menyadarinya
Aku hanya bisa menerawang
Sambil mohon ampunan
Dan menyampaikan harapan
Semoga aku tak lagi keliru
Memahami cinta & kasih sayang…

PERTEMUAN MALAM

Dalam pertemuan malam
Kugelar permadani pengabdian
Kuteteskan air mata kerinduan
Dalam pertemuan malamku
Bibirku bergerak menyebut namaMU
Mengalun cepat searah cintaku padaMU

Di pertemuan malam ini ku persembahkan diriku untukmu
Di mana mata-mata bening terbuai mimpi
Di mana sang pujangga khusuk dalam puisi dan nyanyian hati
Di malam saat semua pecinta terlena dalam buaian asmara

Dalam sujud kuteringat dosa-dosa
Mengalir mengikuti tetesan-tetesan air mata
Tetesan yang kuharap berubah menjadi cinta
Menjadi cinta di atas segala cinta
Hingga tak ada lagi cinta di hatiku
Yang dapat kupersembahkan selain untukMU

Rabbi…….!!! Usai sudah pertemuan malamku denganMU
Malam yang kurasa indahnya berada diatas segala keindahan
Walau kini kurasakan sesaknya perpisahan
Namun kuyakin dalam pertemuan berikutnya
Masih tersenyum dan mengajakku kembali
Dalam nyanyian cinta ILAHI………………!!!